Laporan Tutorial Skenario 2
Blok 3
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
Tutor : dr. Fade Fatimah
Aria Alhabib :
A21309004
Ayu Wandira :
A21309007
Erika Damayanti :
A21309012
Fitriani :
A21309014
Meli Ayu Lestari :
A21309020
Memo Lukito :
A21309021
Revilianti :
A21309026
Serli Wulan Safitri :
A21309030
Tri Intan Sinapurnama :
A21309034
Tri Wahyuni :
A21309035
Wulan Pandan sari :
A21309038
Yurika winadia :
A21309041
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun kami haturkan kepada Allah SWT
karena atas ridho dankarunia-Nya laporan tutorial skenario 1 blok 3 ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang
didapat dari proses belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran di Kampus STIK Siti Khadijah Palembang. Penyusun tak lupa
mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan
laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok I tutorial, dan juga
teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan
ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari
bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan
penyusun lakukan.
Palembang, 05 December 2014
BAB
I
PEMBAHASAN
SKENARIO 2 BLOK 3
Ibu
Nia datang ke klinik dokter keluarga yang personilnya terdiri dari dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Ia tampak sangat cemas, anaknya bernama
Evi berusia 2 tahun, demam tinggi sejak 1 hari yang lalu, perawat melakukan
vital sign dengan hasil temperatur 380c, RR 26x/menit. Dia berusaha
menurunkan demam anaknya dengan memberikan paracetamol sirup. Tapi panas badan
Evi tidak kunjung turun bahkan sempat kejang. Ibunya khawatir tentang keadaan
anaknya, sebab beberapa hari yang lalu, dibawanya berkunjung kerumah
tetangganya yang menderita ayan dan ia takut anaknya tertular penyakit yang
sama. Selain itu saudaranya Evi, Andi yang berusia 7 tahun dulu yang pernah
kejang karena tertusuk paku di kakinya. Tetapi waktu itu dokter mendiagnosa
penyakit Andi tetanus. Bagai mana peran perawat pada kasus ini?
I.
KLASIFIKASI
ISTILAH
1. Vital
sign :
Pengukuran
tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar seperti tekanan darah, denyut
nadi dan suhu tubuh. (Nursing Begin)
2. Kejang :
Kejang
(konvulsi) didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja
paroksismalyang dapat tampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran,
aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau
disfungsi otonom.
(
Ilmu Kesehatan Anak Nelson)
3. Ayan :
Epilepsi
merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-ulang.
Diagnosa ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak 2x kejang tanpa
penyebab. (Rencana Askep bedah, Jastremski, 1988)
4. Paracetamol :
Analgesik
ini adalah alternatif bila aspirin dikontraindikasi. Namun, agens ini tidak
mempunyai efek anti-inflamasi seperti aspirin. Nama lainnya adalah
asetaminofen. (Farmakologi Untuk Keperawatan)
5. Tetanus
:
Tetanus
adalah kontraksi otot yang mengejang dan hiperefleksia, yang menyebabkan
trismus (rahang terkunci), spasme glitis, spasme otot secara keseluruhan,
opistotonus, spasme pernapasan, kejang serta paralisis yang dapat fatal.
(Generalized. T)
6. Demam :
Disebut
juga pireksia adalah suhu abnormal tubuh. Demam umumnya menunjukan bahwa ada
proses abnormal yang terjadi dalam tubuh. Demam secara teknis disefinisikan
sebagai suhu tubuh di atas normal 370C.(kamus kesehatan)
II.
IDENTIFIKASI
MASALAH
1. Ibu
Ani butuh pertolongan medis.
2. Evi
demam sejak 1 hari yang lalu, vital sign dengan hasil temperatur 380C.
3. Evi
sudah diberikan paracetamol oleh ibunya.
4. Obat
paracetamol tidak berhasil.
5. Ibunya
khawatir anaknya tertular penyakit ayan.
6. Ibunya
berfikir ada riwayat keluarga bahwa Evi tertular dari kakak nya.
7. Bagaimana
peran perawat dalam kasus ini.
III.
ANALISA MASALAH
1. Ibu Nia datang ke
klinik dokter keluarga yang personilnya terdiri dari dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
a.
Mengapa
ibu Nia datang ke klinik dokter keluarga ?
Jawab
:
karena
ibu Nia khawatir terhadap keadaan anaknya yang mengalami demam tinggi sejak 1
hari yang lalu.
2. Ia
tampak sangat cemas, anaknya bernama Evi berusia 2 tahun, demam tinggi sejak 1
hari yang lalu, perawat melakukan vital sign dengan hasil temperatur 380c,
RR 26x/menit.
a.
Mengapa ibunya sangat cemas ?
Jawab
:
karena
kurangnya pengetahuan ibunya terhadap penyakit yang di derita anaknya.
b.
Apakah
dengan hasil vital sign tersebut bisa dikatakan normal ?
Jawab :
Tidak, karena :
Temperatur normal :
37,20C
RR : 15-30x/menit
3. Dia
berusaha menurunkan demam anaknya dengan memberikan paracetamol sirup. Tapi
panas badan Evi tidak kunjung turun bahkan sempat kejang.
a.
Apakah
ada obat lain yang bisa diberikan selain paracetamol ?
Jawaban
:
·
Parasetamol
dapat diminum setiap 4-6 jam sekali. Dosis yang aman bagi anak adalah
10-15mg/kgbb/pemberian yang di izinkan 4-6x sehari.
·
Ibuprofen,
dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah 10 mg/kgbb/kali, diberikan hingga
3x/hari setiap 6-8 jam sekali. Efek menurunkan demam yang dimiliki ibuprofen
memang lebih kuat dari parasetamol, kendati demikian efek sampingnya juga lebih
besar.
