ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
LAKI-LAKI BERINISIAL A DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ;
HYDROCEPHALUS DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG
DI SUSUN OLEH :
1.
Memo
Lukito : A21309021
2.
Ona
Sonia : A21309023
3.
Ririn
Dwi Agustini : A21309028
4.
Sari : A213090
Dosen
Pembimbing : Ns. Sri Hartati, S.Kep M. Kes
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN III. A
TAHUN AJARAN 2013-2014
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Hydrocephalus adalah akumulasi
cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang
subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001). Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang
cairan serebro spinalis interna atau eksternal melebar ( Mumenthaler, 1995). Hydrocephalus
merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebro
spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngatisyah,
1997).
Hydrocephalus berkembang jika aliran
serebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya
hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan serebrospinal dianggap sebagai
proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi
kelainan yang progresif pada anak – anak yang disebabkan oleh papyloma pleksus
dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus pada
anak dan bayi
Hydrocephalus
pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah
diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi
terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya
tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
b.
Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada
saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya
trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada
hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan
letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2 bagian,
terbagi yaitu;
a.
Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
Pada hydrocephalus Komunikan
obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
b.
Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan
obstruksinya terdapat dalam system ventrikel sehingga menghambat aliran bebas
dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah
pada sistem ventikel sehingga terjadi bentuk hydrocephalus nonkomunikan.
Anatomi
fisiologi hydrosephalus
LCS (Liquid Cerebro Spinal) terdapat
dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor cerebrospinalis internum
dan externum yang saling berhubungan. Hubungan antara keduanya melalui dua apertura
lateral dari ventrikel keempat (foramen Luscka) dan apetura medial dari
ventrikel keempat (foramen Magendie). Pada orang dewasa, volume cairan
cerebrospinal total dalam seluruh rongga secara normal ± 150 ml; bagian
internal (ventricular) dari system menjadi kira-kira setengah jumlah ini.
Antara 400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan direabsorpsi setiap hari.
LCS memberikan dukungan mekanik pada
otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol
eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar
metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan
beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus
volume cairan cerebrospinal) (Kaplan, 2001).
Tekanan rata-rata cairan
cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air, perubahan yang berkala terjadi
menyertai denyutan jantung dan pernapasan. Takanan meningkat bila terdapat
peningkatan pada volume intracranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada
perdarahan) atau volume cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena
tengkorak dewasa merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat
menyesuaikan diri terhadap penambahan volume tanpa kenaikan tekanan.
LCS dihasilkan oleh pleksus
choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam ventriculus
tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus.
Disana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan
sistem ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel
keempat dan memasuki rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di
atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi
(melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding
ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari
sinus atau vena-vena) di berbagai daerah kebanyakan di atas konveksitas
superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan
reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang
terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam
keadaan yang seimbang. Cerebrospinal atau CSS merupakan cairan yang membungkus
otak & tulang belakang (Nelson,2000).
Fungsi CSS adalah :
a) Sebagai
'Shock Absorber' & melindungi otak.
b) Mengangkut
zat makanan ke neuron SSP dan membuang produk sisa ke darah ketika cairan
direabsorpsi.
c) Mengalir
antara tempurung kepala & tulang belakang guna mengkompensasi perubahan
volume darah dalam otak.
d) Sebagai
bantalan SSP.
B. Etiologi
Etiologi
Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );
1.
Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang
bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero
ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi ( anomali
perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar
pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan
sebagai hidrosefalus idiopatik.
2.
Sebab-sebab Postnatal
1. Lesi
masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan
kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan
hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista
neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan
liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
2. Perdarahan
yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala, ruptura
malformasi vaskuler.
3. Meningitis.
Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal
ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
4. Gangguan
aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional seperti
akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani,
trombosis jugularis.
Penyebab
sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada
bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi adalah:
1.
Kelainan bawaan
a.
Stenosis Aquaductus sylvi
Merupakan penyebab yang paling
sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.
b.
Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
c.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen
luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran
sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di
daerah losa posterior.
d.
Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi
menurut usia
e.
Anomali Pembuluh Darah
2.
Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan
meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya
meningitis.
3.
Perdarahan
4.
Neoplasma
Terjadinya
hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
·
Tumor Ventrikel kiri
·
Tumorfosa posterior
·
Pailoma pleksus khoroideus
·
Leukemia, limfoma
5.
Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan
penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler
·
Dilatasi sinus dural
·
Thrombosis sinus venosus
·
Malformasi V. Galeni
·
Ekstaksi A. Basilaris
·
Arterio venosusmalformasi
Tanda
dan gejala
Kepala bisa berukuran normal dengan
fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak
orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji
radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
– pisah dan pelebaranvontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran
pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat
lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat
tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka
akan terjadi retardasi mental dan fisik.
