BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Insiden kira – kira 8000 orang
terkena gigitan ular berbisa setiap tahun di Amerika Serikat, dengan lebih 98%
dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun 1960, rata- rata 14 korban setiap tahun meninggal
di Amerika Serikat karena gigitan ular, dengan 70% kebanyakan di lima daerah
serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan California Selatan.
Di Amerika Utara ular beracun
merupakan anggota keluarga Crotalidae atau pit viper atau dari keluarga elipidae
atau ular karang. Keluarga ular Rattle bertanggung jawab atas kira-kira 70%
kematian karena gigitan ular, sementara kematian karena gigitan ular jenis
kepala kuning tembaga (copperhead) sangat jarang.
Ular berbisa dibandingkan ular tak
berbisa pit viper dinamakan demikian karena memiliki ciri lekukan yang sensitif
terhadap panas terletak antara mata dan lubang hidung pada tiap sisi kepala.
Pit viper juga memiliki pupil berbentuik elips, berlainan dengan pupil
bulatyang memiliki ular jenis tak bebahaya. Sebaliknya, ular karang memiliki
pupil bulat dan sedikit lekukan pada muka. Pit viper memiliki gigi taring
panjang dan sederet gigi subkaudal. Ular tak berbisa banyak memiliki gigi
dibanding dengan taring dan mempunyai dua deret gigi subkaudal. Untuk membedakan
ular karang berbisa dengan ular lain yang mirip warnanya, harus diingat bahwa
ular karang memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin
warna merah yang berdampingan dengan warna kuning.
Bisa dari ular berbisa mengandung
hialuronidase, yang menyebabkan bisa dapat menyebar dengan cepat melalui
jaringan limfatik superfisisal. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular,
antara lain neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik,
sitotoksin, dan antikoagulan.
1.2
Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa
mampu memahami tentang gigitan ular dan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut dalam kegawat daruratan.
b. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
1.
Memahami
tentang definisi ggigitan ular
2.
Memahami
tentang etiologi gigitan ular
3.
Memahami
tentang patofisiologi gigitan ular
4.
Memahami
tentang manifestasi klinis gigitan ular
5.
Memahami
tentang komplikasi klien gigitan ular
6.
Memahami
tentang penatalaksanaan gigitan ular
7.
Melakukan pengkajian gawat darurat pada klien dengan gigitan ular
8. Memberikan asuhan keperawatan gawat
darurat pada klien dengan gigitan ular
13. Manfaat
Semoga
dapat Membantu meningkatkan pengetahuan
tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan
proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular.
Sehingga dapat mengaplikasikanya dalam
masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Racun ular adalah racun
hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang
dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Sebagian kecil racun
bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir
setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis
yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun
tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat
ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor
letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator; racun
bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan
beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat
spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap
organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang
dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun
tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat
ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor
letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun
bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan
Bisa adalah suatu zat
atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga
berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang
termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan
bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap
bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas
satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein,
yang memiliki aktivitas enzimatik.
B. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit
adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung
dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal
terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,bahu .
Kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
Anatomi
kulit
a.
Epidermis
Epidermis
adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
·
Stratum Korneum. Terdiri dari sel
keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
·
Stratum Lusidum Berupa garis translusen,
biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak
tampak pada kulit tipis.
·
Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5
lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh
granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
·
Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas
filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
·
Stratum Basale (Stratum Germinativum).
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan
sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk
migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan
satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi
Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel Langerhans).
b.
Dermis
Merupakan
bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai ―True Skin‖. Terdiri
atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
·
Lapisan papiler; tipis mengandung
jaringan ikat jarang.
·
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari
jaringan ikat padat.
Serabut-serabut
kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut
elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen
saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan
kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam
dermis.
Fungsi
Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan
lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fisiologi
Kulit
Kulit
merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan
dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur
perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari
kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi
atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. Kulit
memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D
C.
Etiologi
Terdapat
3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa
ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan. Banyak
bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan
yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi
gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya
toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap
darah (hematoxic)
Bisa
ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma
lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan
larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung,
tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu
bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka
gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan
tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh
limfe.
c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan
rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria yang
menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak
serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan
melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.
f. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat
ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
gigitan.
g. Enzim-enzim
Termasuk
hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
D.
Patofisiologi
Bisa ular yang masuk ke
dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui
peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem
neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan.
Pada gangguan sistem
neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem
pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga
menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler,
toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi.
Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan
terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.
E. Patoflow
Gigitan
ular berbisa yang mengandung toksin Merangsang saraf perifer dan sentral
Merangsang
saraf –saraf seluruh tubuh menyebabkan
paralise otot2 lurik
Merangsang
pegeluaran bradikin, prostagladin kelumpuhan/kelemahan
otot pernafasan
Impuls
disampaikan ke SSP bagian korteks serebri sesak
Thalamus
NYERI kelemahan
otot POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
Kurang informasi INTOLERANSI AKTIVITAS
Koping
individu tidak efektif ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
CEMAS RESIKO INFEKSI
F. Manifestasi Klinis
Secara
umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan
karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit). Sindrom kompartemen
merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem
(pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka
pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness
(denyutan).
Tanda
dan gejala khusus pada gigitan family ular :
a. Gigitan Elapidae
Misal:
ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai,
coral snakes, mambas, kraits), cirinya:
·
Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan
rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
·
Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan
kulit yang rusak.
·
15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam muncul
paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara,
susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin,
muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi
dalam 24 jam.
b. Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal
pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
·
Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau
setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh
anggota badan.
·
Gejala sistemik muncul setelah 50 menit
atau setelah beberapa jam.
·
Keracunan berat ditandai dengan
pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan
perdarahan hebat.
c. Gigitan Hydropiidae
Misalnya,
ular laut, cirinya:
·
Segera timbul sakit kepala, lidah terasa
tebal, berkeringat, dan muntah.
·
Setelah 30 menit sampai beberapa jam
biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang,
paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap
(ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
d. Gigitan Crotalidae
Misalnya
ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
·
Gejala lokal ditemukan tanda gigitan
taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi
perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
·
Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Tanda
dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori:
·
Efek lokal, digigit oleh beberapa ular
viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah
gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa
bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
·
Perdarahan, gigitan oleh famili
viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ
internal, seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari
luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan
yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
·
Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan
ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba
dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan,
berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita
masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
·
Kematian otot, bisa dari russell’s viper
(Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara
langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot
yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
·
Mata, semburan bisa ular kobra dan
ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan
kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.
G. Derajat Gigitan luar
·
Derajat 0
Dengan tanda-tanda tidak keracunan,
hanya ada bekas taring dan gigitan ular, nyeri minimal dan terdapat edema dan
eritema kurang dari 1 inci dalam 12 jam, pada umumnya gejala sistemik yang lain
tidak ada
·
Derajat 1
Terjadi keracunan minimal, terdapat
bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritema seluas
1-5 inci dalam 12 jam, tidak ada gejala sistemik
·
Derajat 3
Terjadi
keracunan tingkat sedang terdapat bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri
dan edema serta eritemayang terjadi meluas antara 6-12 inci dalam 12 jam.
Kadang- kadang dijumpai gejala sistemik seperti mual, gejalaneurotoksi, syok,
pembesaran kelenjar getah beningregional
·
Derajat 3
Terdapat
gejala keracunan yang hebat, bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri,
edema dan eritema yang terjadi luasnya lebih dari 12 inci dalam 12 jam. Juga
terdapat gejala sistemik seperti hipotensi, petekhiae, dan ekimosis serta syok
·
Derajat 4
Gejala
keracunan sangat berat, terdapat bekas taring dan gigitan yang multiple,
terdapat edema dan lokal pada bagian distal ekstremitas dan gejala sistemik
berupa gagal ginjal, koma sputum berdarah.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan
dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan
di Lapangan
Seperti
kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien
sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,
termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang
tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Pertolongan
pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari
pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT,
yaitu:
·
R:
Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan
istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga
racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena
kaget.
·
I: Immobilisation:
Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari.
Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut
tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki)
lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
·
G:
Get:
Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
·
T: Tell the Doctor:
Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada korban.
Tenangkan
pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing,
Circulation); pertolongan pertama :
·
Cegah gigitan sekunder atau adanya
korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan
berturut-turut sampai bisa mereka habis.
·
Buat korban tetap tenang, yakinkan
mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat
darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas),
dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
·
Jika terdapat alat penghisap, (seperti
Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif
dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah
envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu,
namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara
signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan
lokal.
·
Buka semua cincin atau benda lain yang
menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan
membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang
tergigit.
·
Monitor tanda-tanda vital korban —
temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin.
Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi
membutuhkan intubasi.
