Jumat, 15 April 2016

ASUHAN KEPERAWATAN GIGITAN ULAR



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Insiden kira – kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun di Amerika Serikat, dengan lebih 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun 1960,  rata- rata 14 korban setiap tahun meninggal di Amerika Serikat karena gigitan ular, dengan 70% kebanyakan di lima daerah serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan California Selatan.
Di Amerika Utara ular beracun merupakan anggota keluarga Crotalidae atau pit viper atau dari keluarga elipidae atau ular karang. Keluarga ular Rattle bertanggung jawab atas kira-kira 70% kematian karena gigitan ular, sementara kematian karena gigitan ular jenis kepala kuning tembaga (copperhead) sangat jarang.
Ular berbisa dibandingkan ular tak berbisa pit viper dinamakan demikian karena memiliki ciri lekukan yang sensitif terhadap panas terletak antara mata dan lubang hidung pada tiap sisi kepala. Pit viper juga memiliki pupil berbentuik elips, berlainan dengan pupil bulatyang memiliki ular jenis tak bebahaya. Sebaliknya, ular karang memiliki pupil bulat dan sedikit lekukan pada muka. Pit viper memiliki gigi taring panjang dan sederet gigi subkaudal. Ular tak berbisa banyak memiliki gigi dibanding dengan taring dan mempunyai dua deret gigi subkaudal. Untuk membedakan ular karang berbisa dengan ular lain yang mirip warnanya, harus diingat bahwa ular karang memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin warna merah yang berdampingan dengan warna kuning.
Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang menyebabkan bisa dapat menyebar dengan cepat melalui jaringan limfatik superfisisal. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular, antara lain neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin, dan antikoagulan.

1.2  Tujuan
a.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang gigitan ular dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut dalam kegawat daruratan.

b.      Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
1.         Memahami tentang definisi ggigitan ular
2.         Memahami tentang etiologi gigitan ular
3.         Memahami tentang patofisiologi gigitan ular
4.         Memahami tentang manifestasi klinis gigitan ular
5.         Memahami tentang komplikasi klien gigitan ular
6.         Memahami tentang penatalaksanaan gigitan ular
7.         Melakukan pengkajian gawat darurat pada klien dengan gigitan ular
8.     Memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan gigitan ular

13. Manfaat
Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan  tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga  dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator; racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
B. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGpMZhU9dlzoiUleAwvpNJPM-0k3oRMKS91dNroFMbdNlrdfEoZlXXKU-ROUdgCSBN1DWSG09ilNFCUIOiD_IaJ593cg59keGuj_ZJQrd_xSGa16t5q7ucqeZCAKCvPKGYEZiHBZlafwe4/s1600/skin_type.jpg
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Anatomi kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
·        Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
·        Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
·        Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
·        Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
·        Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai ―True Skin‖. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
·        Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
·        Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
 c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D

C.    Etiologi      
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a.    Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
b.    Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
c.    Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d.   Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e.   Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f.    Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan.
g.    Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

D. Patofisiologi
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan. Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.










E. Patoflow

Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin            Merangsang saraf perifer dan sentral
Merangsang saraf –saraf seluruh tubuh                          menyebabkan paralise otot2 lurik                                             
Merangsang pegeluaran bradikin, prostagladin                           kelumpuhan/kelemahan otot  pernafasan
Impuls disampaikan ke SSP bagian korteks serebri                                           sesak
Thalamus                                                                                             
    NYERI                    kelemahan otot      POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
   Kurang informasi             INTOLERANSI AKTIVITAS
Koping individu tidak efektif                                          ketidakadekuatan pertahanan tubuh      
             CEMAS                                                                       RESIKO INFEKSI                                                             










F. Manifestasi Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit). Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular :
a.    Gigitan Elapidae
Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits), cirinya:
·        Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
·        Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
·        15 menit setelah digigit ular  muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
b.    Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
·        Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
·        Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam.
·        Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
c.    Gigitan Hydropiidae
Misalnya, ular laut, cirinya:
·        Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
·        Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
d.   Gigitan Crotalidae
Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
·        Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
·        Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori:
·        Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
·        Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
·        Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
·        Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
·        Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