Jika obat pilihan pertama yaitu parasetamol tidak dapat
menurunkan suhu, maka obat berikutnya yang digunakan adalah ibuprofen.
Pemakaian obat ini jangan digunakan bersama-sama dengan parasetamol. Gunakan
salah satu saja. Jika diberikan bersamaan, maka akan terjadi over dosis.
Ibuprofem mempunyai efek menurunkan panas yang lebih kuat dari
parasetamol. Tapi kelemahannya adalah efek samping yang lebih banyak. Jadi dari
sisi keamanan, ibuprofen jauh lebih buruk.
Ibuprofen sebaiknya jangan diberikan pada bayi yang berusia di
bawah 6 bulan. Juga jangan diberikan pada kondisi demam yang disertai dehidrasi
dan muntah. Juga tidak boleh diberikan pada penderita demam berdarah, sebab hal
ini akan meningkatkan resiko pendarahan.
b.
Mengapa
obat paracetamol dijadikan pilihan utama saat terjadi kejang demam ?
Jawaban
:
Karena
pemberian obat ini tidak menghilangkan demam, namun untuk menurunkan suhu
tubuh. Setelah minum obat, suhu akan turun, meskipun demam tidak hilang sama
sekali. Obat penurun panas
utama yang lazim digunakan adalah parasetamol.
Obat ini
paling aman digunakan, oleh bayi sekalipun, jika digunakan sesuai dosisnya dan
tidak dalam jangka panjang. Pemakaian dalam dosis berlebih dan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
c.
Bagaimana
kondisi si anak setelah diberikan paracetamol ?
Jawab
:
Kondisi
Evi tidak kunjung turun, bahkan tengah malam Evi sempat kejang.
4. Ibunya
khawatir tentang keadaan anaknya, sebab beberapa hari yang lalu, dibawanya
berkunjung kerumah tetangganya yang menderita ayan dan ia takut anaknya
tertular penyakit yang sama.
a.
Mengapa
ibunya khawatir dengan kondisi anaknya ?
Jawab
:
karena
kurangnya pengetahuan ibunya terhadap penyakit yang di derita anaknya
b.
Apakah
penyakit ayan menular dan apa penyebabnya ?
Jawab
:
tidak
,epilepsi tidak menular ,karena epilepsi penyebabnya belum diketahui tapi
banyak spekulasi disebabkan oleh :
a.
Pasca
trauma kelahiran
b.
Pasca
cidera kepala
c.
Adanya
riwayat infeksi pada masa kanak-kanak
d.
Riwayat
demam tinggi
e.
Riwayat
keturunan epilepsi
c.
Bagaimana
cara mengatasi dan mencegah penyakit ayan ?
Jawab
:
·
Pencegahan
dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya cedera pada kepala. lindungi
kepala dengan menggunakan helm saat menggendarai kendaraan dijalan. Pada saat
anak-anak pencegahan penyakit ayan (epilepsi) ini dapat dilakukan dengan
memberikan vaksinasi yang benar untuk anak.
·
Pemberian
obat anti konvulsan seperti fenitoin , fenobarbital , primidon , karbamazepin,
okskar barzepin, gabapetin, lamotrigin, levetirasetam, topiramat .
5. Selain
itu saudaranya Evi, Andi yang berusia 7 tahun dulu yang pernah kejang karena
tertusuk paku di kakinya. Tetapi waktu itu dokter mendiaknosa penyakit Andi tetanus.
a.
Apakah
penyakit tetanus menular dan apa penyebabnya ?
Jawab
:
Tidak,
penyakit tetanus tidak menular karena penyakit tetanus disebabkan oleh toksin
kuman clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka tusuk , gigitan
binatang, luka bakar, luka oprasi yang tidak dirawat dan tidak dibersihkan
dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril , dan
penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman clostredium tetani
lebih mudah bila klien belum
terimunisasi.
6. Bagai
mana peran perawat pada kasus ini.
1. Apa yang harus dilakukan peran pada
kasus ini ?
Jawab
:
Memberikan
penyuluhan pada ibu-ibu dan anak-anak
sekolah .
IV.
LEARNING
ISSUE
1. Epilepsi
2. Anatomi
dan fisiologi sistem saraf
3. Etiologi
dan patologi
4. Tetanus
5. Kejang
demam
6. Penyuluhan
7. Askep
tetanus
BAB
II
LAPORAN
PENDAHULUAN
A.PENGERTIAN
Kejang demam atau febrile conculsion
ialah bangkiran kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000)
Demam adalah meningkatnya temperatur
tubuh secara abnormal lebih dari 37,5oC, merupakan respon tubuh terhadap kuman,
bakteri dan virus penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001).
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neoronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan
(Betz, 2002).
Gangguan kejang merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada
jaringan serebral menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan
perilaku, suasana hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito,
2000).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(Widodo, 2005 )
Kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa akan
dengan prognosis sangat baik secara seragam, dapat menandakan penyakit infeksi
akut serius (Nelson, 2000).
Kejang demam (febrile convulsion)
adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama
pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang
berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang
dilakukan pada binatang, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
A.
Pembagian
sistem saraf secara anatomi :
1.
SSP (Sistem Saraf Pusat)
2. Sistem Saraf Tepi
1.
