Minggu, 07 Desember 2014

TUTORIAL BLOK III KASUS ANAK KEJANG DEMAM

Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 3
AKPER KHADIJAH
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
Tutor : dr. Fade Fatimah

Aria Alhabib                           : A21309004
Ayu Wandira                          : A21309007
Erika Damayanti                     : A21309012
Fitriani                                     : A21309014
Meli Ayu Lestari                     : A21309020
Memo Lukito                          : A21309021
Revilianti                                 : A21309026
Serli Wulan Safitri                  : A21309030
Tri Intan Sinapurnama            : A21309034
Tri Wahyuni                            : A21309035
Wulan Pandan sari                  : A21309038
Yurika winadia                       : A21309041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013-2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun kami haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dankarunia-Nya laporan tutorial skenario 1 blok 3 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran di Kampus STIK Siti Khadijah Palembang. Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok I tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.





Palembang, 05 December 2014



BAB I
PEMBAHASAN

SKENARIO 2 BLOK 3                        
Ibu Nia datang ke klinik dokter keluarga yang personilnya terdiri dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Ia tampak sangat cemas, anaknya bernama Evi berusia 2 tahun, demam tinggi sejak 1 hari yang lalu, perawat melakukan vital sign dengan hasil temperatur 380c, RR 26x/menit. Dia berusaha menurunkan demam anaknya dengan memberikan paracetamol sirup. Tapi panas badan Evi tidak kunjung turun bahkan sempat kejang. Ibunya khawatir tentang keadaan anaknya, sebab beberapa hari yang lalu, dibawanya berkunjung kerumah tetangganya yang menderita ayan dan ia takut anaknya tertular penyakit yang sama. Selain itu saudaranya Evi, Andi yang berusia 7 tahun dulu yang pernah kejang karena tertusuk paku di kakinya. Tetapi waktu itu dokter mendiagnosa penyakit Andi tetanus. Bagai mana peran perawat pada kasus ini?

I.                   KLASIFIKASI ISTILAH

1.      Vital sign         :
Pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar seperti tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh. (Nursing Begin)
2.      Kejang             :
Kejang (konvulsi) didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismalyang dapat tampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi otonom.
( Ilmu Kesehatan Anak Nelson)
3.      Ayan               :
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-ulang. Diagnosa ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak 2x kejang tanpa penyebab. (Rencana Askep bedah, Jastremski, 1988)
4.      Paracetamol     :
Analgesik ini adalah alternatif bila aspirin dikontraindikasi. Namun, agens ini tidak mempunyai efek anti-inflamasi seperti aspirin. Nama lainnya adalah asetaminofen. (Farmakologi Untuk Keperawatan)
5.      Tetanus            :
Tetanus adalah kontraksi otot yang mengejang dan hiperefleksia, yang menyebabkan trismus (rahang terkunci), spasme glitis, spasme otot secara keseluruhan, opistotonus, spasme pernapasan, kejang serta paralisis yang dapat fatal. (Generalized. T)
6.      Demam            :
Disebut juga pireksia adalah suhu abnormal tubuh. Demam umumnya menunjukan bahwa ada proses abnormal yang terjadi dalam tubuh. Demam secara teknis disefinisikan sebagai suhu tubuh di atas normal 370C.(kamus kesehatan)

II.                IDENTIFIKASI  MASALAH

1.      Ibu Ani butuh pertolongan medis.
2.      Evi demam sejak 1 hari yang lalu, vital sign dengan hasil temperatur 380C.
3.      Evi sudah diberikan paracetamol oleh ibunya.
4.      Obat paracetamol tidak berhasil.
5.      Ibunya khawatir anaknya tertular penyakit ayan.
6.      Ibunya berfikir ada riwayat keluarga bahwa Evi tertular dari kakak nya.
7.      Bagaimana peran perawat dalam kasus ini.


III.              ANALISA MASALAH

1.       Ibu Nia datang ke klinik dokter keluarga yang personilnya terdiri dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
a.      Mengapa ibu Nia datang ke klinik dokter keluarga ?
Jawab :
karena ibu Nia khawatir terhadap keadaan anaknya yang mengalami demam tinggi sejak 1 hari yang lalu.