C. Manifestasi Klinik
Kepala bisa berukuran normal dengan
fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak
orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis :
terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran
vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT
scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya
massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa
aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara
spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas,
konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi
mental dan fisik.
1. Bayi :
·
Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat
pada umur 3 tahun.
·
Keterlambatan penutupan fontanela anterior,
sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
ΓΌ Tanda – tanda peningkatan tekanan
intracranial antara lain :
·
Muntah
·
Gelisah
·
Menangis dengan suara ringgi
·
Peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan
·
dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor.
ΓΌ peningkatan tonus otot ekstrimitas
ΓΌ Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh
darah terlihat jelas
ΓΌ Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga
sclera terlihat seolah – olah diatas iris
ΓΌ Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset
Eyes”
ΓΌ Strabismus, nystagmus, atropi optic
ΓΌ Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke
atas
2.
Anak yang telah menutup suturanya;
Tanda
– tanda peningkatan intarakranial
·
Nyeri kepala
·
Muntah
·
Lethargi, lelah, apatis, perubahan
personalitas
·
Ketegangan dari sutura cranial dapat
terlihat pada anak berumur 10 tahun
·
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan
perifer
·
Strabismus
·
Perubahan pupil
D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi
karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan
di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya
obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi
pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba
/ akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses
akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya
melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut
seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran
ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika
terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura
cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya
menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat
membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular
menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga
memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah
dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
E. Klasifikasi
Klasifikasi
hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan;
1. Gambaran
klinis, dikenal hidrosefalus manifest ( overt hydrocephalus ) dan hidrsefalus
tersembunyi ( occult hydrocephalus )
2. Waktu
pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses
terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi
CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan
adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif
menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan
gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus
arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer,
yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
F. Komplikasi
Komplikasi
Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan
TIK
2. Pembesaran
Kepala
3. Kerusakan
Otak
4. Meningitis,
Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas
mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan
jaringan saraf
7. Proses
aliran darah terganggu
8. Shunt
tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi;
septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
G. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik,
keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan
diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu;
1.
Rontgen foto kepala
Dengan
prosedur ini dapat diketahui :
a) Hidrosefalus
tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b) Hidrosefalus
tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2.
Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah
fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap
setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter
yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3.
Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi
dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih
garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4.
Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto,
maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang
besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5.
Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior
yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel
yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6.
CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan
sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III.
Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7.
MRI ( Magnetic Resonance Image )
Untuk mengetahui kondisi patologis
otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan
magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
H. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada
katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan
diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi
produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan
reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran
cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
·
Drainase ventrikule-peritoneal
·
Drainase Lombo-Peritoneal
·
Drainase ventrikulo-Pleural
·
Drainase ventrikule-Uretrostomi
·
Drainase ke dalam anterium mastoid
·
Mengalirkan cairan serebrospinal ke
dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter
Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu
arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus
diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
4.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di
daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga
tidak terlihat dari luar.
5.
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada
2 macam terapi pintas/ “ shunting “:
1.
Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke
dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2.
Internal
a.
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
· Ventrikulo-Sisternal,
CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
· Ventrikulo-Atrial,
CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
· Ventrikulo-Bronkhial,
CSS dialirkan ke Bronhus.
· Ventrikulo-Mediastinal,
CSS dialirkan ke mediastinum
· Ventrikulo-Peritoneal,
CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
Teknik
Shunting:
1. Sebuah
kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu
reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah
katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang
terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial
Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v.
jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).
Ventriculo-Peritneal
Shunt
a.
Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b.
Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan
silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan
anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi,
hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS,
kraniosinostosis.
Penanganan
hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
Penanganan Sementara.
a) Terapi
konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya.
Penanganan
Alternatif (Selain Shunting).
b) Misalnya:
pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini
cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik.
Operasi
Pemasangan “Pintas” (Shunting).
c) Operasi
pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid
lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu:
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan
kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus yang
dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Namun secara umum, penjagaan
kesehatan bagi para ibu hamil dan menyusui sangat diperlukan. Para ibu hamil
dan menyusui di harapkan memperhatikan gizi makanan mereka agar memiliki daya
tahan tubuh yang baik, sehingga anaknya dapat terhindar dari penyakit
hydrocephalus ini. Jika mengetahui
secara dini tanda-tanda hydrocephalus pada anak, segera periksa ke dokter, dan
tangani sampai tuntas. Jika tidak dilakukan tindakan maka hidrocephalus dapat
menyebabkan kerusakan otak, gangguan fisik dan mental bahkan kematian. Dengan
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat maka anak dengan hidrocephalus dapat
pulih kembali.
