Kamis, 02 Oktober 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK LAKI-LAKI BERINISIAL A DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ; HYDROCEPHALUS DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG

DI SUSUN OLEH :
1.      Memo Lukito             : A21309021
2.      Ona Sonia                  : A21309023
3.      Ririn Dwi Agustini    : A21309028
4.      Sari                         : A213090
Dosen Pembimbing : Ns. Sri Hartati, S.Kep M. Kes







PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN III. A
TAHUN AJARAN 2013-2014


                                                                                  


BAB I
PEMBAHASAN
A. Defenisi
            Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001). Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau eksternal melebar ( Mumenthaler, 1995). Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngatisyah, 1997).
            Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak yang disebabkan oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus pada anak dan bayi
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kongenital
            Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
b. Non Kongenital
            Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2 bagian, terbagi yaitu;
a. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
            Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
b. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
            Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi bentuk hydrocephalus nonkomunikan.
Anatomi fisiologi hydrosephalus
            LCS (Liquid Cerebro Spinal) terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor cerebrospinalis internum dan externum yang saling berhubungan. Hubungan antara keduanya melalui dua apertura lateral dari ventrikel keempat (foramen Luscka) dan apetura medial dari ventrikel keempat (foramen Magendie). Pada orang dewasa, volume cairan cerebrospinal total dalam seluruh rongga secara normal ± 150 ml; bagian internal (ventricular) dari system menjadi kira-kira setengah jumlah ini. Antara 400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan direabsorpsi setiap hari.
            LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal) (Kaplan, 2001).
            Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air, perubahan yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung dan pernapasan. Takanan meningkat bila terdapat peningkatan pada volume intracranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada perdarahan) atau volume cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena tengkorak dewasa merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap penambahan volume tanpa kenaikan tekanan.
            LCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Disana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan sistem ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-vena) di berbagai daerah kebanyakan di atas konveksitas superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang. Cerebrospinal atau CSS merupakan cairan yang membungkus otak & tulang belakang (Nelson,2000).
 Fungsi CSS adalah :
a)      Sebagai 'Shock Absorber' & melindungi otak.
b)      Mengangkut zat makanan ke neuron SSP dan membuang produk sisa ke darah ketika cairan direabsorpsi.
c)      Mengalir antara tempurung kepala & tulang belakang guna mengkompensasi perubahan volume darah dalam otak.
d)     Sebagai bantalan SSP.

B.     Etiologi
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );
1. Sebab-sebab Prenatal
            Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
1.      Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
2.      Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
3.      Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
4.      Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani, trombosis jugularis.
Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvi
            Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
            Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
            Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
     Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usia
e. Anomali Pembuluh Darah 
2. Infeksi
            Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
·         Tumor Ventrikel kiri
·         Tumorfosa posterior
·         Pailoma pleksus khoroideus
·         Leukemia, limfoma
5.  Degeneratif.
     Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6.      Gangguan Vaskuler
·         Dilatasi sinus dural
·         Thrombosis sinus venosus
·         Malformasi V. Galeni
·         Ekstaksi A. Basilaris
·         Arterio venosusmalformasi
Tanda dan gejala
            Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaranvontanela.
            Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
C.    Manifestasi Klinik
            Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
1.  Bayi :
·           Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
·          Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
ΓΌ   Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
·         Muntah
·         Gelisah
·         Menangis dengan suara ringgi
·         Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan
·         dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
ΓΌ  peningkatan tonus otot ekstrimitas
ΓΌ  Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
ΓΌ  Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas iris
ΓΌ  Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
ΓΌ  Strabismus, nystagmus, atropi optic
ΓΌ  Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
2. Anak yang telah menutup suturanya;
Tanda – tanda peningkatan intarakranial
·                 Nyeri kepala
·                 Muntah
·                 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
·                 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
·                 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
·                 Strabismus
·                 Perubahan pupil
D.    Patofisiologi
            Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
            Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
            Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.


E.     Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan;
1.      Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifest ( overt hydrocephalus ) dan hidrsefalus tersembunyi ( occult hydrocephalus )
2.      Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3.      Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4.      Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
            Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
F.     Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1.      Peningkatan TIK
2.      Pembesaran Kepala
3.      Kerusakan Otak
4.      Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5.      Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6.      Kerusakan jaringan saraf
7.      Proses aliran darah terganggu
8.      Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9.      Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak


G.    Pemeriksaan Diagnostik
            Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu;
1.  Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a)      Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b)      Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
            Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
            Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
            Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
            Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
            Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
            Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
H.    Penatalaksanaan
            Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1.      Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2.      Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3.      Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
·         Drainase ventrikule-peritoneal
·         Drainase Lombo-Peritoneal
·         Drainase ventrikulo-Pleural
·         Drainase ventrikule-Uretrostomi
·         Drainase ke dalam anterium mastoid
·         Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas/ “ shunting “:
1. Eksternal
            CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
    a.   CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
·      Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
·      Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
·      Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
·      Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
·      Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.