2.      Ia tampak sangat cemas, anaknya bernama Evi berusia 2 tahun, demam tinggi sejak 1 hari yang lalu, perawat melakukan vital sign dengan hasil temperatur 380c, RR 26x/menit.
a.       Mengapa ibunya sangat cemas ?
Jawab :
karena kurangnya pengetahuan ibunya terhadap penyakit yang di derita anaknya.
b.      Apakah dengan hasil vital sign tersebut bisa dikatakan normal ?
Jawab :
 Tidak, karena :
Temperatur normal : 37,20C
RR                              : 15-30x/menit
3.      Dia berusaha menurunkan demam anaknya dengan memberikan paracetamol sirup. Tapi panas badan Evi tidak kunjung turun bahkan sempat kejang.
a.      Apakah ada obat lain yang bisa diberikan selain paracetamol ?
Jawaban :
·         Parasetamol dapat diminum setiap 4-6 jam sekali. Dosis yang aman bagi anak adalah 10-15mg/kgbb/pemberian yang di izinkan 4-6x sehari.
·         Ibuprofen, dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah 10 mg/kgbb/kali, diberikan hingga 3x/hari setiap 6-8 jam sekali. Efek menurunkan demam yang dimiliki ibuprofen memang lebih kuat dari parasetamol, kendati demikian efek sampingnya juga lebih besar.
Jika obat pilihan pertama yaitu parasetamol tidak dapat menurunkan suhu, maka obat berikutnya yang digunakan adalah ibuprofen. Pemakaian obat ini jangan digunakan bersama-sama dengan parasetamol. Gunakan salah satu saja. Jika diberikan bersamaan, maka akan terjadi over dosis.
Ibuprofem mempunyai efek menurunkan panas yang lebih kuat dari parasetamol. Tapi kelemahannya adalah efek samping yang lebih banyak. Jadi dari sisi keamanan, ibuprofen jauh lebih buruk.
Ibuprofen sebaiknya jangan diberikan pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan. Juga jangan diberikan pada kondisi demam yang disertai dehidrasi dan muntah. Juga tidak boleh diberikan pada penderita demam berdarah, sebab hal ini akan meningkatkan resiko pendarahan.

b.      Mengapa obat paracetamol dijadikan pilihan utama saat terjadi kejang demam ?
Jawaban :
      Karena pemberian obat ini tidak menghilangkan demam, namun untuk menurunkan suhu tubuh. Setelah minum obat, suhu akan turun, meskipun demam tidak hilang sama sekali. Obat penurun panas utama yang lazim digunakan adalah parasetamol.
      Obat ini paling aman digunakan, oleh bayi sekalipun, jika digunakan sesuai dosisnya dan tidak dalam jangka panjang. Pemakaian dalam dosis berlebih dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.


c.       Bagaimana kondisi si anak setelah diberikan paracetamol ?
Jawab :
Kondisi Evi tidak kunjung turun, bahkan tengah malam Evi sempat kejang.

4.      Ibunya khawatir tentang keadaan anaknya, sebab beberapa hari yang lalu, dibawanya berkunjung kerumah tetangganya yang menderita ayan dan ia takut anaknya tertular penyakit yang sama.
a.      Mengapa ibunya khawatir dengan kondisi anaknya ?
Jawab :
karena kurangnya pengetahuan ibunya terhadap penyakit yang di derita anaknya

b.      Apakah penyakit ayan menular dan apa penyebabnya ?
Jawab :
tidak ,epilepsi tidak menular ,karena epilepsi penyebabnya belum diketahui tapi banyak spekulasi disebabkan oleh :
a.      Pasca trauma kelahiran
b.      Pasca cidera kepala
c.       Adanya riwayat infeksi pada masa kanak-kanak
d.      Riwayat demam tinggi
e.       Riwayat keturunan epilepsi 

c.       Bagaimana cara mengatasi dan mencegah penyakit ayan ?
Jawab :
·         Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya cedera pada kepala. lindungi kepala dengan menggunakan helm saat menggendarai kendaraan dijalan. Pada saat anak-anak pencegahan penyakit ayan (epilepsi) ini dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi yang benar untuk anak.
·         Pemberian obat anti konvulsan seperti fenitoin , fenobarbital , primidon , karbamazepin, okskar barzepin, gabapetin, lamotrigin, levetirasetam, topiramat .

5.      Selain itu saudaranya Evi, Andi yang berusia 7 tahun dulu yang pernah kejang karena tertusuk paku di kakinya. Tetapi waktu itu dokter mendiaknosa penyakit Andi tetanus.
a.      Apakah penyakit tetanus menular dan apa penyebabnya ?
Jawab :
Tidak, penyakit tetanus tidak menular karena penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka tusuk , gigitan binatang, luka bakar, luka oprasi yang tidak dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril , dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman clostredium tetani lebih mudah  bila klien belum terimunisasi.

6.      Bagai mana peran perawat pada kasus ini.
1.      Apa yang harus dilakukan peran pada kasus ini ?
Jawab :
Memberikan penyuluhan pada ibu-ibu  dan anak-anak sekolah .

