Selasa, 25 November 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PARKINSON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN C DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ; PARKINSON DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG















Dosen Pembimbing : Ns. Lukman S.Kep,. M.M,. M.Kep
Di Susun Oleh Kelompok II :
 1.  Ayu wandira                         : A21309007    
 2.  Fitriani                                  : A21309014
 3.  Hidayatul Fitri                     : A21309015      
 4.  Imam Prayogi                       : A21309016
 5.  Meli Ayu Lestari                    : A21309020  
 6.  Memo Lukito                        : A21309020
  7. Ona Sonia                               : A21309023
                                             8. Sri Handayani                            : A21309031
                                          9. Teria                                          : A21309033
                                         10. Tri Intan Sp                              : A21309034
                                            11. Vera Purwasi                            : A21309036
                                            12. Yurika Winandia                      : A21309041                                                                                                        
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014-2015
BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
            Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan),tremor,dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare,2002)
            Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
                                                    http://wonderfulpants.files.wordpress.com/2012/01/draft_lens4818462module150946336photo_1308480580parkinson_disease_303x5001.jpeg?w=273&h=450
            Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom.
                  http://www.healthcentral.com/common/images/1/19515_9684_5.jpg
2.2 Anatomi dan Fisiologi
 A. Pembagian sistem saraf secara anatomi :
            1. SSP (Sistem Saraf Pusat)
            2. Sistem Saraf Tepi
1.  Sistem saraf pusat (SSP)
            Sistem saraf pusat meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
·         Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagaiendostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
·         Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
·         Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
·         Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
·         Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
·         Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
            Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
·         Otak
            Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. 
                              https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIOAejt8iRa56IwuHXuC53JUiAUUQswlkyeHM9qYPb4QwlxxHaXDQqfxbsaPTBjgtIogCLt0R4HLiG40YLhqT-wwh4xnKwGEXC_aa7QRUvHxwwFLyafC0WlkPBykuXMzZZxQBvmBnkOcT1/s400/SS3.jpg
1.      Otak besar (serebrum)
            Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
            Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
2.      Otak tengah (mesensefalon)
            Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
3.      Otak kecil (serebelum)
            Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
4.      Sumsum sambung (medulla oblongata)
            Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5.      Jembatan varol (pons varoli)
            Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

2. Sistem saraf Tepi
            Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.
            Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9eMGCkLVBVBtHoNNk_sV4g0IIDptMuWZl6Wth1-w8738AsJ0jHmYQ9v2fSrBjClN-igwGxwKuwh5z-SVa6Pu4onu0lOngv38OhxoNunDGVoJoCfintUIodMBHyvGc3ePsXT9sq6vn5ki4/s400/SS4.jpg
Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

            1. Sistem Saraf Sadar
            Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
            Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting

            Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

            2. Saraf Otonom
            Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
            Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem sarafparasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
            Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvakce8hVvejTmhVDITIPc1fEJRuWrKbmdAerTJFdlBN2vPwSOG2mHOvwslj6xpCn1Xh-ltTU2bgL6PShrLdujCXLhEPMCVvUG1M4hMui8ppcdHjaU9w8ZmrAm1eA6JVDrIGj_-xiO2ynh/s400/SS5.gif
Parasimpatik :
·         Mengecilkan pupil
·         Menstimulasi aliran ludah
·         Memperlambat denyut jantung
·         Membesarkan bronkus
·         Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan 
·         Mengerutkan kantung kemih
Simpatik
·         Memperbesar pupil
  • Menghambat aliran ludah
  • Mempercepat denyut jantung
  • Mengecilkan bronkus
  • Menghambat sekresi kelenjar pencernaan 
  • Menghambat kontraksi kandung kemih 

2.3  Etiologi
            Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
            Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
·         Usia
            Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
·         Geografi
            Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
·         Periode
            Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
·         Genetik
            Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit -sinuklein pada lengan panjang parkinson. Yaitu mutasi pada gen  kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
            Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
·         Faktor Lingkungan
 a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria
 b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
 c. Infeksi
            Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
 d. Diet
            Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
 e. Trauma kepala
            Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
 f. Stress dan depresi
            Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.