·
Jika daerah yang tergigit mulai
membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
·
Segera dapatkan pertolongan medis.
Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali
ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi
atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika
aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa
ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek).
Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial
dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
·
Jika berada di wilayah yang terpencil
dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada
ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka
tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa
untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti
ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
·
Jika dipastikan digigit oleh elapid yang
berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang
pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama
digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban
pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan
seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi
ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya
aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa
dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika
gejala yang signifikan terdapat di sana.
Penatalaksanaan selanjutnya
·
Margin-bottom:
.0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.0pt; margin-right: 0cm;
margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
5) ABU 2 flacon dalam NaCl
diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit.
·
Heparin
20.000 unit per 24 jam.
·
Monitor
diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2 flacon ABU lagi.
ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).
·
Bila ada
tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan
adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV.
·
Kalau perlu
dilakukan hemodialise.
·
Bila
diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen
·
Observasi
pasien minimal 1 x 24 jam
Catatan: Jika
terjadi syok anafilaktik karena ABU, ABU harus dimasukkan secara
cepat sambil diberi adrenalin.
·
Pemberian
ABU (Anti bisa
ular)
I. Komplikasi
Sindrom
kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi
luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang
terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil,
juga gejaala sistemik berupa gagal ginjal, shock, koma dan bisa menyebabkan
kematian.
J. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah lengkap,
penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin
parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah, BUN dan
elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan.
K. Terapi
Dimana
proses terapi/pengobatan yaitu :
·
Pemberian antibiotik dan diuretika untuk
mempertahankan di uresis
·
Pemberian sedase atau analsesit untuk
menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
·
Hidrokortison 100 mg/iv
·
Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di
kurangi, dan pada penyakit jantung pemberianya harus hati-hati
·
Pemberian serum anti bisa
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Tn.
A 37 tahun masuk ke RS tanggal 5 April 2016 tepatnya ke IGD RSMH Palembang,
sebelumnya Tn A pada pukul 10.00 di gigit ular cobra dibagian ekstremitas kiri
nya sejak 15 menit yang lalu saat bekerja di proyek pembangunan, Tn A mengeluh
sesak nafas dan terasa panas disertai ras nyeri dan badan nya kaku semua, klien
juga cemas dengan keadanya sekarang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik bagian
ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang sudah membengkak, dimana
pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan warna, hasil vital sign klien
adalah : S: 36,5OC, TD : 130/80 mmHg, N : 52x/m RR : 34x/m.
BIODATA
A.
Identitas
Pasien
·
Nama :
Tn. A
·
Umur :
37 Th
·
Jenis kelamin : Laki-Laki
·
Alamat :
Jl soekarno hatta 21 palembang
·
Pekerjaan : Tani
·
Suku :
Jawa
·
Diagnosa : Gigitan ular
·
Tanggal masuk : 5 April 2016
·
Tanggal pengkajian : 5 April 2016
·
No medical recod : 123456
B.
Identitas
Penanggung jawab
·
Nama :
Suryani
·
Umur : 35 tahun
·
Alamat :
jl soekarno hatta 21 palembang
·
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
·
Hubungan dengan klien: istri
C.
Triage
Kesadaran
: Allert
Verbal
Pain
Unrespon
Kategori
Triase : P1
P2 P3
MerahKuning Hijau
Hitam
Klasifikasi
Kasus : Trauma
Non Trauma
Diagnosa
Medis : Gigitan Ular
D.
Keluhan
utama
Tn
A mengeluh sesak nafas dan terasa panas
disertai ras nyeri dan badan nya kaku semua.
E.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Bagian
ekstremitas digigit ular terasa panas disertai sesak nafas. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik bagian ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang
sudah membengkak, dimana pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan warna.
F.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Klien
tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya, dan tidak ada riwayat pemakaian
obat-obatan.
G.
Riwayat Psikososial
Klien
memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan kooperatif pada tindakan yang
diberikan oleh dokter dan perawat
PRIMARY SURVEY
A.
Airway
·
Jalan nafas bersih
·
Tidak terdengar bunyi ronchi
·
Tidak ada jejas pada daerah badan
B.
Breathing
·
Peningkatan frekuensi pernafasan
·
Napas dangkal
·
Distress pernapasan
·
Kelemahan otot pernafasan
·
Kesulitan bernafas : sianosis
·
Penggunaan otot bantu pernafasan
C.