IV.             LEARNING ISSUE
1.      Epilepsi
2.      Anatomi dan fisiologi sistem saraf
3.      Etiologi dan patologi
4.      Tetanus
5.      Kejang demam
6.      Penyuluhan
7.      Askep tetanus
























BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A.PENGERTIAN
           Kejang demam atau febrile conculsion ialah bangkiran kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
            Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000)
           Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal lebih dari 37,5oC, merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001).
            Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neoronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz, 2002).
            Gangguan kejang merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada jaringan serebral menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan perilaku, suasana hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000).
            Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Widodo, 2005 )
             Kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa akan dengan prognosis sangat baik secara seragam, dapat menandakan penyakit infeksi akut serius (Nelson, 2000).
          Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang  terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
A.    Pembagian sistem saraf secara anatomi :
            1. SSP (Sistem Saraf Pusat)
            2. Sistem Saraf Tepi
1.  Sistem saraf pusat (SSP)
            Sistem saraf pusat meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
·         Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagaiendostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
·         Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
·         Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
·         Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
·         Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
·         Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
            Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
·         Otak
            Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. 
                             
1.      Otak besar (serebrum)
            Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
            Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
2.      Otak tengah (mesensefalon)
            Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
3.      Otak kecil (serebelum)
            Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
4.      Sumsum sambung (medulla oblongata)
            Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5.      Jembatan varol (pons varoli)
            Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

2. Sistem saraf Tepi
            Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.
            Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 
Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1.      Sistem Saraf Sadar

            Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
            Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting

            Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

2.      Saraf Otonom

            Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
            Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem sarafparasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
            Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. 

                                  
Parasimpatik :
·         Mengecilkan pupil
·         Menstimulasi aliran ludah
·         Memperlambat denyut jantung
·         Membesarkan bronkus
·         Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan 
·         Mengerutkan kantung kemih

Simpatik
·         Memperbesar pupil
  • Menghambat aliran ludah
  • Mempercepat denyut jantung
  • Mengecilkan bronkus
  • Menghambat sekresi kelenjar pencernaan 
  • Menghambat kontraksi kandung kemih

C.    ETIOLOGI
Menurut Randle John (1999) kejang demam dapat disebabkan oleh:
-          Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela,demam berdarah, dan lain-lain.
-          Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
-          Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
-          Perubahan cairan dan elektrolit.
-          Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus. Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
-          Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal tinggi
-          Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak, tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. (Dona L.Wong, 2008).
            Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, malformasi otak kogenital, faktor genetik, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme, trauma, neuplasma toksin, sirkulasi, dan penyakit degeneratif sususnan syaraf. Kejang disebut ideopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.(Cecily L. Betz dan A.sowden, 2002)
            Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain; infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis. (Riyadi dan sujono, 2009).
Kerangka konsep
Faktor Resiko
Bayi berat lahir rendah

Usia kehamilan
asfiksia
Faktor riwayat keluarga
Faktor demam
Kejang demam
Faktor usia
Usia ibu saat hamil
 
















D.    PATOFISIOLOGI
            Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
·         Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
·         Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitar
·         Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
                Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
PATOFLOW
E.     PATOLOGI
         untuk mempertahan kan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sum ber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah menjadi karbondioksida dan air.
         Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkn kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut “neurotransimitter” dan terjadi kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang. Anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 380C sedangkan anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu beberapa pasien menderita kejang.
             Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya aktifitas otot dan selanjutnya mneyebabkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 2bagian yaitu; kejang parsial sederhana dan kejang parsial kompleks.
1.  Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai berikut;
-          Tanda-tanda motoris; kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama
-          Tanda atau gejala otonomik; muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
-          Gejala sematosensoris atau sensoris khusus; mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
-          Gejala psikik; dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2. Kejang parsial kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap0ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)
Kejang demam dibedakan dua yaitu kejang demam kompleks dan kejang demam sederhanan
No
Klinis
KD
Sederhana
KD
Kompleks
1
Durasi
< 15 menit
>15 menit
2
Tipe kejang
Umum
Umum / fokal
3
Berulang dalam satu episode
1 kali
>  1 kali
4
Defisit neurologus
-           
+
5
Riwayat keluarga kejang demam
+
+
6
Riwayat keluarga tanpa kejang demam
+
+
7
Abnormalitas neurologis sebelumnya
+
+

F.     MANIFESTASI KLINIK
            Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
            Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
-          Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
-          Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit  
-          Kejang bersifat umum
-          Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
-          Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal  
-          Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan  
-          Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali   
Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.    Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :  
Tanda – tanda motoris : kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.  
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.  
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.  
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.    Kejang parsial kompleks  
            Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks   Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
c.  Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
·         Kejang absens  
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
            Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik   Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
·         Kejang mioklonik  
            Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
·         Kejang tonik klonik  
            Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit   Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih  
            Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal d.    Kejang atonik   Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. Singkat dan terjadi tanpa peringatan