G. Derajat Gigitan luar
·        Derajat 0
            Dengan tanda-tanda tidak keracunan, hanya ada bekas taring dan gigitan ular, nyeri minimal dan terdapat edema dan eritema kurang dari 1 inci dalam 12 jam, pada umumnya gejala sistemik yang lain tidak ada
·        Derajat 1
            Terjadi keracunan minimal, terdapat bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritema seluas 1-5 inci dalam 12 jam, tidak ada gejala sistemik
·        Derajat 3
Terjadi keracunan tingkat sedang terdapat bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritemayang terjadi meluas antara 6-12 inci dalam 12 jam. Kadang- kadang dijumpai gejala sistemik seperti mual, gejalaneurotoksi, syok, pembesaran kelenjar getah beningregional
·        Derajat 3
Terdapat gejala keracunan yang hebat, bekas taring dan gigitan, terasa sangat nyeri, edema dan eritema yang terjadi luasnya lebih dari 12 inci dalam 12 jam. Juga terdapat gejala sistemik seperti hipotensi, petekhiae, dan ekimosis serta syok
·        Derajat 4
Gejala keracunan sangat berat, terdapat bekas taring dan gigitan yang multiple, terdapat edema dan lokal pada bagian distal ekstremitas dan gejala sistemik berupa gagal ginjal, koma sputum berdarah.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit
a.       Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT, yaitu:
·        R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.
·        I:  Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
·        G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
·        T:  Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul  ada korban.
Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation); pertolongan pertama :
·        Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
·        Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
·        Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
·        Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
·        Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
·        Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
·        Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
·        Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
·        Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.
Penatalaksanaan selanjutnya
·      Margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;"> 5)        ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit.
·      Heparin 20.000 unit per 24 jam.
·      Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2 flacon ABU lagi. ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).
·      Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV.
·      Kalau perlu dilakukan hemodialise.
·      Bila diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen
·      Observasi pasien minimal 1 x 24 jam
Catatan: Jika terjadi syok anafilaktik karena ABU, ABU harus dimasukkan secara cepat sambil diberi adrenalin.
·        Pemberian ABU (Anti bisa ular)

 I. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil, juga gejaala sistemik berupa gagal ginjal, shock, koma dan bisa menyebabkan kematian.

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah, BUN dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan.


K. Terapi
Dimana proses terapi/pengobatan yaitu :
·        Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis
·        Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
·        Hidrokortison 100 mg/iv
·        Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi, dan pada penyakit jantung pemberianya harus hati-hati
·        Pemberian serum anti bisa
















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Tn. A 37 tahun masuk ke RS tanggal 5 April 2016 tepatnya ke IGD RSMH Palembang, sebelumnya Tn A pada pukul 10.00 di gigit ular cobra dibagian ekstremitas kiri nya sejak 15 menit yang lalu saat bekerja di proyek pembangunan, Tn A mengeluh sesak nafas dan terasa panas disertai ras nyeri dan badan nya kaku semua, klien juga cemas dengan keadanya sekarang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik bagian ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang sudah membengkak, dimana pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan warna, hasil vital sign klien adalah : S: 36,5OC, TD : 130/80 mmHg, N : 52x/m RR : 34x/m.

BIODATA
A.     Identitas Pasien
·        Nama                           : Tn. A
·        Umur                            : 37 Th
·        Jenis kelamin                : Laki-Laki
·        Alamat                         : Jl soekarno hatta 21 palembang
·        Pekerjaan                     : Tani
·        Suku                            : Jawa
·        Diagnosa                      : Gigitan ular
·        Tanggal masuk  : 5 April 2016
·        Tanggal pengkajian       : 5 April 2016
·        No medical recod         : 123456




B.     Identitas Penanggung jawab

·        Nama                           : Suryani
·        Umur                            : 35 tahun
·        Alamat                         : jl soekarno hatta 21 palembang
·        Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
·        Hubungan dengan klien: istri

C.     Triage
Kesadaran             :      Allert         Verbal
Pain           Unrespon
Kategori Triase    :        P1       P2           P3
         MerahKuning Hijau Hitam
Klasifikasi Kasus :        Trauma
Non Trauma
Diagnosa Medis   :        Gigitan Ular

D.    Keluhan utama
Tn A mengeluh  sesak nafas dan terasa panas disertai ras nyeri dan badan nya kaku semua.

E.     Riwayat Penyakit Sekarang
Bagian ekstremitas digigit ular terasa panas disertai sesak nafas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik bagian ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang sudah membengkak, dimana pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan warna.