Sistem saraf pusat (SSP)
Sistem saraf pusat meliputi otak
(ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan
organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena
infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga
lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
·
Durameter; terdiri dari dua lapisan,
yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagaiendostium, dan lapisan lain
sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang
kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
·
Arachnoidea mater; disebut demikian
karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang
disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela
sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
·
Piameter. Lapisan terdalam yang
mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak
dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
·
Badan sel yang membentuk bagian materi
kelabu (substansi grissea)
·
Serabut saraf yang membentuk bagian
materi putih (substansi alba)
·
Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat
yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang
belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi
kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi
kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
·
Otak
Otak mempunyai lima bagian utama,
yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil
(serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
1. Otak
besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam
pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari
semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan.
Selain
itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini
berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan
belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang
mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan
pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan
emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
2. Otak
tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak
kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar
hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)
otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
3. Otak
kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama
dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
4. Sumsum
sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar
impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5. Jembatan
varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf
yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak
besar dan sumsum tulang belakang.
2. Sistem saraf Tepi
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar
sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti
sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya
rentan terhadap racun dan luka mekanis.
Sistem
saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur
oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur
otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
1.
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf
otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka
nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang
paling penting
Saraf
sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya,
saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang
saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu
pasang saraf ekor.
2.
Saraf Otonom
Sistem
saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem
saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem sarafparasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik
dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang
belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan
saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem
saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum
sambung.
Parasimpatik :
·
Mengecilkan pupil
·
Menstimulasi aliran ludah
·
Memperlambat denyut jantung
·
Membesarkan bronkus
·
Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
·
Mengerutkan kantung kemih
Simpatik
·
Memperbesar pupil
- Menghambat
aliran ludah
- Mempercepat
denyut jantung
- Mengecilkan
bronkus
- Menghambat
sekresi kelenjar pencernaan
- Menghambat
kontraksi kandung kemih
C.
ETIOLOGI
Menurut
Randle John (1999) kejang demam dapat disebabkan oleh:
-
Demam tinggi. Demam dapat disebabkan
oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media, gastroentritis, bronkitis,
bronchopneumonia, morbili, varisela,demam berdarah, dan lain-lain.
-
Efek produk toksik dari mikroorganisme
(kuman dan otak) terhadap otak.
-
Respon alergi atau keadaan imun yang
abnormal.
-
Perubahan cairan dan elektrolit.
-
Faktor predispisisi kejang deman, antara
lain:
Riwayat
keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus. Diturunkan secara
dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
-
Angka kejadian adanya latar belakang
kelainan masa pre-natal dan perinatal tinggi
-
Angka kejadian adanya kelainan
neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi kelainan neurologis berat
biasanya jarang terjadi.
Penyebab
kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak, tingginya suhu
tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan
kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan terjadi saat suhu tubuh
naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. (Dona
L.Wong, 2008).
Penyebab kejang mencakup
faktor-faktor perinatal, malformasi otak kogenital, faktor genetik, penyakit
infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme,
trauma, neuplasma toksin, sirkulasi, dan penyakit degeneratif sususnan syaraf.
Kejang disebut ideopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.(Cecily L. Betz
dan A.sowden, 2002)
Kondisi yang dapat menyebabkan
kejang demam antara lain; infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti
tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis. (Riyadi dan sujono, 2009).
Kerangka
konsep
Faktor
Resiko
Bayi berat lahir rendah
|
Usia kehamilan
|
asfiksia
|
Faktor
riwayat keluarga
|
Faktor demam
|
Kejang demam
|
Faktor usia
|
Usia
ibu saat hamil
|
D.
PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
·
Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
·
Rangsangan yang datang mendadak misalnya
mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitar
·
Perubahan patofisiologi dari membran
sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC
akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%.
Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang.
Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Peningkatan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmiter dan terjadi kejang.
Kejang
demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.
Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga
terjadi epilepsi.
PATOFLOW
E.
PATOLOGI
untuk mempertahan kan kelangsungan
hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme.
Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sum
ber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah
menjadi karbondioksida dan air.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C
akan mengakibatkn kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel
maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut
“neurotransimitter” dan terjadi kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang yang
berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang. Anak akan
menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang akan terjadi pada suhu 380C sedangkan anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini
dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak
dengan ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan
pada tingkat suhu beberapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya
aktifitas otot dan selanjutnya mneyebabkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler
dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada
daerah medial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsy yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Kejang
yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat
diklasifikasikan menjadi 2bagian yaitu; kejang parsial sederhana dan kejang
parsial kompleks.
1.
Kejang parsial sederhana
Kesadaran
tidak terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai berikut;
-
Tanda-tanda motoris; kedutan pada wajah,
tangan atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama
-
Tanda atau gejala otonomik; muntah,
berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
-
Gejala sematosensoris atau sensoris
khusus; mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
-
Gejala psikik; dejavu, rasa takut, visi
panoramik.
2.
Kejang parsial kompleks
Terdapat
gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.
Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap0ecapkan bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan
tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan
Linda A.Sowden, 2002)
Kejang
demam dibedakan dua yaitu kejang demam kompleks dan kejang demam sederhanan
No
|
Klinis
|
KD
Sederhana
|
KD
Kompleks
|
1
|
Durasi
|
< 15 menit
|
>15 menit
|
2
|
Tipe kejang
|
Umum
|
Umum / fokal
|
3
|
Berulang dalam satu episode
|
1 kali
|
> 1 kali
|
4
|
Defisit neurologus
|
-
|
+
|
5
|
Riwayat keluarga kejang demam
|
+
|
+
|
6
|
Riwayat keluarga tanpa kejang
demam
|
+
|
+
|
7
|
Abnormalitas neurologis
sebelumnya
|
+
|
+
|
F.