G.    PENATALAKSANAAN

1.      Pengobatan

a.       Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
·         Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
·         Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b.      Turunkan panas
·         Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
·         Kompres air PAM / Os
c.       Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d.      Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e.       Penanganan sportif
·         Bebaskan jalan napas
·         Beri zat asam
·         Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
·         Pertahankan tekanan darah


2.      Pencegahan

a.       Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai d emam.
b.      Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata

Dapat digunakan :
Fero barbital
Fenitorri
Klonazepam
:
:
:
5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
(indikasi khusus)

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
1.      Elektro encephalograft (EEG)
      Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2.      Pemeriksaan cairan cerebrospinal
            Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

3.      Darah
·         Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
·         BUN :  Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro    toksik akibat dari pemberian obat.
·         Elektrolit           :           K, Na
          Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejan
          Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
          Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4.      Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5.      Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6.      Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

I.       KOMPLIKASI
            Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:
·         Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible
·          Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus
·         Aspirasi
·          Asfiksia
·          Retardasi mental
Komplikasi menurut Ngastiah, 1997 adalah:
·         Meninghitis
·         Ensepalitis
·         Epilepsi
·         Hemiparesis terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung > 30 menit)
PANDANGAN PENYAKIT MENURUT ISLAM
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. 
Firman Allah SWT :
                               
Artinya: “wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168). 

Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang kotor.
Jadi, walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya, resiko sakit masih besar disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk disini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, populasi di darat, laut dan udara serta pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu, Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabai orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
Kesehatan merupakan salah satu nikmat Allah yang harus kita syukuri, bagi seorang mukmin, kesehatan merupakan rahmat dan nikmat yang tak terhingga nilainya. Setiap ajarannya mengandung nilai-nilai yang universal dan transendental. Dalam Islam kesehatan mendapatkan perhatian yang begitu penting. Karena dengan sehat manusia dapat beraktivitas.
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan sang Khalik-nya dan alam surga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis.
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia”, demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka islam menegaskan perlunya istiqamah memantapkan dirinya dengan menenggakkan agama islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangannya.

Allah berfirman:
Artinya: “hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S.Yunus: 57)
Imam al-syatibhi dalam kitabnya fi ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.
Guna melaksanakan lima tujuan Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan penting. Tanpa adanya kondisi sehat dalam badan, maka berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dan utama dalam mencapai tujuan agama. Oleh karena itu, Islam memberikan petunjuk yang jelas, utuh, komprehensif, dan integrated tentang cara-cara memelihara kesehatan.
Tujuan islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur, yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial. Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari keseimbangan manusia dengan alam. Kesehatan rohani dimana ada keseimbangan dan hubungan yang baik secara spiritual antara Khalik atau pencipta yang diwujudkan dari aktivitas makhluk dalam memenuhi semua perintah Sang Khalik.
Yang terakhir adalah kesehatan sosial, dimana kesehatan yang bersifat psikologis. Dimana ada keharmonisan antara sebuah individu dengan individu lain maupun denga sistem yang berlaku pada sebuah tatanan masyarakat. Bila ketiga unsur ini terpenuhi maka akan tercipta sebuah keadaan baik fisik, mental, maupun spiritual yang prodiktif dan sempurna untuk menjalankan aktivitas kemakhlukan.
Islam dan seluruh ajarannya, memberikan sebuah pandangan yang tegas mengenai kesehatan. Kesehatan bukan hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan kewajiban. Semua ibadah-ibadah dalam Islam mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila lingkungan di sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi mengatakan “kebersihan sebagian dari pada iman”.
Kemudian Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit dari ucapannya mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal orang sakit ialah:
a.    Perintah untuk berobat
Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
b.    Setiap penyakit ada obatnya, seperti:
1)   Karantina penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lempra.
2)   Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam penagulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi “janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”
3)   Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.
c.    Menyembuhkan orang sakit
·         Merupakan suatu keharusan dalam agama. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya kesehatan.
·         Kesehatan merupakan hal yang mutlak dalam menjalani aktivitas kehidupan manusia, bila tubuh manusia dalam keadaan sehat mereka bisa melakukan aktivitas ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aktivitas sosial (hubungan manusia dengan manusia), serta aktivitas dunia (hubungan manusia dengan alam).
Oleh karena itu, dibutuhkanlah sebuah metode untuk menjaga kesehatan manusia, maka Allah memberikan petunjuk melalui perantara Nabi dengan segala aktivitas dan ucapan-ucapan Nabi yang telah dirancang sedemikian rupa untuk bisa diikuti manusiawi secara utuh dan mempunyai sifat yang eternaliabel.
4.    Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia.
Adapun poin-poinnya, yaitu:
a.    menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil.
b.    larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid.
c.    berhubungan badan melalui dubur.
d.   membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah datang bulan.

Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan sebagai berikut:
a.    Hunain Ibnu Ishaq
Beliau dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau ialah spesialis mata. Hasil karyanya ialah buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit. Beliau banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
b.    Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi
Beliau dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada tahun 909 M. Buku karangannya tentang kedokteran dijadikan buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya diberi nama Al Hawi (menyeluruh). Ia yang menemukan penyakit cacar, kemudian membaginya menjadi cacar air (variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi atau hipertensi dan masih banyak lagi penemuannya yang lain.
c.    Ibnu Sina
Ibnu Sina, dilahirkan di Afsara (asia tengah) pada tahun 980 H/ 1593 M dan meninggal di Isfahan pada tahun 1037 H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal di bidang kedokteran adalah Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran, baik di Universitas-universitas Eropa maupun Negara Islam.
d.   Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur
Beliau lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun 1162 M. Beliau sebagai dokter spesialis penyakit dalam atau internis.
Beberapa Hadist yang berkaitan dengan kesehatan :
1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
     “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

2.   Penegasan Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:

      “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)












BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama                                     : An. E
Umur                                     : 2 Tahun
Jenis Kelamin                       : Perempuan
Alamat                                  : Jl soekarno-hatta 18/02 Palembang
Status Perkawinan                : -
Agama                                  : Islam
Suku Bangsa                        : Palembang
Pendidikan                           : Belum sekolah
Pekerjaan                              : -
Nomor Register                    :12517309
Tanggal Masuk RS              : 03 Nov 2014
Diagnosa Medis                   : Kejang demam

Identitas Penanggung Jawab
Nama                                     : Ny. N
Umur                                    : 36 Tahun
Jenis Kelamin                      : Wanita
Pendidikan                           : SMP
Pekerjaan                              : PNS
Alamat                                  : Jln soekarno hatta 18/ 02 Palembang
Hubungan dengan pasien    : Ibu kandung

RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama : Anaknya demam tinggi sejak 1 hari yang lalu dan sering kejang pada tengah malam.
b. Riwayat penyakit sekarang : Ibu Klien datang ke RSI Siti khadijah palembang pada tanggal 03 nov 2014  jam 10.00 Membawa anaknya dengan keluhan anaknya demam tinggi sejak 1 hari yang lalu sudah diberi paracetamol tapi panasnya tidak turun, bahkan tengah malam anak sering kejang.
c.  Riwayat kesehatan dahulu : Sianak tidak memiliki riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga : ibu Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita penyakit yang sama dengan klien tetapi ibu klien mengatakan saudaranya juga pernah kejang karena tertusuk paku dikakinya.
e. Riwayat Psikologis : Klien terlihat rewel  atau nangis.
f. Riwayat Sosial : Siklien tidak mau beribteraksi dengan orang lain selain ibunya semenjak anaknya panas nya tinggi.
g. Riwayat Spiritual : klien beragama islam dan semenjak dirumah sakit si ibu klien selalu mendoakanya.
POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI
NO
Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
1
Pola nutrisi
a.       Frekuensi makan
Jenis

Jumlah/porsi
Nafsu makan
Masalah



b.      Minum
Jenis
Jumlah
Masalah

3X Sehari
Nasi putih + lauk + sayur + roti
1 porsi
Baik
Tidak ada




Air putih + Susu formula
± 6-7 gelas/ hari
Tidak ada

1x sehari
Nasi/bubur + lauk+ sayur
1/4 Porsi
Kurang baik
Tidak ada nafsu makan



Air putih
4-5 gelas/hari
Tidak ada
2
Pola eliminasi
a.       BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah

b.      BAK
Frekuensi
Warna
Masalah


1-2  x /hari
Lembek
Kuning
Tidak ada


4 – 5x sehari
Kuning jernih
Tidak ada


4x hari /hari
Lunak
Hitam
Sering BAB


5 – 6x sehari
Kuning jernih
Tidak ada
3
Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur
Lama tidur
Tidur siang
Masalah

Malam dan siang
± 8 jam sehari
1 jam
Tidak ada

Malam dan siang
± 9 jam sehari
2-3 jam
Tidur kurang teratur
4
Personal hygiene
Frekuensi mandi
Ganti pakaian
Rambut
Kuku
Masalah