Prognosis.
Hidrosefalus yang tidak diterapi
akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari
kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri
atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila
prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi,
angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi
normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali
anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
LAKI-LAKI BERINISIAL A DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ;
HYDROCEPHALUS DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG
Kasus:
Seorang anak laki-laki dengan
inisial “A” yang berusia 3 tahun dibawah ayahnya ke RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG
karena mengalami masalah pada sistem neurobehaviour dengan tanda-tanda kepala
lebih besar dari ukuran dari kepala nya yang normal dan juga kondisinya lemah
sehingga tidak bisa berbicara dan berjalan seperti anak normal lainya
A. PENGKAJIAN
I.
Identitas klien
·
Nama : A
·
Usia : 3 tahun
·
J.kelamin : laki-laki
·
Agama : islam
·
Suku : jawa
·
Pendidikan: -
·
Pekerjaan : -
·
Alamat : jl Di panjaitan lorong sentosa
no 17 plaju
·
Med reg : 22
·
Tanggal masuk : 12 mei 2014
2.
Identitas penanggung jawab
·
Nama : ahmad
·
Usia : 35 tahun
·
J.kelamin : laki-laki
·
Pekerjaan : wiraswasta
·
Hub dengan klien : anak kandung
3.
Keluhan utama
·
Kepala membesar
·
Ayah mengatakan “saya khawatir dengan
keadaan anak saya mbak”
4.
Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat infeksi (biasanya
riwayat infeksi pada selaput otak dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang
didapat meliputi seorang anak mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadaran
menurun (GCS <15), kejang, muntah, sakit kepala, wajahnya tanpak kecil
cecara disproposional, anak menjadi lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi
secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran akibat adanya perubahan di dalam intracranial.
Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.
5.
Riwayat Penyakit masa lalu
·
Prenatal
Ibu
mengatakan selama hamil tidak ada keluhan, saat hamil periksa rutin di bidan.
·
Peri natal
Ibu
mengatakan saat melahirkan ditolong bidan dan normal
·
Post natal
Ibu mengatakan anaknya lahir
1engkap, tidak ada kelainan selama nifas juga tidak ada keluhan
·
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu
mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit berat sebelum ini.
·
Riwayat injuri
Ibu
mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan
·
Riwayat alergi
Ibu
mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat alergi obat ataupun
makanan.
6.
Riwayat Penyakit keluarga
·
Sosial ekonomi
Sedang
orang tua (ayah) bekerja sebagai wiraswata
·
Lingkungan rumah
Rumah berada di perkotaan
·
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga
tidak ada yang menderita penyakit asma, TBC, Hipertensi
7.
Pemeriksan Head to toe
1.
Keadaan umurn
·
Tingkat kesadaran : composmentis
·
Nadi : 120 x/menit Suhu : 30 °C RR:
32x/hari LK: 39 an
2.
Kulit
·
Lembab
·
turgor kulit baik
·
tidak ada luka
·
perabaan hangat
3.
Kepala
·
Kepala tampak membesar LK 39 cm
ubun-ubun datar
·
sunset phenomen (+)
4.
Mata
·
Simetris
·
bersih tidak ada sekret
·
conjung tiva tidak dinamis
·
sklera tidak icterik
·
pupil isokor
·
kulit penglihatan baik.
5.
Telinga
·
Bersih simetris
·
tidak ada cairan yang keluar
·
tidak ada ganggungan pendengaran
6.
Hidung
·
Bersih simetris tidak ada skret yang
keluar
7.
Mulut
·
Berish
·
tidak stomatitis
8.
Leher
·
Simetris tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan uera jugularis
9.
Dada
·
Inspeksi :dada simetris, tidak ada
ketinggalan gerak , tidak ada luka
·
Perkusi : suara sohor
·
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
·
Auskultasi : vesikuler paru-paru bersih
tidak ada wizing.
10.
Abdomen
·
Inspeksi : simetris tidak ada luka bekas
operasi
·
Auskultasi : peristaitik (+) 13 x/menit
Perkusi .
·
Palpasi : tidak ada nyei tekan
11.
Genetalia
·
alat kelamin bersih
·
tidak ada kelainan
12.
Anus dan rectum
·
Bersih
·
tidak ada kelainan
·
tidak ada atesria ari
13.
Moskuloskutal
·
Ekstermitas atas : gerakan aktif, tidak
ada kelainan.
·
Ekstermitas bawah : gerakan kaki ada
kelainan.
8.