MANIFESTASI
KLINIK
Serangan kejang biasanya terjadi 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang
dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya
kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada
kelainan saraf.
Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta,
kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu :
-
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan
dan 4 tahun
-
Kejang berlangsung tidak lebih dari 15
menit
-
Kejang bersifat umum
-
Kejang timbul dalam 16 jam pertamam
setelah timbulnya demam
-
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal
-
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya
satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
-
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu
tahun tidak melebihi empat kali
Kejang
parsial ( fokal, lokal )
a.
Kejang parsial sederhana :
Kesadaran
tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda
– tanda motoris : kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
gerakan setipa kejang sama.
Tanda
atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala
somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari
udara, parestesia.
Gejala
psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.
Kejang parsial kompleks
Terdapat gangguan kesadaran,
walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
c. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
·
Kejang absens
Gangguan
kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang
umumnya berlangsung kurang dari 15 detik Awitan
dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
·
Kejang mioklonik
Kedutan – kedutan involunter pada
otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada
orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron
dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik
dan terjadi dalam kelompok Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
·
Kejang tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran
dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang
berlangsung kurang dari 1 menit Dapat
disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan
bawah. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal d.
Kejang atonik
Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun,
kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. Singkat dan terjadi tanpa peringatan
G.
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a.
Pengobatan fase akut
Obat
yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan
melalui interavena atau indra vectal.
·
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV
(perlahan-lahan).
·
Bila kejang belum berhenti dapat diulang
dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b.
Turunkan panas
·
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10
mg/kg/dosis.
·
Kompres air PAM / Os
c.
Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan
cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama.
d.
Pengobatan profilaksis
Pengobatan
ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus
menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan
diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e.
Penanganan sportif
·
Bebaskan jalan napas
·
Beri zat asam
·
Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
·
Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a.
Pencegahan berkala (intermitten) untuk
kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit
yang disertai d emam.
b.
Pencegahan kontinu untuk kejang demam
komplikata
Dapat
digunakan :
Fero
barbital
Fenitorri
Klonazepam
|
:
:
:
|
5-7
mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
2-8
mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
(indikasi
khusus)
|
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah
meliputi:
1.
Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang
mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian
hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam
yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2.
Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam
yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak
jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari
6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3.
Darah
·
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl)
·
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang
dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
·
Elektrolit
: K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejan
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4.
Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan
abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5.
Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang dan adanya lesi
6.
Tansiluminasi : Suatu cara yang
dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap
dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
I.
KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit
yaitu:
·
Kerusakan otak yang terjadi melalui
mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan
glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke
sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible
·
Retardasi
mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus
·
Aspirasi
·
Asfiksia
·
Retardasi mental
Komplikasi menurut Ngastiah, 1997 adalah:
·
Meninghitis
·
Ensepalitis
·
Epilepsi
·
Hemiparesis terjadi pada penderita yang
mengalami kejang lama (berlangsung > 30 menit)
PANDANGAN
PENYAKIT MENURUT ISLAM
Islam menaruh perhatian yang besar
terhadap dunia kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi
Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat
tidaknya seseorang.
Firman Allah SWT :
Artinya:
“wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang
baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168).
Anjuran Islam untuk bersih juga
menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab
kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari
iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan
kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan
limbah di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan
Islam sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau
kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin
terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering kali
berasal dari lingkungan yang kotor.
Jadi, walaupun seseorang sudah
menjaga kesehatannya, resiko sakit masih besar disebabkan faktor eksternal yang
di luar kemampuannya menghindari. Termasuk disini karena faktor alam berupa
rusaknya ekosistem, populasi di darat, laut dan udara serta pengaruh global
yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu, Islam
memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan
abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabai orang.
Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
Kesehatan merupakan salah satu
nikmat Allah yang harus kita syukuri, bagi seorang mukmin, kesehatan merupakan
rahmat dan nikmat yang tak terhingga nilainya. Setiap ajarannya mengandung
nilai-nilai yang universal dan transendental. Dalam Islam kesehatan mendapatkan
perhatian yang begitu penting. Karena dengan sehat manusia dapat beraktivitas.
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan sang Khalik-nya dan alam surga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis.
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan sang Khalik-nya dan alam surga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis.
“Kesehatan merupakan salah satu hak
bagi tubuh manusia”, demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan
merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka
islam menegaskan perlunya istiqamah memantapkan dirinya dengan menenggakkan
agama islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
meninggalkan larangannya.
Allah
berfirman:
Artinya: “hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (Q.S.Yunus: 57)
Imam al-syatibhi dalam kitabnya fi
ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka
menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.
Guna melaksanakan lima tujuan Islam
tersebut, maka kesehatan memegang peranan penting. Tanpa adanya kondisi sehat
dalam badan, maka berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit
dilaksanakan. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kesehatan merupakan
modal pokok dan utama dalam mencapai tujuan agama. Oleh karena itu, Islam
memberikan petunjuk yang jelas, utuh, komprehensif, dan integrated tentang
cara-cara memelihara kesehatan.
Tujuan islam mengajarkan hidup yang
bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani,
rohani dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
Dalam Islam dikatakan sehat apabila
memenuhi tiga unsur, yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan
sosial. Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari keseimbangan manusia dengan
alam. Kesehatan rohani dimana ada keseimbangan dan hubungan yang baik secara
spiritual antara Khalik atau pencipta yang diwujudkan dari aktivitas makhluk
dalam memenuhi semua perintah Sang Khalik.