2.4  Manifestasi Klinis
            Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah mengalami kelelahan,yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. Pasien dengan penyakit ini mengalami kelelahan hanya karena penggunaan tenaga yang sedikit seperti menyisir rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan segalanya untuk istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan otot yang terpengaruh. Otot-otot simestris terkena, umumnya itu dihubungkan dengan syaraf kranil. Karena otot-otot okular terkena, maka gejala awal yang muncul adalah Diplopia (penglihatan ganda) dan Ptosis (jatuhnya kelopak mata).
            Ekspresi wajah pasien yang sedang tidur terlihat seperti patung, hal ini disebabkan karna otot-otot wajah terkena. Pengaruhnya terhadap laring menyebabkan Disfonia (gangguan suara) dalam membentuk bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan kata-kata. Kelemahan pada otot-otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi. Beberapa pasien sekitar 15% sampai 20% mengeluh lemah pada tangan dan otot-otot lengan, dan biasanya berkurang, pada otot kaki mengalami kelemahan, yang membuat pasien jatuh. Kelemahan diafragma dan otot-otot intrakostal progresif menyebabkan gawat napas, yang merupakan keadaan darurat akut.
Umumnya Penderita Parkinson Mengalami Hal Sebagai Berikut:
·         Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
·         Tremor yang menetap.
·         Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
·         Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik).
·         Depresi, demensia.
·         Wajah seperti topeng.
Adapun gejala yang lain, meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
·         Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
            Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
            Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
            Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/kekakuan
            Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
            Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
            Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
            Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah sukakeluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
            Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e. Mikrografia
            Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
            Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marchea petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
g. Wajah Parkinson
            Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut..
h. Sikap Parkinson
            Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisikepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan
i. Bicara monoton
            Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
j. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
k. Gangguan behavioral
            Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
l.   Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)
·         Gejala non motorik
a. Disfungsi otonom
·         Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
·         Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
·         Pengeluaran urin yang banyak
·         Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat  seksual, perilaku, orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e. Gangguan sensasi:
·         Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,    pembedaan warna,
·         Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
·         Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia).
f. Secara grafis besar gejala yang muncul, yaitu berupa :
·         Gangguan postur atau sikap seperti kyposis, yakni posisi badan membungkuk ke depan, leher ante fleksi dan hip antefleksi.
·         Hilangnya atau berkurangnya keseimbangan
·         Gangguan bentuk pada tubuh
g. Untuk kondisi Parkinson orang amerika membaginya dalam empat stadium, yaitu :
·         Stadium I : sedikit unilateral mengalami gangguan keseimbangan dan perasa, tetapi seluruh ADL setiap hari dapat di lakukan dengan baik.
·         Stadium II : bilateral gangguan keseimbangan dan perasa  terutama pada badan sehingga mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari terutama dalam menyelesaikan aktivitas tersebut masih dapat dilakukan.
·         Stadium III : semua gejala Parkinson muncul, sehingga pasien mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari terutama dalam berjalan.
·         Stadium IV : pasien tidak bisa lagi berjalan namun masih dapat duduk dan berdiri sehinggga semua semua  ADL harus di bantu.
·         Stadium V : Pasien tinggal tidur di tempat tidur.
            Adapun tanda lain yang Nampak pada penderita Parkinson, yaitu Nampak mimik wajah kaku, pandangan kosong, tangan berputar-putar seperti memilin rokok yang di kenal dengan istilah “pill rolling movement”. Wajah khas yang terdapat pada penderita Parkinson di kenal dengan nama “Parkinson’mask”.
            Fisioterapi penting dalam rangka memilihara ADL, pernapasan, ROM, koordinasi yang ada dalam rangka menghambat progressifitasi yang ada dalam menghambat progressitas gejala patologi atau tanda-tanda Parkinson tersebut, selain itu gangguan patologis Nampak jelas berkaitan dengan keterbatasan ADL, dan tugas sehari-harinya.

2.5 Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
·         Hipotesis radikal bebas
            Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
·         Hipotesis neurotoksin
            Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan.
            Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
            Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus). Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai berikut :
·         Piramidal : kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang abnormal
·         Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
·         Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai nistagmus
·         Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon yang menurun
·         Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin.
            Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32 % - 87 %.
            Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan bombesin.
            Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan mengurangi keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku terhadap pengharapan dan antisipasi.
            Sistem ini berperan dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan harga diri.
             Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Sistem serotonergik berperan dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya kemampuan konsentrasi. Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di atas merupakan gambaran dari sindrom klasik depresi.
            Kehilangan neuron batang otak akibat penyakit Parkinson Deplesi biokimiawi korteks dan ganglia basalis Penurunan reward mediation, ketergantungan terhadap lingkungan, dan respons terhadap stres yang tidak adekuat Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak berguna tidak ada harapan, putus asa.