Pemeriksaan diagnostik
CT. Scan
kepala tanggal9 Januari 2010
Kesan : -
Hidrosecefalus obstruksi
- intraventrikel lateralis, hematom intraventikel
III dan IV hematom, tak tampak SOP/INFORK
14 Januari 2010
Baby gram
Kesan pulmo : tak tampak adanya
kelainan, tonfigurasi cor normal
Abdomen : gambar distrik sistem usus
8. Pemeriksaan Diagnostik
Laporan tanggal 12 mei 2014
Hasil
|
Reference
|
Remaks
|
|
TP
|
: 4, 72 g/dl
|
6,40-30
|
Low
|
ALB
|
: 2,83 g/dl
|
-
|
|
Bun
|
: 4,8 mg.dI
|
7,0-8,0
|
Low
|
Cre
|
: 0,39 mg/dl
|
0,60-1,30
|
Low
|
Uric
|
: 3,7 mg/dl
|
3,6-72
|
|
Glu
|
: 91 mg/dl
|
-
|
|
Na
|
: 140,1 mmol/1
|
136,0-145
|
|
K
|
: 4,63 mmol/l
|
3,10-5,00
|
|
Cl
|
: 110,2 mmol/1
|
98,0-107,0
|
High
|
Glob
|
: 1,59 g/dl
|
-
|
Laporan 12 mei 2014
Homeostasis
PPT
|
:34,1
|
Det
|
13,3-16
|
INR
|
: 3,59
|
||
Kontrol
|
:13,7
|
Det
|
|
APTT
|
: 94,9
|
Det
|
28-35
|
Kontrol
|
:31,1
|
||
BT
|
:2
|
9.
Analisa data
No
|
Symptom
|
Problem
|
1
|
Iskemia
Hipoksia
Nekrosis jaringan otak
Volume cairan bertamabah
|
Gangguan pada volume cairan diotak
yang betambah
|
2
|
Gangguan mobilisasi fisik
|
Gangguan pada pergerakan fisik
|
3
|
Kerusakan sel
Otak
Nyeri kepala akut
|
Gangguan pada rasa nyeri akut dikepala
|
10.
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Tgl / jam
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
14
mei 2014/10.00
|
Gangguan pada volume cairan otak
bertambah b.d nekrosis jaringan otak
|
Tujuan
jangka panjang : untuk mengurangi cairan yang ada diotak
Tujuan jangka
pendek : nyeri (-), rewel (-) sunshet
penomen (-)
|
Tindakan
bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total
|
Untuk
mengurangi dan mengeluarkan cairan yang ada dalam otak
|
2
|
15
mei 2014/ 12.00
|
Gangguan pada pergerakan fisik
yang b.d ketidakmampuan menggerakan betis penurunan kekuatan otot
|
Tujuan jangka panjang : untuk membantu
supaya anggota fisik nya bisa bergerak
Tujuan jangka pendek : kelainan dikaki
(-)
|
Latih
fisik klien dengan mengunakan teknik rom minimal 5-10 x/menit
|
Untuk
melatih otot, untuk menggerakan sendi, supaya saraf dan peredaran menjadi
lancar
|
3
|
16
mei 2014/10.00
|
Gangguan
pada nyeri kepala akut b.d persepsi nyeri
|
Tujuan
jangka panjang : untuk menghilangkan rasa nyeri agar pasien nyaman
Tujuan
jangka pendek : nyeri (-)
Okular
mata (-)
Kaku
leher (-)
|
Anjurkan
pasien untuk bed rest secukupnya dan
beri obat analgetik dan antipiretik
|
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasien
agar kondisi pasien normal kembali
|
11.
Catatan perkembangan pasien
No
|
Tgl
/ jam
|
Implementasi
|
Tgl / jam
|
Evaluasi
|
1.
|
17 mei 2014/ 15.00
|
Melakukan Tindakan bedah pemasangan selang
pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah
di bius total
|
17
Mei 2014/ 15.00
|
S: Keluarga klien mengatakan keadaan
klien membaik
O: Bagian kepalanya sudah membaik
A: Masaalah teratasi
P: Pantau terus keadaan pasien
|
2.
|
18 mei 2014/ 11.00
|
Melatih fisik klien dengan mengunakan
teknik rom minimal 5-10 x/menit
|
18 mei 2014/ 11.00
|
S: ayah klien mengatakan anaknya sudah
bisa sedikit mengerakan anggota fisiknya
O: Tidak ada kelainan di ekstermitas
atas dan bawah
A: Masalah sedikit teratasi
P: Terus lanjutkan intervensi
|
3.
|
19 mei 2014/ 13.00
|
Menganjurkan pasien untuk bed rest
secukupnya dan beri obat analgetik dan
antipiretik
|
19 mei 2014/ 11.00
|
S: Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
rewel lagi
O: anggota fisik lainya tidak ada
kelainan
A: Masalah teratasi
P: Pantau terus keadaan pasien
|