Yang terakhir adalah kesehatan
sosial, dimana kesehatan yang bersifat psikologis. Dimana ada keharmonisan
antara sebuah individu dengan individu lain maupun denga sistem yang berlaku
pada sebuah tatanan masyarakat. Bila ketiga unsur ini terpenuhi maka akan
tercipta sebuah keadaan baik fisik, mental, maupun spiritual yang prodiktif dan
sempurna untuk menjalankan aktivitas kemakhlukan.
Islam dan seluruh ajarannya,
memberikan sebuah pandangan yang tegas mengenai kesehatan. Kesehatan bukan
hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan kewajiban. Semua ibadah-ibadah dalam
Islam mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian
terbaru mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila lingkungan
di sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi mengatakan “kebersihan sebagian
dari pada iman”.
Kemudian Nabi Muhammad mengajarkan
kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit dari ucapannya mengandung unsur
medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal orang sakit ialah:
a. Perintah
untuk berobat
Kewajiban
bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
b.
Setiap
penyakit ada obatnya, seperti:
1)
Karantina
penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari
orang yang berpenyakit lempra.
2)
Islam juga
mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam penagulangan berbagai penyakit infeksi
yang membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi “janganlah engkau masuk
ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di
dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”
3)
Islam
menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari
berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.
c.
Menyembuhkan
orang sakit
·
Merupakan suatu keharusan dalam agama. Hal ini mengindikasikan
betapa pentingnya kesehatan.
·
Kesehatan merupakan hal yang mutlak dalam menjalani
aktivitas kehidupan manusia, bila tubuh manusia dalam keadaan sehat mereka bisa
melakukan aktivitas ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aktivitas sosial
(hubungan manusia dengan manusia), serta aktivitas dunia (hubungan manusia
dengan alam).
Oleh karena itu, dibutuhkanlah
sebuah metode untuk menjaga kesehatan manusia, maka Allah memberikan petunjuk
melalui perantara Nabi dengan segala aktivitas dan ucapan-ucapan Nabi yang
telah dirancang sedemikian rupa untuk bisa diikuti manusiawi secara utuh dan
mempunyai sifat yang eternaliabel.
4. Kesehatan
seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok
bahasan yang penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi
kesehatan dan perilaku manusia.
Adapun poin-poinnya, yaitu:
a.
menjaga
kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang
air besar dan buang air kecil.
b.
larangan
berhubungan seksual ketika istri sedang haid.
c.
berhubungan
badan melalui dubur.
d.
membersihkan
alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah datang bulan.
Beberapa
tokoh muslim dalam ilmu kesehatan sebagai berikut:
a. Hunain Ibnu
Ishaq
Beliau dilahirkan pada tahun 809 M
dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau ialah spesialis mata. Hasil karyanya
ialah buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit. Beliau banyak
menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
b. Abu Bakar
Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi
Beliau dilahirkan pada tahun 866 M
dan meninggal pada tahun 909 M. Buku karangannya tentang kedokteran dijadikan
buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya diberi nama Al Hawi (menyeluruh).
Ia yang menemukan penyakit cacar, kemudian membaginya menjadi cacar air
(variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi
atau hipertensi dan masih banyak lagi penemuannya yang lain.
c. Ibnu Sina
Ibnu Sina, dilahirkan di Afsara
(asia tengah) pada tahun 980 H/ 1593 M dan meninggal di Isfahan pada tahun 1037
H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal di bidang kedokteran adalah Al Qanun Fi
Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran, baik di Universitas-universitas
Eropa maupun Negara Islam.
d. Abu Mawar
Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur
Beliau lahir pada tahun 1091 M dan
meninggal pada tahun 1162 M. Beliau sebagai dokter spesialis penyakit dalam
atau internis.
Beberapa Hadist yang
berkaitan dengan kesehatan :
1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap
penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
2.
Penegasan Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas
Pasien
Nama
: An. E
Umur
: 2 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat :
Jl soekarno-hatta 18/02 Palembang
Status
Perkawinan : -
Agama :
Islam
Suku
Bangsa :
Palembang
Pendidikan
: Belum sekolah
Pekerjaan
: -
Nomor
Register
:12517309
Tanggal
Masuk
RS
: 03 Nov 2014
Diagnosa
Medis
: Kejang demam
Identitas
Penanggung Jawab
Nama
: Ny. N
Umur :
36 Tahun
Jenis
Kelamin
: Wanita
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: PNS
Alamat :
Jln soekarno hatta 18/ 02 Palembang
Hubungan
dengan pasien : Ibu kandung
RIWAYAT
KESEHATAN
a.
Keluhan utama : Anaknya demam tinggi sejak 1 hari yang lalu dan sering kejang
pada tengah malam.
b.
Riwayat penyakit sekarang : Ibu Klien datang ke RSI Siti khadijah palembang
pada tanggal 03 nov 2014 jam 10.00
Membawa anaknya dengan keluhan anaknya demam tinggi sejak 1 hari yang lalu
sudah diberi paracetamol tapi panasnya tidak turun, bahkan tengah malam anak
sering kejang.
c.
Riwayat kesehatan dahulu : Sianak tidak
memiliki riwayat kesehatan dahulu
d.
Riwayat kesehatan keluarga : ibu Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang lain yang menderita penyakit yang sama dengan klien tetapi ibu klien
mengatakan saudaranya juga pernah kejang karena tertusuk paku dikakinya.
e.
Riwayat Psikologis : Klien terlihat rewel
atau nangis.
f.
Riwayat Sosial : Siklien tidak mau beribteraksi dengan orang lain selain ibunya
semenjak anaknya panas nya tinggi.
g.