2-3x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada

2x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada

5
Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum
Toileting
Mandi
ROM
Berpindah
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidu
Masalah

Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Tidak ada

Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Lemas dan malas beraktivitas

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran                   : composmentis
Tanda tanda vital :
·         TD                               :  100/70 mmHg
·         Pols                             : 80x/menit
·         RR                               : 26x/menit
·         Temp                           : 38 degres celcius
2. Keadaan khusus
a.       Kepala
Bentuk kepala             : Mesochepal
Rambut                       : Tidak ada kelainan
Warna rambut             : Hitam
Kebersihan                  : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

b.      Mata                           
Letak                           : Simestris
Konjungtiva                : Pucat
Sklera                          : Tidak ikterik
Oedema                       : Tidak ada
Jarak pandang             : Normal
Masalah                       : Tidak ada

c.       Hidung
Bentuk                        : Simestris
Secret                          : Tidak ada
Penciuman                   : Normal
Kebersihan                  : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

d.      Telinga
Letak                           : Simestris
Pendengaran               : Normal
Kebersihan                  : bersih
Masalah                       : Tidak ada

e.       Mulut dan gigi
Mukosa                       : lembab
Bibir                            : Produksi saliva berlebih
Caries                          : Tidak ada
Lidah                           : Bersih
Masalah                       : Produksi saliva berlebih

f.       Leher
Refleks telan               : Normal
Tiroid                          : tidak ada pembekakan
Masalah                       : Tidak ada


g.      Dada
Bentuk                        : Simestris
RR                               : 26x/ menit
Palpasi                         : Tidak ada krepitalisasi, vokal premitus normal
Perkusi                        : sonor diparu kanan , lebih pekak paru dibagian kiri
Auskultasi                   : bunyi nafas vesikuler
Masalah                       : suara pekak dibagian paru kiri

h.      Abdomen
Bentuk                        : Simestris
Palpasi                         : Tidak ada nyeri tekan hepar,gastic
Auskultasi                   : Tidak ada, Normal
Masalah                       : Tidak ada


i.        Genital
Jenis kelamin               : Normal, tidak ada kelainan
Kateter                                    : tidak ada
Masalah                       : tidak ada

j.        Kulit
Warna                          : Sianosis
Turgor                         : Normal
Kebersihan                  : Bersih
Masalah                       : Kulit nya sianosis

k.      Ekstremitas
Atas                             : Kejang dan sianosis
Bawah                         : Kejang dan sianosis
Masalah                       : kejang dan sianosi pada bagian ekstremitas atas dan bawah
      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tanggal
Jenis
Hasil
Satuan
Nilai normal
Interpretasi
12 April 2009


























13 April 2009
Darah rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Kimia darah
Na
K
Cl
Ca
GDS
Cairan otak
Kejernihan
Jumlah sel
Eritrosit
Leukosit berinti polimorf
Limfosit
Albumin
Percobaan Pady
Kadar protein
Glukosa
Na
Cl
Urin rutin
Warna
BJ
pH
uro
Glukosa
Protein
Bilirubin
Leukosit

13,37
5,1
12
37,6
73,7
23,5
31,9
219

133,5
4,05
106,4
2,38
145

Jernih
0
0
0

0
0
0
0
73 mg%
139
122

Kuning jernih
1.010
7,0
Normal
-
-
-
-

103/µ L
106/µ L
g/dL
%
fL
pg
g/dL
103/µ L

mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dL

4,8-10,8
4,2-5,4
12-16
37-47
79-99
27-31
33-37
150-450

137-145
3,1-5
98-107
2,1-2,54
80-140

Naik
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Normal

Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi

TERAPI FARMAKA
·         Zinc 1 x 20 mg
·         Dialac 2 x 1 sachet
·         Paracetamol 10 mg/ kg BB k/p (3/4 cth).
·         Diazepam 0,3 mg/kg BB IV jika kejang (2,5 mg).
·         Diazepam 0,1 mg/kg BB per oral jika suhu > 38,5 °C (0,8 mg).
                                                             
ANALISA DATA
NO
DATA
Kemungkinan Penyebab
Etiologi
1
Ds :
Ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak 1 hari yang lalu yang disertai kejang

Ds :
·         RR : 26x/menit
·         S : 380 C
·         Kulit teraba panas dan kemerahan
·         Kejang 1 kali saat pengkajian

perawatannya Hipertemia

Gangguan metabolisme otak

Perubahan keseimbangan dan sel netron

Difusi ion kalium dan
natrium

Lepas muatan listrik

Kejang

Resiko tinggi kejang yang berulan
2
Ds :
Ibu pasien mengatakan sebelum dibawa rumah sakit pasien dirumah sering cedera fisik akibat kejang.