F.      Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya, dan tidak ada riwayat pemakaian obat-obatan.

G.     Riwayat Psikososial
Klien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan kooperatif pada tindakan yang diberikan oleh dokter dan perawat

PRIMARY SURVEY
A.     Airway
·        Jalan nafas bersih
·        Tidak terdengar bunyi ronchi
·        Tidak ada jejas pada daerah badan

B.     Breathing
·        Peningkatan frekuensi pernafasan
·        Napas dangkal
·        Distress pernapasan
·        Kelemahan otot pernafasan
·        Kesulitan bernafas : sianosis
·        Penggunaan otot bantu pernafasan

C.     Circulation
·        Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takicardia
·        Pendarahan di ekstremitas kiri karena gigitan ular
·        Akral dingin
·        Sakit kepala
·        Pingsan
·        Berkeringat banyak
·        Pusing, mata berkunang-kunang
·        CRT > 3 detik
·        Sianosis

D.    Disability
·        Dapat terjadi penurunan kesadaran
·        Kesadaran somnolen
·        Pupil isokor (2mm)

E.     Exposure
·        Terdapat pendarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka, memar

F.      GCS : E : 4
V : 4
M : 5
Total : 13

SECONDARY SURVEY
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran                    : GCS :13
Tanda tanda vital :
·        TD                               : 130/80 mmHg
·        Pols                              : 52 x/menit
·        RR                               : 34 x/menit
·        Temp                           : 36,5 0C

2. Keadaan khusus
a.       Kepala
Bentuk kepala              : Mesochepal
Rambut                        : bersih
Warna rambut              : Hitam tidak beruban
Kebersihan                   : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

b.      Mata                           
Letak                           : Simestris
Konjungtiva                  : Normal
Sklera                          : Normal
Oedema                       : Ada
Jarak pandang              : berkunang – kunang
Masalah                       : pandangan berkunang-kunang

c.       Hidung
Bentuk                         : Simestris
Secret                          : Tidak ada
Penciuman                    : Normal
Kebersihan                   : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

d.      Telinga
Letak                           : Simestris
Pendengaran                 : Normal
Kebersihan                   : bersih
Masalah                       : Tidak ada

e.       Mulut dan gigi
Mukosa                        : Lembab
Bibir                             : Normal
Caries                          : Tidak ada
Lidah                            : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

f.        Leher
Refleks telan                 : Normal
Tiroid                           : tidak ada pembekakan
Masalah                       : Tidak ada

g.       Dada
a.       Paru-paru               : Inspeksi          : Pengembangan dada simetris, tidak ada jejas
  Palpasi           : vocal fremitus teraba kanan kiri
  Perkusi           : Sonor
  Auskultasi       : vesikuler
b.      Jantung                   : Inspeksi          : ictus kordis tidak tampak
  Palpasi           : teraba ictus kordis di SIC V dan VI
  Perkusi           : Pekak
  Auskultasi       : terdengar bunyi S1 dan S2

h.       Abdomen
Bentuk                         : Simestris
Palpasi                         : Tidak ada nyeri tekan hepar,gastic dan pembesaran
Auskultasi                     : Peristaltic usus6x/menit
Perkusi                         : Tympani
Masalah                       : Tidak ada

i.         Genital
Jenis kelamin                : Normal, tidak ada kelainan
Kateter                         : tidak ada
Masalah                       : tidak ada

j.        Kulit
Warna                          : Sianosis
Turgor                          : Baik
Kebersihan                   : Bersih
Masalah                       : Sianosis

k.      Ekstremitas
Atas                             : Terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan dextra, tidak ada edema
Bawah                          : Akral dingin, bengkak pada luka gigitan, kekakuan
  otot kaki dextra, nyeri pada luka.
Masalah                       : Akral dingin, bengkak pada luka gigitan, kekakuan
                                     otot kaki dextra, nyeri pada luka.