Riwayat Spiritual : klien beragama islam dan semenjak dirumah sakit si ibu
klien selalu mendoakanya.
POLA
AKTIVITAS SEHARI - HARI
NO
|
Aktivitas
|
Sebelum MRS
|
Saat MRS
|
1
|
Pola nutrisi
a.
Frekuensi makan
Jenis
Jumlah/porsi
Nafsu
makan
Masalah
b.
Minum
Jenis
Jumlah
Masalah
|
3X Sehari
Nasi putih + lauk + sayur + roti
1 porsi
Baik
Tidak ada
Air putih + Susu formula
± 6-7 gelas/ hari
Tidak ada
|
1x sehari
Nasi/bubur + lauk+ sayur
1/4 Porsi
Kurang baik
Tidak ada nafsu makan
Air putih
4-5 gelas/hari
Tidak ada
|
2
|
Pola eliminasi
a.
BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah
b.
BAK
Frekuensi
Warna
Masalah
|
1-2 x /hari
Lembek
Kuning
Tidak
ada
4
– 5x sehari
Kuning
jernih
Tidak
ada
|
4x hari /hari
Lunak
Hitam
Sering BAB
5 – 6x sehari
Kuning jernih
Tidak ada
|
3
|
Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur
Lama tidur
Tidur siang
Masalah
|
Malam dan siang
± 8 jam sehari
1 jam
Tidak ada
|
Malam dan siang
± 9 jam sehari
2-3 jam
Tidur kurang teratur
|
4
|
Personal hygiene
Frekuensi mandi
Ganti pakaian
Rambut
Kuku
Masalah
|
2-3x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada
|
2x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada
|
5
|
Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum
Toileting
Mandi
ROM
Berpindah
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidu
Masalah
|
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Tidak ada
|
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Lemas dan malas beraktivitas
|
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
Tanda
tanda vital :
·
TD : 100/70 mmHg
·
Pols :
80x/menit
·
RR :
26x/menit
·
Temp :
38 degres celcius
2.
Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk
kepala : Mesochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Warna
rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada
b. Mata
Letak
: Simestris
Konjungtiva : Pucat
Sklera : Tidak ikterik
Oedema : Tidak ada
Jarak
pandang : Normal
Masalah
: Tidak ada
c. Hidung
Bentuk :
Simestris
Secret
: Tidak ada
Penciuman
: Normal
Kebersihan
: Bersih
Masalah
: Tidak ada
d. Telinga
Letak
: Simestris
Pendengaran
: Normal
Kebersihan
: bersih
Masalah
: Tidak ada
e. Mulut
dan gigi
Mukosa
: lembab
Bibir
: Produksi
saliva berlebih
Caries
: Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah
: Produksi saliva
berlebih
f. Leher
Refleks
telan : Normal
Tiroid : tidak ada pembekakan
Masalah
: Tidak ada
g. Dada
Bentuk
: Simestris
RR : 26x/ menit
Palpasi : Tidak ada
krepitalisasi, vokal premitus normal
Perkusi : sonor diparu kanan ,
lebih pekak paru dibagian kiri
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
Masalah
: suara pekak
dibagian paru kiri
h. Abdomen
Bentuk
: Simestris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
hepar,gastic
Auskultasi : Tidak ada, Normal
Masalah : Tidak ada
i.
Genital
Jenis
kelamin : Normal, tidak ada
kelainan
Kateter : tidak ada
Masalah
: tidak ada
j.
Kulit
Warna
: Sianosis
Turgor : Normal
Kebersihan
: Bersih
Masalah
: Kulit nya sianosis
k. Ekstremitas
Atas
: Kejang dan
sianosis
Bawah : Kejang dan sianosis
Masalah
: kejang dan sianosi
pada bagian ekstremitas atas dan bawah
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Tanggal
|
Jenis
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai normal
|
Interpretasi
|
12 April 2009
13 April 2009
|
Darah rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Kimia darah
Na
K
Cl
Ca
GDS
Cairan otak
Kejernihan
Jumlah sel
Eritrosit
Leukosit berinti polimorf
Limfosit
Albumin
Percobaan Pady
Kadar protein
Glukosa
Na
Cl
Urin rutin
Warna
BJ
pH
uro
Glukosa
Protein
Bilirubin
Leukosit
|
13,37
5,1
12
37,6
73,7
23,5
31,9
219
133,5
4,05
106,4
2,38
145
Jernih
0
0
0
0
0
0
0
73 mg%
139
122
Kuning jernih
1.010
7,0
Normal
-
-
-
-
|
103/µ L
106/µ L
g/dL
%
fL
pg
g/dL
103/µ
L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dL
|
4,8-10,8
4,2-5,4
12-16
37-47
79-99
27-31
33-37
150-450
137-145
3,1-5
98-107
2,1-2,54
80-140
|
Naik
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi
|
TERAPI
FARMAKA
·
Zinc 1 x 20 mg
·
Dialac 2 x 1 sachet
·
Paracetamol 10 mg/ kg BB k/p (3/4 cth).
·
Diazepam 0,3 mg/kg BB IV jika kejang (2,5 mg).
·
Diazepam 0,1 mg/kg BB per oral jika suhu > 38,5 °C
(0,8 mg).
ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
Kemungkinan Penyebab
|
Etiologi
|
|||
1
|
Ds :
Ibu pasien mengatakan anaknya demam
sejak 1 hari yang lalu yang disertai kejang
Ds :
·
RR : 26x/menit
·
S : 380 C
·
Kulit teraba panas dan kemerahan
·
Kejang 1 kali saat pengkajian
|
perawatannya Hipertemia
↓ Gangguan metabolisme otak ↓ Perubahan keseimbangan dan sel netron ↓ Difusi ion kalium dan natrium ↓ Lepas muatan listrik ↓ Kejang |
Resiko tinggi kejang yang berulan
|
|||
2
|
Ds :
Ibu pasien mengatakan sebelum dibawa
rumah sakit pasien dirumah sering cedera fisik akibat kejang.
Do :
Saat pengkajian pasien mengalami
kejang 1 kali , wajah tampak pucat , saat kejang gigi geligi terkunci, dan
pasien terlihat lemah stelah kejang
|
Infeksi virus dan parasit
↓
Reaksi inflamasi
↓
Proses dema
↓
Hipertermia
↓
Kejang berulang
↓
Kurangnya koordinasi otot/kejang
↓
Resiko cedera
|
Resiko tinggi trauma
|
|||
3
|
Ds :
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Do :
·
Klien tampak tidak menghabiskan
makananya
·
Ada sisa makanan dari piring klie
|
Kegagalan absorpsi
↓
Kegagalan mencerna
↓
Anoreksia
↓
Mual
↓
Perubahan nutrisi
|
Gangguan perubahan nutrisi
|
|||
4
|
Ds:
Ibu klien mencemaskan keadaan anaknya
takut tertular penyakit ayan dari tetangganya dan mengkhawatirkan juga anak
nya tertular kakaknnya yg dulu punya penyakit tetanus
Do:
·
S : 38oC
·
Anak gelisah dari tidurnya
·
Ibu klien sering bertanya tentang
penyakitnya dan pengobatannya
|
Khawatir dancemas takut tertular
penyakit lain
↓
Kurangnya informasi
|
Kurangnya atau keterbatasan informasi
atau pengetahuan
|
|||
5
|
Ds :
Ibu klien mengatakan anaknya sering
rewel karena demam ditubuhnya.
Do :
·
S : 38oC
·
Kulit panas dan kemerahan
·
Anak gelisah dan tidur terganggu
|
Kuman
penyakit
↓
infeksi
↓
Thermoregulasi
(Hipothalamus)
tak
efektif
↓
Hipertermi
↓
Gangguan rasa nyaman
|
Gangguan rasa nyaman
|
|||
6
|
Ds :
Ibu pasien mengeluh anaknya tidak bisa
banyak beraktivitas.
Do :
·
Pasien selalu dibantu oleh ibunya
jika ingin melakukan aktivitas
·
Klien sering rewel jika aktivitas
nya dibatasi oleh ibunya.
|
Disfungsi kognitif
↓
Kejang
↓
Penurunan kekuatan
↓
Gangguan mobilitas fisik
|
Gangguan mobilitas fisik
|
|||
PRIORITAS MASALAH
1. Resiko
tinggi kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu atau hipertermia
2. Resiko
tinggi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.
3. Gangguan
perubahan nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan pasien.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang
penyakit anaknya.
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat, anak tampak rewel.
6. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan perspektif dan penurunan kekuatan.
INTERVENSI
Tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
04 Nov 2014
|
Resiko tinggi kejang berulang
berhubungan dengan peningkatan suhu atau hipertermia
|
Setelah dilakukan askep 2x24 jam,
dengan kriteria hasil : Klien tidak
mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
·
RR : 30 x/menit
·
S : 370 C
·
Kulit tidak teraba panas dan kemerahan
·
Kejang tidak ada lagi
|
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian
tipis yang mudah menyerap keringat.
2. Berikan kompres air biasa
3. Berikan ekstra cairan (Susu, sari
buah dll)
4. observasi kejang dan ttv tiap 4 jam
5. observasi aktivitas selama anak
panas
6. berikan antipiretik dan pengobatan
sesuai dengan advis
|
1. Proses konveksi akan terhalang oleh
pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2. Supaya turun panas menurun
3. saat demam kebutuhan cairan akan meningkat
4. pemantauan teratur akan menentukan tindakan yang akan
dilakukan
5. aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan
panas
6. menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis
|
04 Mei 2014
|
Resiko tinggi trauma fisik berhubungan
dengan kurangnya koordinasi otot.
|
Tujuan umum :
Tidak terjadi trauma fisik selama
perawatan
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 1x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Pasien tidak lagi mengalami cedera
akibat kejang demam yg dideritanya .
|
1. Beri pengaman pada sisi tempat
tidur yang rendah .
2. Temani klien selama fase kejang
3. berikan tounge spatel diantara gigi
atas dan bawah
4.letakkan klien ditempat yang lembut
5. catat TTV setelah fase kejang
|
1. meminimalkan injuri pada saat
pasien kejang
2. meningkatkan keaman klien
3. menurunkan resiko trauma pada mulut
4. membantu menurunkan reisko injuri
fisik pada ekstremitas ketika kontrol volunter berkurang
5. mendeteksi secara dini keadaan yang
abnormal.
|
04 Mei 2014
|
Resiko perubahan nutrisi berkurang
dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
|
Tujuan umum : kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi.
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
|
1. Catat
status nutrisi klien
2. Moniter
intake output
3. Catat
adanya anoreksia dan mual muntah
4. Anjurkan
klien untuk bedrest
5. Anjurkan klien untuk makan makanan porsi
sedikit taoi sering
|
1. Berguna
dalam mendefinisikan nutrisi dan cairan
2. Mengukur
keefektifan nutrisi dan cairan
3. Menentukan
jenis diet dan mendefinisikan pemecahan masalah untuk meningkatkan intake
nutrisi
4. Dapat
membantu menghemat energi
5.