Circulation
·
Penurunan curah jantung : gelisah,
letargi, takicardia
·
Pendarahan di ekstremitas kiri karena
gigitan ular
·
Akral dingin
·
Sakit kepala
·
Pingsan
·
Berkeringat banyak
·
Pusing, mata berkunang-kunang
·
CRT > 3 detik
·
Sianosis
D.
Disability
·
Dapat terjadi penurunan kesadaran
·
Kesadaran somnolen
·
Pupil isokor (2mm)
E.
Exposure
·
Terdapat pendarahan pada luka gigitan
ular, adanya edema pada luka, memar
F.
GCS
: E : 4
V : 4
M : 5
Total : 13
SECONDARY SURVEY
A. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan umum
Kesadaran
: GCS :13
Tanda
tanda vital :
·
TD : 130/80 mmHg
·
Pols :
52 x/menit
·
RR :
34 x/menit
·
Temp :
36,5 0C
2.
Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk
kepala : Mesochepal
Rambut : bersih
Warna
rambut : Hitam tidak beruban
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada
b. Mata
Letak
: Simestris
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Oedema : Ada
Jarak
pandang : berkunang – kunang
Masalah
: pandangan
berkunang-kunang
c. Hidung
Bentuk :
Simestris
Secret
: Tidak ada
Penciuman
: Normal
Kebersihan
: Bersih
Masalah
: Tidak ada
d. Telinga
Letak
: Simestris
Pendengaran
: Normal
Kebersihan
: bersih
Masalah
: Tidak ada
e. Mulut
dan gigi
Mukosa
: Lembab
Bibir
: Normal
Caries
: Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah
: Tidak ada
f.
Leher
Refleks
telan : Normal
Tiroid : tidak ada
pembekakan
Masalah
: Tidak ada
g. Dada
a. Paru-paru
: Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada
jejas
Palpasi
: vocal fremitus teraba
kanan kiri
Perkusi :
Sonor
Auskultasi :
vesikuler
b. Jantung
: Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi :
teraba ictus kordis di SIC V dan VI
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
terdengar bunyi S1 dan S2
h. Abdomen
Bentuk
: Simestris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
hepar,gastic dan pembesaran
Auskultasi : Peristaltic usus6x/menit
Perkusi
: Tympani
Masalah : Tidak ada
i.
Genital
Jenis
kelamin : Normal, tidak ada
kelainan
Kateter : tidak ada
Masalah
: tidak ada
j.
Kulit
Warna
: Sianosis
Turgor : Baik
Kebersihan
: Bersih
Masalah
: Sianosis
k. Ekstremitas
Atas
: Terpasang
infus NaCl 0,9 % di tangan dextra, tidak ada edema
Bawah : Akral dingin,
bengkak pada luka gigitan, kekakuan
otot kaki dextra, nyeri pada luka.
Masalah
: Akral dingin,
bengkak pada luka gigitan, kekakuan
otot kaki dextra, nyeri pada luka.
B.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
No
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
1
|
Hemoglobin
|
10,4
gr/dl
|
12
– 14 gram/dl
|
2
|
Leukosit
|
11.000/ul
|
5.000
– 10.000/ul
|
3
|
Eritrosit
|
3,27
x 103/µL
|
4.5
– 5.9
|
4
|
Trombosit
|
7
× 103/µL
|
150
-450
|
5
|
Laju
endap darah (LED)
|
3
mm/jam
|
0
– 10 (mm/jam)
|
6
|
creatinin
|
1,7
mg/dl
|
0.5
– 1.5 (mg/dl)
|
7
|
SGOT
|
30
U/L
|
5
– 40 (u/l)
|
8
|
SGPT
|
18
U/L
|
5
– 41 (u/l)
|
C.
TERAPI
IVFD RL 30
Tpm
Novalgin 3 x1
ampul
Injeksi SABU
1 ampul
Kalnex inj
3x1
Terfacef 2x1 gr
D.
ANALISA
DATA
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
Data Subjektif :
·
Klien mengatakan rasa sakit
diseluruh persendian tubuh
·
Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
·
Klien mengatakan pusing, dan mata
berkunang-kunang
Data objektif :
·
Nampak pembengkakaan pada luka
gigitan ular
·
Ekspresi wajah meringis
|
Gigitan
ular berbisa yang mengandung toksin
Merangsang saraf –saraf seluruh
tubuh
Merangsang
pegeluaran bradikin, prostagladin
Impuls
disampaikan ke SSP bagian korteks serebri
Thalamus
Nyeri
|
Nyeri
|
Data subjektif :
·
Klien mengatakan sesak napas
Data objektif :
·
RR : 34x/m
·
Penggunaan otot bantu pernafasan.