B.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

No

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal
1
Hemoglobin
10,4 gr/dl
12 – 14 gram/dl
2
Leukosit 
11.000/ul
5.000 – 10.000/ul
3
Eritrosit
3,27 x 103/µL
4.5 – 5.9
4
Trombosit
7 × 103/µL
150 -450
5
Laju endap darah (LED)
3 mm/jam
0 – 10 (mm/jam)
6
creatinin
1,7 mg/dl
0.5 – 1.5 (mg/dl)
7
SGOT
30 U/L
5 – 40 (u/l)
8
SGPT
18 U/L
5 – 41 (u/l)



C.     TERAPI
  IVFD RL 30 Tpm
  Novalgin 3 x1 ampul
  Injeksi SABU 1 ampul
  Kalnex inj 3x1
  Terfacef  2x1 gr

D.    ANALISA DATA
Data
Penyebab
Masalah
Data Subjektif :
·        Klien mengatakan rasa sakit diseluruh persendian tubuh
·        Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut
·        Klien mengatakan pusing, dan mata berkunang-kunang
Data objektif :
·        Nampak pembengkakaan pada luka gigitan ular
·        Ekspresi wajah meringis

Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin

Merangsang saraf –saraf seluruh tubuh
Merangsang pegeluaran bradikin, prostagladin

Impuls disampaikan ke SSP bagian korteks serebri

Thalamus
 

Nyeri
Nyeri
Data subjektif :
·        Klien mengatakan sesak napas
Data objektif :
·        RR : 34x/m
·        Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bisa ular mengandung toksin yang bersifat neurotoksik

merangsang saraf perifer atau sentral

menyebabakan paralise otot-otot lurik

kelumpuhan /kelemahan otot pernafasan

kompensasi tubuh dengan cara napas yang dalam dan cepat
 

sesak
Gangguan pola napas
Pola nafas tidak efektif
Data subjektif :
·        -
Data objektif :
·        Tampak luka gigitan ular pada tungkai kaki
·        Leukosit 11.000
Gangguan ular berbisa yang mengandung toksin

Ketidakadekuatan pertahananan tubuh

Resiko infeksi
Resiko tinggi infeksi
Data subjektif :
·        Klien mengatakan badan nya kaku
·        Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
·        Klien mengatakan pingganya pegal
Data objektif :
·        Klien nampak lemah
Gigitan ular
 Berbisa

Toksin masuk tubuh

Merangsang saraf-saraf


 
Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
Data subjektif :
·        Klien mengatakan cemas dengan keadanya.
Data objektif :
·        Klien terlihat emosi dan kaget.
Gigitan ular yang berbisa mengandung toksin

Mempengaruhi saraf-saraf

Kurang informasi

Koping individu tidak efektif

Cemas
Cemas

E.     PRIORITAS MASALAH
·        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
·        Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
·        Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
·        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot-otot
·        Cemas berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif.


F.      CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal/jam
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Evaluasi
05 april 2016/ 10.30 wib
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin

Data subjektif :
·        Klien mengatakan sesak napas
Data objektif :
·        RR : 34x/m
·        Penggunaan otot bantu pernafasan.
Tujuan umum :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola nafas efektif kembali.
Dengan kriteria hasil :
·        Frekuensi pernafasan 16-24 x/menit
·        Bernafas mudah
·        Tidak didapatkan penggunaan otot-otot tambahan
·        Bersuara secara adekuat
·      Buka jalan nafas dengan gunakan head tilt dan chin lift

·     Atur posisi semi fowler




·        Berikan pelembab udara kassa basah NaCL lembab


·     Auskultasi bunyi nafas



·     Kolaborasi pemberian oksigen
·       Untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan

·      Posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru

·      Untuk memberikan rasa nyaman



·      Indikasi dasar adanya ganggua saluran pernafasan
·      Untuk membantu dalam memenuhi keb O2
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi

O :
·   RR :24x/m
·   Tidak menggunakan alat bantu nafas lagi

A: Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan.
05 april 2016/ 11.00 wib
Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa

Data Subjektif :
·        Klien mengatakan rasa sakit diseluruh persendian tubuh
·        Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut
·        Klien mengatakan pusing, dan mata berkunang-kunang
Data objektif :
·        Nampak pembengkakaan pada luka gigitan ular
·        Ekspresi wajah meringis


Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan gangguan nyaman nyeri klien teratasi