Mencegah irigasi gaster
|
04 Mei 2014
|
Kurangnya pengetahuan keluarga
berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering
bertanya tentang penyakit anaknya.
|
Tujuan umum :
Pengetahuan klien bertambah tentang
penyakit anaknya
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x24 jam
kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan. 3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan. |
1. kaji tingkat pengetahuan keluarga
2. beri kejelasan kepada keluaraga sebab dan
akibat kejang demam
3. jelaskan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan
4. berikan health education cara
menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam
5. berikan health education agar
selalu sedia obat penurun panas bila anak panas
|
1. mengetahui sejumlah mana pengetahuan
yang dimiliki oleh keluaraga dan kebenaran informasi yang didapat
2. penjelasan tentang kondisi yang
dialami menambah wawasan pada keluarga
3. agar keluarga emngetahui tujuan
setiap tindakan yg dilakukan
4. agar pasien dapat memberi
pertolongan pertama pada pasienya
5. mencegah bertambahnya suhu tinggi
dan kejang berulang
|
04 Mei 2014
|
Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu
meningkat, anak tampak rewel.
|
Tujuan umum :
Rasa
nyaman terpenuhi
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
·
S : 37oC
·
Kulit tidak panas dan kemerahan
·
Anak tidak lagi gelisah jika
tidur
|
1.
Kaji faktor – faktor hipertermi
2.
Observasi TTV tiap 4 jam sekali
3.
Pertahankan suhu tubuh normal
4.
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
5.
Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
6.
Batasi aktifitas fisik
|
1.
Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena penambahan pakaian atau
selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh
2. Pemantauan TTV yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya
3.
Suhu tubuh yang dapat di pengaruhi oleh tingkat aktifitas, suhu lingkungan,
kelembaban yang tinggi akan mempengaruhi panas / dinginnya tubuh
4.
Proses hilangnya akan terhalangi pakaian tebal dan tidak dapat menyerap
keringat
5.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
6. Aktifitas meningkatkan metabolisme
dab meningkatkan panas
|
04 Nov 2014
|
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan perspektif dan penurunan
kekuatan.
|
Tujuan umum
Kerusakan mobilitas fisik teratasi
Tujuan khusu :
Setelah dilakukan askep 1x24 jam
kriteria hasil :
·
Pasien bisa melakukan
aktivitasnya tanpa bantuan dari ibunya
·
Pasien aktivitas fisiknya tidak
lagi dibatasi
|
1. Periksa kemampuan dan keadaan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat immobilisasi dengan menggunakan
skala ketergantungan (0-4)
3.
Letakkan
pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
|
1.
Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi
pilihan intervensi yang akan dilakukan
2.Pasien
mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1),
memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2), memerlukan
bantuan/ peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3), tergantung
secara total pada pemberi asuhan.
3.
Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kejang demam atau febrile conculsion
ialah bangkiran kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang (konvulsi) didefinisikan sebagai gangguan
fungsi otak tanpa sengaja, paroksismal, yang dapat nampak sebagai gangguan atau
kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan
sensoris, atau disfungsi autonom.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan- 5 tahun. Kejang demam terdiri
atas :
1. Kejang demam kompleks ( berlangsung
lama/lebih dari sama dengan 15 menit, dapat bersifat fokal/parsial, atau kejang
umum didahului kejang fokal, dan kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24
jam).
2. Kejang demam sederhana (kejang
menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24
jam./kriteria tidak memenuhi kejang demam kompleks)
Demam yang terjadi sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), gangguan metabolik, penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya
tonsilitis, otitis media, bronkitis, keracunan obat, faktor herediter,
danidiopatik.
Pengamatan kejang tergantung pada banyak faktor, termasuk umur penderita,
tipe dan frekuensi kejang, dan ada atau tidaknya temuan neurologis dan gejala
yang bersifat dasar.
B.
Saran
Dengan
makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti
dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien
dengan Anak Kejang demam
DAFTAR
PUSTAKA
Samba, Suharyati.,
Ester, Monica., 1994. Rencana Asuhan
Keperawatan. Volume 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marylin E.,
Mary Frances Moorhouse, dan Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3 : EGC
Ahmad A.K Muda. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta :
GITAMEDIA Press
Darmawan. 2002. Kamus Istilah Kedokteran. Surabaya :
GAMAPRESS
Dorlan Newman. 2002.
Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC
www.online-medical-dictonary.org
diakses pada tanggal 4 Desember 2014, pukul 13.00 WIB
Kejang : Bangkitan
kejang yang terjadi karena kenalkan disebabkan oleh suatu proses demam ekstrakranium dr.hittton fatorry, ika
ppds
Ester Monica, Jan
Tambayong. 2001. Farmakologi Untik
Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Diakses pada tanggal 3
Desember 2014, Pukul 16.45 WIB
http://eprints.undip.ac.id/29064/2/bab_2.pdf Diakses pada tanggal 4 desember , pukul
19.00 wib
Lumbantobing
SM, .1995. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang
Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru
Shidarta
priguna,1999. Neurologi klinis dalam
praktek umum. Jakarta:dian rakyat
Tambayong jan,
2002. Farmakologi untuk keperawatan.jakarta:
Widya medika
Barbara
engran,1999. Rencana asuhan keperawatan
medikal bedah, volume 3, Jakarta: EGC
Muttaqin
arif,2008. Asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Ngastiyah,2002.
Perawatan anak sakit, Edisi 2.
Jakarta: EGC
http://chubbylovers-chan.blogspot.com/2011/12/kesehatan-dalam-pandangan-islam.html
diakses pada tangga 5 Desembar 2014, pukul 11.45 WIB