b.      “Lumbo Peritoneal Shunt”
            CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1.      Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2.      Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3.      Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4.      Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).
Ventriculo-Peritneal Shunt    
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
            Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
            Penanganan Sementara.
a)      Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
Penanganan Alternatif (Selain Shunting).
b)      Misalnya: pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
Operasi Pemasangan “Pintas” (Shunting).
c)      Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
Pencegahan
            Tidak ada pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Namun secara umum, penjagaan kesehatan bagi para ibu hamil dan menyusui sangat diperlukan. Para ibu hamil dan menyusui di harapkan memperhatikan gizi makanan mereka agar memiliki daya tahan tubuh yang baik, sehingga anaknya dapat terhindar dari penyakit hydrocephalus ini.  Jika mengetahui secara dini tanda-tanda hydrocephalus pada anak, segera periksa ke dokter, dan tangani sampai tuntas. Jika tidak dilakukan tindakan maka hidrocephalus dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan fisik dan mental bahkan kematian. Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat maka anak dengan hidrocephalus dapat pulih kembali.

Prognosis.
            Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK LAKI-LAKI BERINISIAL A DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ; HYDROCEPHALUS DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG

Kasus:
            Seorang anak laki-laki dengan inisial “A” yang berusia 3 tahun dibawah ayahnya ke RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG karena mengalami masalah pada sistem neurobehaviour dengan tanda-tanda kepala lebih besar dari ukuran dari kepala nya yang normal dan juga kondisinya lemah sehingga tidak bisa berbicara dan berjalan seperti anak normal lainya
A.    PENGKAJIAN
I. Identitas klien
·         Nama : A
·         Usia : 3 tahun
·         J.kelamin : laki-laki
·         Agama : islam
·         Suku : jawa
·         Pendidikan: -
·         Pekerjaan : -
·         Alamat : jl Di panjaitan lorong sentosa no 17 plaju
·         Med reg : 22
·         Tanggal masuk : 12 mei 2014
2. Identitas penanggung jawab
·         Nama : ahmad
·         Usia : 35 tahun
·         J.kelamin : laki-laki
·         Pekerjaan : wiraswasta
·         Hub dengan klien : anak kandung
3. Keluhan utama
·         Kepala membesar
·         Ayah mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya mbak”
4. Riwayat penyakit sekarang
            Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada selaput otak dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS <15), kejang, muntah, sakit kepala, wajahnya tanpak kecil cecara disproposional, anak menjadi lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran akibat adanya perubahan di dalam intracranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.
5. Riwayat Penyakit masa lalu
·         Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil tidak ada keluhan, saat hamil periksa rutin di bidan.
·         Peri natal
Ibu mengatakan saat melahirkan ditolong bidan dan normal
·         Post natal
    Ibu mengatakan anaknya lahir 1engkap, tidak ada kelainan selama nifas juga tidak ada keluhan
·         Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit berat sebelum ini.
·         Riwayat injuri
Ibu mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan
·         Riwayat alergi
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat alergi obat ataupun makanan.
6. Riwayat Penyakit keluarga
·         Sosial ekonomi
Sedang orang tua (ayah) bekerja sebagai wiraswata
·         Lingkungan rumah
Rumah berada di perkotaan
·         Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma, TBC, Hipertensi
7. Pemeriksan Head to toe
1. Keadaan umurn
·         Tingkat kesadaran : composmentis
·         Nadi : 120 x/menit Suhu : 30 °C RR: 32x/hari LK: 39 an
2. Kulit
·         Lembab
·         turgor kulit baik
·         tidak ada luka
·          perabaan hangat
3. Kepala
·         Kepala tampak membesar LK 39 cm ubun-ubun datar
·         sunset phenomen (+)
4. Mata
·         Simetris
·         bersih tidak ada sekret
·         conjung tiva tidak dinamis
·         sklera tidak icterik
·         pupil isokor
·         kulit penglihatan baik.
5. Telinga
·         Bersih simetris
·         tidak ada cairan yang keluar
·          tidak ada ganggungan pendengaran
6. Hidung
·         Bersih simetris tidak ada skret yang keluar
7. Mulut
·         Berish
·          tidak stomatitis
8.  Leher
·         Simetris tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan uera jugularis
9. Dada
·         Inspeksi :dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak , tidak ada luka
·         Perkusi : suara sohor
·         Palpasi : tidak ada nyeri tekan
·         Auskultasi : vesikuler paru-paru bersih tidak ada wizing.
10. Abdomen
·         Inspeksi : simetris tidak ada luka bekas operasi
·         Auskultasi : peristaitik (+) 13 x/menit Perkusi .
·         Palpasi : tidak ada nyei tekan
11. Genetalia
·         alat kelamin bersih
·         tidak ada kelainan
12. Anus dan rectum
·         Bersih
·         tidak ada kelainan
·          tidak ada atesria ari
13. Moskuloskutal
·         Ekstermitas atas : gerakan aktif, tidak ada kelainan.
·         Ekstermitas bawah : gerakan kaki ada kelainan.
8. Pemeriksaan diagnostik
CT. Scan kepala tanggal9 Januari 2010
Kesan : - Hidrosecefalus obstruksi
  • intraventrikel lateralis, hematom intraventikel III dan IV hematom, tak tampak SOP/INFORK
14 Januari 2010
Baby gram
Kesan pulmo : tak tampak adanya kelainan, tonfigurasi cor normal
Abdomen : gambar distrik sistem usus

8. Pemeriksaan Diagnostik
Laporan tanggal 12 mei 2014
Hasil
Reference
Remaks
TP
: 4, 72 g/dl
6,40-30
Low
ALB
: 2,83 g/dl
-
Bun
: 4,8 mg.dI
7,0-8,0
Low
Cre
: 0,39 mg/dl
0,60-1,30
Low
Uric
: 3,7 mg/dl
3,6-72
Glu
: 91 mg/dl
-
Na
: 140,1 mmol/1
136,0-145
K
: 4,63 mmol/l
3,10-5,00
Cl
: 110,2 mmol/1
98,0-107,0
High
Glob
: 1,59 g/dl
-
Laporan 12 mei 2014
Homeostasis
PPT
:34,1
Det
13,3-16
INR
: 3,59
Kontrol
:13,7
Det
APTT
: 94,9
Det
28-35
Kontrol
:31,1
BT
:2

9. Analisa data
No
Symptom
Problem
1
Penurunan perfusi jaringan serebral

Iskemia
 

Hipoksia
 

Nekrosis jaringan otak
 

Volume cairan bertamabah
Gangguan pada volume cairan diotak yang betambah
2
Trauma tulang tibia fibula

Frakture tibia tibia fibula

Kerusakan neurovaskuler nyeri ketidaknyamanan terapi mobilisasi

Ketidakmampuan menggerakan betis penuruna kekuatan otot

Gangguan mobilisasi fisik
Gangguan pada pergerakan fisik
3
Kerusakan sel

Pelepasan mediaterni

Merangsang noseptor reseptor nyeri

Diantarkan serabut tipe a dan c

Medula spinalis

Otak
 

Persepsi nyeri

Nyeri kepala akut
Gangguan pada rasa nyeri akut dikepala

10. Rencana Asuhan Keperawatan
No
Tgl / jam
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
14 mei 2014/10.00
Gangguan pada volume cairan otak bertambah b.d nekrosis jaringan otak
Tujuan jangka panjang : untuk mengurangi cairan yang ada diotak

Tujuan jangka pendek : nyeri (-), rewel (-)  sunshet penomen (-) 

Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total
Untuk mengurangi dan mengeluarkan cairan yang ada dalam otak
2
15 mei 2014/ 12.00
Gangguan pada pergerakan fisik yang b.d ketidakmampuan menggerakan betis penurunan kekuatan otot
Tujuan jangka panjang : untuk membantu supaya anggota fisik nya bisa bergerak

Tujuan jangka pendek : kelainan dikaki (-)
Latih fisik klien dengan mengunakan teknik rom minimal 5-10 x/menit
Untuk melatih otot, untuk menggerakan sendi, supaya saraf dan peredaran menjadi lancar
3
16 mei 2014/10.00
Gangguan pada nyeri kepala akut b.d persepsi nyeri
Tujuan jangka panjang : untuk menghilangkan rasa nyeri agar pasien nyaman

Tujuan jangka pendek : nyeri (-)
Okular mata (-)
Kaku leher (-)
Anjurkan pasien untuk bed rest secukupnya  dan beri obat analgetik dan antipiretik
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasien agar kondisi pasien normal kembali
11. Catatan perkembangan pasien
No
Tgl / jam
Implementasi
Tgl / jam
Evaluasi
1.
17 mei 2014/ 15.00
Melakukan Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total
17 Mei 2014/ 15.00
S: Keluarga klien mengatakan keadaan klien membaik
O: Bagian kepalanya sudah membaik
A: Masaalah teratasi
P: Pantau terus keadaan pasien

2.
18 mei 2014/ 11.00
Melatih fisik klien dengan mengunakan teknik rom minimal 5-10 x/menit
18 mei 2014/ 11.00
S: ayah klien mengatakan anaknya sudah bisa sedikit mengerakan anggota fisiknya
O: Tidak ada kelainan di ekstermitas atas dan bawah
A: Masalah sedikit teratasi
P: Terus lanjutkan intervensi
3.
19 mei 2014/ 13.00
Menganjurkan pasien untuk bed rest secukupnya  dan beri obat analgetik dan antipiretik
19 mei 2014/ 11.00
S: Ibu pasien mengatakan anaknya tidak rewel lagi
O: anggota fisik lainya tidak ada kelainan
A: Masalah teratasi
P: Pantau terus keadaan pasien