|
Bisa
ular mengandung toksin yang bersifat neurotoksik
merangsang
saraf perifer atau sentral
menyebabakan
paralise otot-otot lurik
kelumpuhan
/kelemahan otot pernafasan
kompensasi tubuh dengan cara
napas yang dalam dan cepat
sesak
Gangguan pola napas
|
Pola nafas tidak efektif
|
Data subjektif :
·
-
Data objektif :
·
Tampak luka gigitan ular pada
tungkai kaki
·
Leukosit 11.000
|
Gangguan
ular berbisa yang mengandung toksin
Ketidakadekuatan
pertahananan tubuh
Resiko infeksi
|
Resiko tinggi infeksi
|
Data subjektif :
·
Klien mengatakan badan nya kaku
·
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
·
Klien mengatakan pingganya pegal
Data objektif :
·
Klien nampak lemah
|
Gigitan ular
Berbisa
Toksin masuk tubuh
Merangsang saraf-saraf
Kelemahan otot
Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
Data subjektif :
·
Klien mengatakan cemas dengan
keadanya.
Data objektif :
·
Klien terlihat emosi dan kaget.
|
Gigitan ular yang berbisa
mengandung toksin
Mempengaruhi saraf-saraf
Kurang informasi
Koping individu tidak efektif
Cemas
|
Cemas
|
E.
PRIORITAS
MASALAH
·
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan reaksi endotoksin
·
Nyeri berhubungan dengan gigitan ular
berbisa
·
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh
·
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot-otot
·
Cemas berhubungan dengan koping individu
yang tidak efektif.
F.
CATATAN
PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal/jam
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Evaluasi
|
05 april 2016/ 10.30 wib
|
Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
Data
subjektif :
·
Klien mengatakan sesak napas
Data
objektif :
·
RR : 34x/m
·
Penggunaan otot bantu pernafasan.
|
Tujuan
umum :
Setelah
diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola nafas efektif
kembali.
Dengan
kriteria hasil :
·
Frekuensi pernafasan 16-24
x/menit
·
Bernafas mudah
·
Tidak didapatkan penggunaan
otot-otot tambahan
·
Bersuara secara adekuat
|
· Buka
jalan nafas dengan gunakan head tilt dan chin lift
· Atur posisi semi fowler
· Berikan pelembab udara kassa basah NaCL
lembab
· Auskultasi bunyi nafas
· Kolaborasi pemberian oksigen
|
· Untuk
memeriksa jalan nafas dan pernafasan
· Posisi
semi fowler meningkatkan ekspansi paru
· Untuk
memberikan rasa nyaman
· Indikasi
dasar adanya ganggua saluran pernafasan
· Untuk
membantu dalam memenuhi keb O2
|
S
: Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi
O
:
· RR
:24x/m
· Tidak
menggunakan alat bantu nafas lagi
A:
Masalah teratasi
P
: Intervensi dipertahankan.
|
05 april 2016/ 11.00 wib
|
Nyeri
berhubungan dengan gigitan ular berbisa
Data
Subjektif :
·
Klien mengatakan rasa sakit
diseluruh persendian tubuh
·
Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
·
Klien mengatakan pusing, dan mata
berkunang-kunang
Data
objektif :
·
Nampak pembengkakaan pada luka
gigitan ular
·
Ekspresi wajah meringis
|
Tujuan
umum :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan gangguan nyaman nyeri
klien teratasi
Dengan
kriteria hasil :
·
Klien melaporkan tidak nyeri lagi
·
Ekspresi wajah tidak meringis
|
· Kaji
skala nyeri dengan PQRST
P
: Nyeri
Q
: Terus-menerus
R
: Seluruh Persendian.
S
: 5
T
: Saat Beraktivitas
· Atur
posisi senyaman mungkin
· Ajarkan
teknik relaksasi dan distraksi
· Ciptakan
lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristirahat yang cukup
· Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
|
· Mengetahui
karakteristik nyeri sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya
· Posisi
yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
· Dengan
teknik menarik nafas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk
berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan.