Dengan kriteria hasil :
·        Klien melaporkan tidak nyeri lagi
·        Ekspresi wajah tidak meringis
·       Kaji skala nyeri dengan PQRST
P : Nyeri
Q : Terus-menerus
R : Seluruh Persendian.
S : 5
T : Saat Beraktivitas

·       Atur posisi senyaman mungkin



·       Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi












·       Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristirahat yang cukup




·       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
·       Mengetahui karakteristik nyeri sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya



·       Posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
·       Dengan teknik menarik nafas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan.
·       Lingkungan yang tenang dapat membuat klien beristirahat yang cukup sehingga mengurangi intensitas nyeri
·       Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang

O:
·     Klien nampak istirahat dengan tenang
·     Wajah klien tidak meringis lagi

A : Masalah mulai teratasi

P : Intervensi dipertahankan
05 april 2016/ 11.30
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

Data subjektif :
·        -
Data objektif :
·        Tampak luka gigitan ular pada tungkai kaki
·        Leukosit 11.000


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Dengan kriteri hasil :
·        Menghindari paparan yang bisa mengancam kesehatan
·        Leukosit dalam batas normal
(5.000-10.000)
·        Memperoleh immunisasi yang sesuai
·        Mengenali perubahan status kesehatan
·           Lakukan pengikatan pada daerah atas luka 15-30 cm dari luka gigitan




·            Pertahankan tehnik isolasi





·           Cuci tangan sebelum atau setelah melakukan tindakan





·      Pertahankan tehnik aseptik


·      Kolaborasi pemberian anti bisa ular


·       Kolaborasi pemberian antibiotic, obat SABU
·       Mencegah bisa racun ular tersebar keseluruh tubuh


·       Agar pasien tidak terkena infeksi dari luar



·           Agar tindakan yang diberikan perawat kepasien selalu dalam keadaan steril
·           Mencegah kontaminasi kuman pada pasien
·       Mencegah terjadinya infeksi


·      Untuk membantu proses penyembuhan pasien, dan pertahanan pasei dari kuman yang lain.
S : Klien mengatakan sudah baikan

O : Leukosit 10.000

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dipertahankan
05 april 2016/ 12.00
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot-otot

Data subjektif :
·        Klien mengatakan badan nya kaku
·        Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
·        Klien mengatakan pingganya pegal
Data objektif :
·        Klien nampak lemah

Setelah dilakukan tindakan keperawatn 1x24 jam diharapakan intoleransi aktivitas teratasi
Dengan kriteria hasil :
·        klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
·        klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan.
·      Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari







·      Bantu klien dalam memenuhi kebutuhanya sehari-hari
·      Anjurkan keluarga klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan




·      Anjurkan klien untuk istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
·       Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
·       Membantu klien dalam memenuhi aktivitasnya

·       Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarganya memberi suport dalam pemulihan kesehatan
·      Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin.
S :
·     Klien mengatakan badanya tidak kaku lagi.
·     Klien mengatakan sudah mampu melakukan aktivitas

O : Klien nampak terlihat lega dan tidak lemah lagi.

A: Masalah sudah teratasi

P: Intervensi dipertahankan

05 april 2016/ 12.30 wib
Cemas berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif.

Data subjektif :
·        Klien mengatakan cemas dengan keadanya.
Data objektif :
·        Klien terlihat emosi dan kaget.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan cemas klien hilang.
Dengan kriteria hasil :
·        Kecemasan klien berangsur menghilang
·        Klien rileks dan santai.
·       Ciptakan lingkungan yang tenang





·      Anjurkan klien tidak panik






·      Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penangananyadan tindakan yang akan dilakukan
·      Lingkungan yang tenang dapat membantu klien istirahat dengan cukup
·      Tindakan panik dan kaget mempercepat penyebaran toksin kedalam tubuh
·      Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta dapat membantu menambah wawasan klien akan gigitan ular
S : Klien mengatakan sudah tidak cemas dan menerima keadanya

O: klien sudah bisa mengendalikan emosinya

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan.
















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditandatangani, dapat menyebabkan kematian, korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau iduga digigit ular.
            Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu : Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil, Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat, Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare, Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Pada Klien Dengan Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan ular. Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup dialam bebas
Sartono, 1999, racun dan keracunan, jakarta: EGC
http://alifatunkhasanah.blogspot.co.id/2015/04/asuhan-keperawatan-gigitan-ular.html