2.6 Patoflow
              https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX0XuDzSCFqxvpo5QqypsfHphNrsuNMAjKOtoxUcESEkanaglP1guVh0y3yuBhfz64-j1cklukfxWxzfEE1a0SUaxVh7Cr7xNwCo5SZKLvUUlfk4YdHGPt8DqEwCMVQyqVdXXZ1_XWT8c/s1600/2.png

2.7    Klasifikasi
            Pada umumnya diagnosis sindrom parkinson mudah ditegakkan tetapi harus  disahakan menentukan jenis untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan penatalaksaannya.
·         Parkinsonismus primer/idiopatik paralysis agitans.
            Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini.
·         Parkinsonismus sekunder/ simtomatik.
            Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :TB, sipilis meningovaskuler, iatrogenic atau drug induced, misalnya golongan fenoiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya : perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infrak lakuner, tumor serebri hipoparatoroid dan kalsifikasi.
·         Sindrom paraparkinson ( parkins plus )
            Pada kelompok ini gejalanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini didapat pada penyakit Wilson, hidrosefalus normotensif dan syndrome  Shy-drager.

2.6  Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :
·         Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.
·         Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
·         Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk  perbandingan waktu follow up berikutnya.

2.8 Pemeriksaan penunjang
·         EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
·         CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
2.9 Penatalaksanaan
Ada beberapa terapi yang digunakan untuk pengobatan penyakit Parkinson, diantaranya :
·         Terapi Obat
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
1. Antikolinergik
            Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
2. Carbidopa/levodopa
            Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
            Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
Efek samping levodopa dapat berupa:
·         Nausea, muntah, distress abdominal
·         Hipotensi postural.
·         Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol


·         Diskinesia.
            Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
·         Abnormalitas laboratorium.
            Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa. Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang.
·         COMT inhibitors
            Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
·         Agonis dopamine
            Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol (Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.


·         MAO-B inhibitors
            Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia. Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis.
·         Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
·         Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
            Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
·         Deep Brain Stimulation (DBS)
            DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
            Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris. DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa.
·         Terapi Fisik
            Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
·         Terapi Suara
            Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
·         Terapi gen
            Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN. Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-dopa.


·         Pencangkokan syaraf
            Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur.
·         Operasi
            Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.













ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN C DENGAN MASALAH GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ; PARKINSON DIRUANG SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG

KASUS
            Seorang laki – laki bernama Tn. C  berusia 56 tahun datang dengan keluhan kepala terasa kepala terasa pusing, ekstremitas atas dan bawah terasa kaku - kaku, sulit berjalan, mual (-), muntah (-), sulit bicara (+), BAK (-), BAB (-). Sejak  2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit menulis, sukar bicara serta tangan kanan gemetar.
      A. Pengkajian
1.  identitas pasien
·         Nama: Tn. C
·         Usia : 56 tahun
·         Alamat : Jl.cokroaminoto No.21
·         Pekerjaan : Wiraswasta
·         Agama :islam
·         Suku : jawa
·         Pendidikan: Diploma 1 Agribisnis
·         Med reg : 22
·         Tanggal masuk : 04 Novemeber 2014
2. Identitas penanggung jawab
·         Nama : Jeremy
·         Usia : 35 tahun
·         J.kelamin : laki-laki
·         Pekerjaan : Guru
·         Hub dengan klien : Bapak kandung
3. Keluhan Utama
            Klien mengeluh kepalanya pusing, kekakuan pada estremitas atas dan bawah, sulit berjalan, mual, muntah, sulit bicara, tremor pada tangan kanannya. Sejak  2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit menulis, sukar bicara.
4. Riwayat penyakit saat ini
            Klien mengeluhkan adanya tremor pada tangan dan lengan  kananya kemudian ke bagian yang lain,dan akhirnya bagian kepala,walaupun tremor ini tetap unilateral.Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh,dan gaya berjalan. Adanya keluhan sulit menulis, dan sulit berdiri tegak selain itu klien juga mengalami kesulitan bicara. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi
5. Riwayat penyakit dahulu
            Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
6. Riwayat penyakit keluarga
            Dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat hipertensi yaitu ayah dari klien.
7. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
            Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
8. Pemeriksaan fisik
1. TTV
·         TD : 170/100 mmHg
·         N : 60 x/ menit
·         RR : 22x/menit
·         S : 36’5 º C
·         KU : Baik
·         Kesadaran : CM
2. Pemeriksaan kepala : normal
    Pemeriksaan leher :
·         meningeal sign (-)
·         bruzinski I (-)
    Toraks : tidak ada kelainan
3. B1 (Breathing)
·         Inspeksi: Penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas
·         Palpasi: Ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri
·         Perkusi: Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
·         Auskultasi: Ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,stridor,ronkhi
4. B2 (Blood)
·         Hipotensi postural
5. B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kaku pada seluruh gerakan.
·         Tingkat kesadaran : Biasanya compos mentis.
6. B4 (Bladder)
            Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan,dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural
7. B5 (Bowel)
            Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan, konstipasi karena penurunan aktivitas
8. B6 (Bone)
            Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,kelelahan otot,tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
9.  Pemeriksaan fungsi serebri.
            Status mental : penurunan status kognitif,penurunan persepsi,dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang
10. Sistem motorik
·         Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan
·         Tonus otot, ditemukan meningkat
·          Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan
11. Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif
12. Pemeriksaan saraf kranial
·         Saraf  I
Fungsi penciuman tidak ada kelainan
·         Saraf  II
Penurunan ketajaman penglihatan
·         Saraf  III,IV,dan VI
            Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata
·         Saraf  V
            Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan,saat bicara wajah .
·         Saraf  VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal
·         Saraf  VIII
            Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional
·         Saraf  IX dan X
Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
·         Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
·         Saraf XII
Lidah simetris,tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi
9. Analisa data
NO
Analisa data
Etiologi
Masalah keperawatan
1
Ds :             
·         Pasien mengatakan mengalami kesulitan  berjalan dan berdiri tegak
Do:
·         Adanya tremor , akinesa (tak ada gerakan) atau bradikinesia (melambatnya gerakan).
·         Kekakuan yang terjadi pada ekstremitas atas dan bawah.

Kehilangan kontrol volunter regional
Tremor
Hemiplagi dan hemiparesis
Gangguan mobilitas fisik



Gangguan mobilitas fisik .
2
Ds :
·         Klien mengatakan bahwa klien kesulitan dalam berbicara
Do :            
·         Artikulasi bicara pasien kurang jelas
·         Pelo
·         Wajah kaku
Koping individu tidak efektif
Defisit neurologis disfungsi
Bahasa dan komunikasi
Volume bicara
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan komunikasi verbal
3
Ds :
·         Klien mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan menelan
Do :
·         Konjungtiva pucat
·         Membrane mukosa pucat
·         Kurus
·         Leher  kemerahan
Serebral dan tik
Perubahan gastro
Mual dan muntah
Perlambatan proses makan
Gangguan intake oral
Perubahan nutrisi
Perubahan Nutrisi
4
Ds :
·         Pasien mengatakan bahwa kesulitan dalam merawat dirinya sendiri
Do :
·         Pasien terlihat menggunakan alat bantu
Kehilangan kontrol volunter regional
Tremor
Kelemahan fisik
Kurang perawatan diri
Kurang perawatan diri

10. Prioritas masalah
·         Gangguan mobilitas fisik
·         Kerusakan komunikasi verbal
·         Perubahan Nutrisi
·         Kurang perawatan diri
11. Diagnosa Keperawatan
·          Resiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tremor
·          Resiko tinggi kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan bahasa dan komunikasi
·         Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan gangguan intake oral
·         Resiko tinggi kekurangan perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik











12. Intervensi Keperawatan
No
Tgl / jam
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
14 Nov 2014/10.00
Resiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tremor 
Ds :
·         Pasien mengatakan mengalami kesulitan  berjalan dan berdiri tegak
Do:
·         Adanya tremor , akinesa (tak ada gerakan) atau bradikinesia (melambatnya gerakan).
·         Kekakuan yang terjadi pada ekstremitas atas dan bawah.


      Tujuan umum :
·         Pasien tidak lagi mengalami kesulitan berjalan dan sudah bisa berdiri tegak.

TuTujuan khusus :
·         Tremor (-)
·         Kekakuan pada ekstremitas (-)


tt

t
Periksa kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.







Kaji derajat immobilisasi dengan menggunakan skala  ketergantungan (0-4)























Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan


Pasien mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1), memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2), memerlukan bantuan/ peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3), tergantung secara total pada pemberi asuhan (nilai 4)


Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
2
15 nov 2014/ 12.00
Resiko tinggi kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan bahasa dan komunikasi
Ds :
·         Klien mengatakan bahwa klien kesulitan dalam berbicara
Do :            
·         Artikulasi bicara pasien kurang jelas
·         Pelo
Wajah kaku

Tujuan umum :


Komunikasi klien lancar


Tujuan khusus :


Artikulasi bicara pasien jelas


Pelo wajah tidak kaku

Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas.










Anjurkan untuk melakukan nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.




Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan
Dengan melakukan latihan wajah dengan metode nafas maka akan mempebaiki kata-kata,volume dan intonasi bicara klien.





Dengan melakukan terapi ini maka gangguan komunikasi klien dapat deperbaiki.









Latihan bicara akan mempercepat proses penyembuhan klien.
3
16 nov 2014/10.00
Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan gangguan intake oral

Ds :
Klien mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan menelan



Do :
·         Konjungtiva pucat

·         Membrane mukosa pucat

·         Kurus

·         Leher  kemerahan

 Tujuan umum :

Pasien sudah bisa menelan


Tujuan khusus :

·         Konjungtiva tidak pucat


·         Membran mukosa tidak pucat


·         Berat badan naik


·         Leher normal
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan.








Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara yang hiperaktif















Jaga kenyamanan dalam memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur selama pasien makan.




Berikan makanan yang lunak dan yang sesuai dengan selera pasien

Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi




Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cedera kepala, jadi bising usus membantu dalam menentukan respons untuk makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik ileus



Menurunkan risiko regurgitasi dan/atau terjadinya aspirasi








Dengan memberikan makanan yang lunak pasien bisa lebih mudah untuk menelan dan makanan yang sesuai dengan selera pasien bisa meningkatkan nafsu makan pasien
4.
17nov 2014 / 10 : 00
Resiko tinggi kekurangan perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


Ds :
Pasien mengatakan bahwa kesulitan dalam merawat dirinya sendiri


Do :
Pasien terlihat menggunakan alat bantu


Tujuan umum :

Pasien sudah bisa merawat dirinya sendiri



Tujuan khusus :

Pasien tidak lagi menggunakan alat bantu
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan ADL


Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu







Ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas








Modifikasi lingkungan
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual


Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.


Dukungan pada klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.


 Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi









11. Catatan perkembangan pasien
No
Tgl / jam
Implementasi
Tgl / jam
Evaluasi
1.
17 nov  2014/ 15.00
·         Memeriksa kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.


·         Mengkaji derajat immobilisasi dengan menggunakan skala  ketergantungan (0-4)
·         Meletakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
17 Nov 2014/ 16.00
S: S : pasien tidak lagi mengalami kesulitan berjalan dan sudah bisa berdiri tegak.

TuO :
·         Tremor (-)
·         Kekakuan pada ekstremitas (-)

A: Masalah teratasi
P: Implementasi di hentikan
2.
18 nov 2014/ 11.00
·         Mengajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas.

·         Menganjurkan untuk melakukan nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.


·         Melatih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan
18 mei 2014/ 12.00
S : Komunikasi klien lancar
O :
·         artikulasi bicara pasien jelas
·         pelo wajah tidak kaku
A : Masalah Teratasi
P : Implementasi di hentikan

3.
19 Nov 2014/ 13.00
  • Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan.

  • Melakukan Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara yang hiperaktif


  • Menjaga kenyamanan dalam memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur selama pasien makan.

  • Memberikan makanan yang lunak dan yang sesuai dengan selera pasien
19 Nov 2014/ 14.00
S: Pasien sudah bisa menelan
O :
- konjungtiva tidak pucat
- Membran mukosa tidak pucat
- berat badan naik
- leher normal
A : Masalah teratasi
P : Implementasi di hentikan

4.
20 nov 2014 / 14 : 00
·         Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan ADL

·         Menghindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu


·         Mengajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas

·         Memodifikasi lingkungan
20 Nov 2014 / 16 : 00
S : pasien sudah bisa merawat dirinya sendiri
O : pasien tidak lagi menggunakan alat bantu
A : Masalah Teratasi
P : Implementasi di hentikan