Do :
Saat pengkajian pasien mengalami kejang 1 kali , wajah tampak pucat , saat kejang gigi geligi terkunci, dan pasien terlihat lemah stelah kejang
Infeksi virus dan parasit
Reaksi inflamasi
Proses dema
Hipertermia
Kejang berulang
Kurangnya koordinasi otot/kejang
Resiko cedera
Resiko tinggi trauma
3
Ds :
Klien mengatakan kurang nafsu makan

Do :
·         Klien tampak tidak menghabiskan makananya
·         Ada sisa makanan dari piring klie
Kegagalan absorpsi
Kegagalan mencerna
Anoreksia
Mual
Perubahan nutrisi
Gangguan perubahan nutrisi
4
Ds:
Ibu klien mencemaskan keadaan anaknya takut tertular penyakit ayan dari tetangganya dan mengkhawatirkan juga anak nya tertular kakaknnya yg dulu punya penyakit tetanus

Do:
·         S : 38oC
·         Anak gelisah dari tidurnya
·         Ibu klien sering bertanya tentang penyakitnya dan pengobatannya
Khawatir dancemas takut tertular penyakit lain
Kurangnya informasi
Kurangnya atau keterbatasan informasi atau pengetahuan
5
Ds :
Ibu klien mengatakan anaknya sering rewel karena demam ditubuhnya.

Do :
·         S : 38oC
·         Kulit panas dan kemerahan
·         Anak gelisah dan tidur terganggu

Kuman penyakit
infeksi
Thermoregulasi
(Hipothalamus)
tak efektif
Hipertermi
Gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman
6

Ds :
Ibu pasien mengeluh anaknya tidak bisa banyak beraktivitas.

Do :
·         Pasien selalu dibantu oleh ibunya jika ingin melakukan aktivitas
·         Klien sering rewel jika aktivitas nya dibatasi oleh ibunya.
Disfungsi kognitif
Kejang
Penurunan kekuatan
Gangguan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik



PRIORITAS MASALAH
1.      Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu atau hipertermia
2.      Resiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.
3.      Gangguan perubahan nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan pasien.
4.      Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
5.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat, anak tampak rewel.
6.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan perspektif dan penurunan kekuatan.
INTERVENSI
Tanggal
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
04 Nov 2014
Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu atau hipertermia

 Setelah dilakukan askep 2x24 jam, dengan  kriteria hasil : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
·         RR : 30 x/menit
·         S : 370 C
·         Kulit  tidak teraba panas dan kemerahan
·         Kejang tidak ada lagi
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.

2. Berikan kompres air biasa

3. Berikan ekstra cairan (Susu, sari buah dll)

4. observasi kejang dan ttv tiap 4 jam



5. observasi aktivitas selama anak panas


6. berikan antipiretik dan pengobatan sesuai dengan advis
1. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.


2. Supaya turun panas menurun


3. saat demam kebutuhan cairan akan meningkat

4. pemantauan teratur akan menentukan tindakan yang akan dilakukan

5. aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas

6. menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis


04 Mei 2014
Resiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.
Tujuan umum :
Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 1x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Pasien tidak lagi mengalami cedera akibat kejang demam yg dideritanya .
1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur yang rendah .

2. Temani klien selama fase kejang

3. berikan tounge spatel diantara gigi atas dan bawah

4.letakkan klien ditempat yang lembut




5. catat TTV setelah fase kejang
1. meminimalkan injuri pada saat pasien kejang


2. meningkatkan keaman klien


3. menurunkan resiko trauma pada mulut


4. membantu menurunkan reisko injuri fisik pada ekstremitas ketika kontrol volunter berkurang

5. mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.
04 Mei 2014
Resiko perubahan nutrisi berkurang dari kebutuhan  berhubungan dengan anoreksia

Tujuan umum : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
1.    Catat status nutrisi klien

2.    Moniter intake output


3.    Catat adanya anoreksia dan mual muntah



4.    Anjurkan klien untuk bedrest


5.  Anjurkan klien untuk makan makanan porsi sedikit taoi sering
1.    Berguna dalam mendefinisikan nutrisi dan cairan


2.    Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan


3.    Menentukan jenis diet dan mendefinisikan pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi

4.    Dapat membantu menghemat energi



5.      Mencegah irigasi gaster
04 Mei 2014
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

Tujuan umum :
Pengetahuan klien bertambah tentang penyakit anaknya

Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x24 jam kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
1. kaji tingkat pengetahuan keluarga