· Lingkungan
yang tenang dapat membuat klien beristirahat yang cukup sehingga mengurangi
intensitas nyeri
· Membantu
mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri.
|
S
: Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O:
· Klien
nampak istirahat dengan tenang
· Wajah
klien tidak meringis lagi
A
: Masalah mulai teratasi
P
: Intervensi dipertahankan
|
05 april 2016/ 11.30
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
Data
subjektif :
·
-
Data
objektif :
·
Tampak luka gigitan ular pada
tungkai kaki
·
Leukosit 11.000
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Dengan
kriteri hasil :
·
Menghindari paparan yang bisa mengancam kesehatan
·
Leukosit dalam batas normal
(5.000-10.000)
·
Memperoleh immunisasi yang sesuai
·
Mengenali perubahan status kesehatan
|
·
Lakukan pengikatan pada daerah
atas luka 15-30 cm dari luka gigitan
·
Pertahankan tehnik isolasi
·
Cuci tangan sebelum atau setelah
melakukan tindakan
· Pertahankan
tehnik aseptik
· Kolaborasi
pemberian anti bisa ular
· Kolaborasi
pemberian antibiotic, obat SABU
|
· Mencegah
bisa racun ular tersebar keseluruh tubuh
· Agar
pasien tidak terkena infeksi dari luar
·
Agar tindakan yang diberikan
perawat kepasien selalu dalam keadaan steril
·
Mencegah kontaminasi kuman pada
pasien
· Mencegah
terjadinya infeksi
· Untuk
membantu proses penyembuhan pasien, dan pertahanan pasei dari kuman yang
lain.
|
S
: Klien mengatakan sudah baikan
O
: Leukosit 10.000
A
: Masalah Teratasi
P
: Intervensi dipertahankan
|
05 april 2016/ 12.00
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot-otot
Data
subjektif :
·
Klien mengatakan badan nya kaku
·
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
·
Klien mengatakan pingganya pegal
Data
objektif :
·
Klien nampak lemah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatn 1x24 jam diharapakan intoleransi aktivitas
teratasi
Dengan
kriteria hasil :
·
klien dapat memenuhi kebutuhan
secara mandiri
·
klien dapat ikut serta dalam
proses pengobatan.
|
· Pantau
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
· Bantu
klien dalam memenuhi kebutuhanya sehari-hari
· Anjurkan
keluarga klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan
· Anjurkan
klien untuk istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
|
· Untuk
mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat
mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
· Membantu
klien dalam memenuhi aktivitasnya
· Dengan
partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarganya memberi suport
dalam pemulihan kesehatan
· Menstabilkan
stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin.
|
S
:
· Klien
mengatakan badanya tidak kaku lagi.
· Klien
mengatakan sudah mampu melakukan aktivitas
O
: Klien nampak terlihat lega dan tidak lemah lagi.
A:
Masalah sudah teratasi
P:
Intervensi dipertahankan
|
05 april 2016/ 12.30 wib
|
Cemas
berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif.
Data
subjektif :
·
Klien mengatakan cemas dengan
keadanya.
Data
objektif :
·
Klien terlihat emosi dan kaget.
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan cemas klien hilang.
Dengan
kriteria hasil :
·
Kecemasan klien berangsur
menghilang
·
Klien rileks dan santai.
|
· Ciptakan
lingkungan yang tenang
· Anjurkan
klien tidak panik
· Berikan
informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penangananyadan tindakan
yang akan dilakukan
|
· Lingkungan
yang tenang dapat membantu klien istirahat dengan cukup
· Tindakan
panik dan kaget mempercepat penyebaran toksin kedalam tubuh
· Membantu
menghindari penyebaran toksin yang cepat serta dapat membantu menambah
wawasan klien akan gigitan ular
|
S
: Klien mengatakan sudah tidak cemas dan menerima keadanya
O:
klien sudah bisa mengendalikan emosinya
A
: Masalah teratasi
P
: Intervensi dipertahankan.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigitan ular merupakan suatu keadaan
gawat darurat yang apabila tidak segera ditandatangani, dapat menyebabkan
kematian, korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau iduga
digigit ular.
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu
Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya
berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek
gigitan pada umumnya yaitu : Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna,
Rasa sakit di seluruh persendian tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata
berkunang – kunang, Demam, menggigil, Efek lanjutan akan muntah, lambung dan
liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal
membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat, Penglihatan kembar/kabur,
mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare, Rasa sakit atau berat
didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki,
Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta kaku di daerah
leher dan geraham.
B. Saran
Diharapkan
semoga dengan Askep Pada Klien Dengan
Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan
dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka
mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang
utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan
ular. Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup dialam bebas
Sartono,
1999, racun dan keracunan, jakarta: EGC
http://alifatunkhasanah.blogspot.co.id/2015/04/asuhan-keperawatan-gigitan-ular.html