2.  beri kejelasan kepada keluaraga sebab dan akibat kejang demam 

3. jelaskan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

4. berikan health education cara menolong anak kejang dan  mencegah kejang demam

5. berikan health education agar selalu sedia obat penurun panas bila anak panas  
1. mengetahui sejumlah mana pengetahuan yang dimiliki oleh keluaraga dan kebenaran informasi yang didapat

2. penjelasan tentang kondisi yang dialami menambah wawasan pada keluarga

3. agar keluarga emngetahui tujuan setiap tindakan yg dilakukan


4. agar pasien dapat memberi pertolongan pertama pada pasienya



5. mencegah bertambahnya suhu tinggi dan kejang berulang
04 Mei 2014
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat, anak tampak rewel.
Tujuan umum :
Rasa nyaman terpenuhi

Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
·         S : 37oC
·         Kulit tidak panas dan kemerahan
·         Anak tidak lagi gelisah jika tidur


1. Kaji faktor – faktor hipertermi







2. Observasi TTV tiap 4 jam sekali




3. Pertahankan suhu tubuh normal








4. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

5. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum

6. Batasi aktifitas fisik
1. Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena penambahan pakaian atau selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh

2. Pemantauan TTV yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya

3. Suhu tubuh yang dapat di pengaruhi oleh tingkat aktifitas, suhu lingkungan, kelembaban yang tinggi akan mempengaruhi panas / dinginnya tubuh

4. Proses hilangnya akan terhalangi pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat


5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat


6. Aktifitas meningkatkan metabolisme dab meningkatkan panas
04 Nov 2014






Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan perspektif dan penurunan kekuatan.

Tujuan umum
Kerusakan mobilitas fisik teratasi

Tujuan khusu :
Setelah dilakukan askep 1x24 jam kriteria hasil :
·         Pasien bisa melakukan aktivitasnya tanpa bantuan dari ibunya
·         Pasien aktivitas fisiknya tidak lagi dibatasi
1. Periksa kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.


2. Kaji derajat immobilisasi dengan menggunakan skala  ketergantungan (0-4)











3. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan

2.Pasien mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1), memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2), memerlukan bantuan/ peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3), tergantung secara total pada pemberi asuhan.


3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.













BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Kejang demam atau febrile conculsion ialah bangkiran kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
            Kejang (konvulsi) didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja, paroksismal, yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan- 5 tahun. Kejang demam terdiri atas :
1.      Kejang demam kompleks ( berlangsung lama/lebih dari sama dengan 15 menit, dapat bersifat fokal/parsial, atau kejang umum didahului kejang fokal, dan kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam).
2.      Kejang demam sederhana (kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam./kriteria tidak memenuhi kejang demam kompleks)
Demam yang terjadi sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), gangguan metabolik, penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronkitis, keracunan obat, faktor herediter, danidiopatik.
Pengamatan kejang tergantung pada banyak faktor, termasuk umur penderita, tipe dan frekuensi kejang, dan ada atau tidaknya temuan neurologis dan gejala yang bersifat dasar.

B.     Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan Anak Kejang demam

DAFTAR PUSTAKA
Samba, Suharyati., Ester, Monica., 1994. Rencana Asuhan Keperawatan.  Volume 3.         Jakarta: EGC
Doenges, Marylin E., Mary Frances Moorhouse, dan Alice C. Geissler. 1999. Rencana      Asuhan Keperawatan. Edisi 3 : EGC
Ahmad A.K Muda. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta : GITAMEDIA Press
Darmawan. 2002. Kamus Istilah Kedokteran. Surabaya : GAMAPRESS
Dorlan Newman. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC
www.online-medical-dictonary.org diakses pada tanggal 4 Desember 2014, pukul 13.00 WIB
Kejang : Bangkitan kejang yang terjadi karena kenalkan disebabkan oleh suatu proses demam       ekstrakranium dr.hittton fatorry, ika ppds
Ester Monica, Jan Tambayong. 2001. Farmakologi Untik Keperawatan. Jakarta : Widya    Medika
Diakses pada tanggal 3 Desember 2014, Pukul 16.45 WIB
http://eprints.undip.ac.id/29064/2/bab_2.pdf   Diakses pada tanggal 4 desember , pukul 19.00 wib
Lumbantobing SM, .1995. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak. Jakarta: Gaya   Baru
Shidarta priguna,1999. Neurologi klinis dalam praktek umum. Jakarta:dian rakyat
Tambayong jan, 2002. Farmakologi untuk keperawatan.jakarta: Widya medika
Barbara engran,1999. Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, volume 3, Jakarta: EGC
Muttaqin arif,2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta:       Salemba Medika
Ngastiyah,2002. Perawatan anak sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC