Laporan Tutorial Skenario 1
Blok 3

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
Tutor : Adi Saputra, S.kep.,
M.Kes
Aria Alhabib :
A21309004
Ayu Wandira :
A21309007
Erika Damayanti :
A21309012
Fitriani :
A21309014
Meli Ayu Lestari :
A21309020
Memo Lukito :
A21309021
Revilianti :
A21309026
Serli Wulan Safitri :
A21309030
Tri Intan Sinapurnama :
A21309034
Tri Wahyuni :
A21309035
Wulan Pandan sari :
A21309038
Yurika winadia :
A21309041
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun kami haturkan kepada Allah SWT
karena atas ridho dankarunia-Nya laporan tutorial skenario 1 blok 3 ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang
didapat dari proses belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran di Kampus STIK Siti Khadijah Palembang. Penyusun tak lupa
mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan
laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok I tutorial, dan juga
teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan
ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari
bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan
penyusun lakukan.
Palembang, 29 November 2014
BAB
I
PEMBAHASAN
SKENARIO I BLOK III
Seorang pria
berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk berdahak
lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari, nafsu
makan menurun. Pasien sudah pernah berobat kepuskesmas namun saat obat habis
pasien tida ke puskesmas lagi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND
90x/menit, ferekuensi nafas 32x/menit, cyanosis, rhonci, clubing fingers,
rontgent : kp apeks, hasil pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai buruh
pemotong kayu dengan penghasilan 15ribu/hari, pada kamar pasien jendela jarang
terbuka, pasien satu kamar dengan anak usia 4 tahun dan alat makanan dan
minuman di pakai secara bersama-sama.
I.
KLARIFIKASI
ISTILAH
1. KP
Apeks :
Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mikrobakterium tuber kulosa dibagian ujung paru-paru dari sebuah struktur
piramida atau bulat, seperti paru-paru atau jantung yang juga sering disebut
Korch Pulmonal atau penyakit TBC (Menurut Robert koch)
2. Sianosis
:
Sianosis
adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini terutama mencolok pada bibir dan
kuku. (kamus kesehatan)
3. Clubbing
fingers
Kelainan bentuk jari
dan kuku tangan yang menjadikan jari kaki dan tangan membulat yang berkaitan
dengan penyakit jantung dan paru-paru. (buku penyakit dalam )
4. Rontgen
:
Alat
potret yang menggunakan sinar x hingga dapat menembus bagian-bagian tubuh.
(kamus kedokteran)
5. Poli
klinik :
Pusat
kesehatan masyarakat yang berada di daerah atau kecamatan untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat umum (depkes RI)
6. Sesak
napas :
Gejala
yang nyata terhadap ganguan pada trakeo bronkial, parenkim paru, dan penyakit
pluera (pengkajian keperawatan)
7. Batuk
berdahak :
Batuk berdahak merupakan
suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trakeo bronkial
yang disertai dengan keluarnya sputum. ( Buku pengkajian Keperawatan)
II.
IDENTIFIKASI
MASALAH
1. Seorang
pria berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk
berdahak lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari,
nafsi makan menurun.
2. Pasien
sudah pernah berobat ke puskesmas namum saat obat habis pasien tidak ke
puskesmas lagi.
3. Hasil
pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND 90x/menit, frekuensi nafas 32x/menit,
cyanosis, rhonci, clubbing fingers, rontgent : Kp apeks
4. Hasil
pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai pemotong kayu dengan penghasilan
15 ribu/hari
5. Pada
kamar pasien jendela jarang terbuka, pasien satu kamar dengan anak berusian 4
tahun dan alat makan dan minum dipakai secara bersama-sama.
6. Tanda
vital :
TD : 120/80 mmHg
ND
: 100
x/menit
RR : 20x/menit
III.
ANALISIS
MASALAH
1. Seorang
pria berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk
berdahak lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari,
nafas makan menurun.
a)
Mengapa
batuk berdahak > 6 hari dan apa faktor penyebabnya ?
b)
Apa
penyebab sesak nafas dan cara mencegahnya ?
2. Hasil
pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND 90x/menit, frekuensi nafas 32x/menit,
cyanosis, rhonci, clubbing fingers, rontgent : Kp apeks
a)
Apa
penyebab kp apeks?
3. Hasil
pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai pemotong kayu dengan penghasilan
15 ribu/hari.
a)
Apa
hubungan antara pekerjaan dengan penyakitnya ?
4. Pada
kamar pasien jendela jarang terbuka, pasien satu kamar dengan anak berusian 4
tahun dan alat makan dan minum dipakai secara bersama-sama.
a)
Apakah
ada kemungkinan anak yang satu kamar dapat tertular dan adakah hubungannya
dengan penggunaan alat makan dan minuman secara bersamaan?
b)
Adakah
hubungannya dengan jendela yang jarang dibuka?
IV.
LEARNING
ISSUE
1. Tb
paru
2. Astma
3. Pneumonia
V.
Q.S.
Dan Hadist tentang penyakit
q.s surat yunus 57

yang artinya :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."
LAPORAN
PENDAHULUAN
PENYAKIT
TB PARU
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan
asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa
mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis
(TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002)
Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. (Smelzer
& Bare, 2002)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Pernafasan (respirasi) adalah
peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi
dan menhembuskan disebut ekspirasi.
Jadi, dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara dan oksigen ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan
CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose. Seterusnya CO2 akan dikeluarkan
melalui tractus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh
melalui kapiler – kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ken serambi kiri
jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi
oksidasi sebagai ampas dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung, ke bilik kanan,dan dan dari sini
keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan paru-paru akhirnya
dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.
Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme sedangkan sisa dari
metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis, dan kulit.
a. Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya
dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (
pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga
jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
1. Hidung
(Nasal)
Hidung merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (
septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Hidung terdiri dari:
·
Bagian luar dinding terdiri dari kulit
·
Lapisan tengah terdiri dari otot-otot
dan tulang rawan.
·
Lapisan dalam terdiri dari selaput
lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis),
Yang
berjumlah 3 buah:
·
konka nasalis inferior ( karang hidup
bagian bawah)
·
konka nasalis media(karang hidung bagian
tengah)
·
konka nasalis superior (karang hidung
bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3
buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus
medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah).
Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam
terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk
oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa
rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga
rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada
rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.Pada sinus
etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis.
Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat
di bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf
atau respektor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri
kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang
menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini
disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring
dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba
lakminaris. Fungsi hidung, adalah:
·
Bekerja sebagai saluran udara pernafasa
·
Sebagai penyaring udara pernafasan yang
dilakukan oleh bulu-bulu hidung
·
Dapat menghangatkan udara pernafasan
oleh mukosa
·
Membunuh kuman-kuman yang masuk,
bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) atau hidung.
2. Tekak
(Faring)
Merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan
faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua
lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat
jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening.
Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah
tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis( empang
tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.Rongga
tekak dibagi dalam 3 bagian:
·
Bagian sebelah atas yang sama tingginya
dengan koana yang disebut nasofaring.
·
Bagian tengah yang sama tingginya dengan
istmus fausium disebut orofaring
·
Bagian bawah sekali dinamakan
laringgofaring.
3. Pangkal
Tenggorokan(Laring)
Merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal
tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
Laring
terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
·
Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun
sangat jelas terlihat pada pria.
·
Kartilago ariteanoid (2 buah) yang
berbentuk beker
·
Kartilago krikoid (1 buah) yang
berbentuk cincin
·
Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir,
kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel
epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara
rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang
tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih
tebal daripada pita suara wanita.
4. Batang
Tenggorokan ( Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang
terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
5. Cabang
Tenggorokan ( Bronkus)
Bronkus terbagi menjadi bronkus
kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2
bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalisini
kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
6. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang
menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan
nafas.
·
Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan
menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai kelenjar lendir dan silia)
·
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
·
alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian
mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi
alvioli.
·
Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu
lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri
atas 3 tipe:
·
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel
yang membentuk dinding alveoli
·
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif
secara metabolik dan nensekresikan surfaktan (suatu fosfolifid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
·
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang
merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
7. Paru
– paru
Merupakan organ yang elastis
berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan
terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya.
8. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang
mengandung kolagen dan jaringan elastis. Pleura terbagi menjadi 2, yaitu:
·
Pleura perietalis yaitu yang melapisi
rongga dada
·
Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi
setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga
pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
B. Fisiologi Pernafasan
Fungsi utama sistem respirasi adalah
memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan membuang karbondioksida sebagai
sisa metabolisme serta berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa.
Jenis-jenis Respirasi ada 2 yaitu:
a. Pernapasan
Dada
Merupakan
adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
·
Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot
antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.
·
Fase ekspirasi.
Fase ini merupakan fase relaksasi
atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh
turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
b. Pernapasan
perut
Merupakan pernapasan yang
mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga
perut dan rongga dada.
·
Fase Inspirasi.
Pada fase ini otot diafragma
berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan
tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
·
Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase
berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar
dari paru-paru.
Secara umum, respirasi terdiri dari
2 proses: respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal
meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara cairan interstisial
tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi
oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini
disebut juga respirasi selular, terjadinya di mitokondria. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam
respirasi eksternal:
·
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses
pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari
inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari
paru-paru).Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal.
Ventilasi dipengaruhi oleh kadar oksigen
pada atmosfer, kebersihan jalan nafas, daya recoil & complience (kembang
kempis) dari paru-paru dan pusat pernafasan
·
Difusi
Difusi dalam respirasi merupakan
proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses
difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah.
·
Transportasi
Setelah difusi maka selanjutnya
terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah
dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.
Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas
pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu
lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel.
Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi
karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
Dalam keadaan normal, volume udara
paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total
udara pernapasan manusia. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan
dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Kebutuhan oksigen tubuh bersifat
dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah
aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat
sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Pengaturan respirasi
dipengaruhi oleh :
·
Korteks serebri yang dapat mempengaruhi
pola respirasi
·
Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat
kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di
aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
·
Refleks Heuring Breur : menjaga
pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.
·
Faktor lain : tekanan darah, emosi,
suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas
Jumlah oksigen yang diambil melalui
udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan
makanan yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc
oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Kebutuhan tersebut berbanding lurus
dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan
tertentu saat konsentrasi oksigen udara berkurang. Oksigen yang dibutuhkan
berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus.
Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen
darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
C. Proses kimiawi respirasi pada
manusia:
·
Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3
à H2+CO3 à H2 + CO2
·
Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb
+ O2 = Hb O2
·
Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke
cairan sel : Hb O2 Hb O2
·
Pengangkutan karbohidrat di dalam tubuh
: : CO2 + H2O = H2+CO2
d. Kelainan Proses Pernapasan
Alat- alat pernapasan merupakan
organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat ini terganggu karena
penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum
terjadi pada saluran pernapasan manusia.
·
Influenza (Flu)
Penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-
bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
·
Asma (Sesak napas)
Merupakan suatu penyakit penyumbatan
saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau
tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
·
Tuberkulosis(TBC)
Penyakit paru- paru yang diakibatkan
serangan bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu
karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian
paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru mengecil.
Akibatnya napas penderita terengah-engah.
e. Macam- macam peradangan pada
sistem pernapasan manusia:
·
Rinitis
Radang pada rongga hidung akibat
infeksi oleh Virus, misalnya virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena
reaksi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir (ingus)
meningkat.
·
Faringingitis
Radang pada faring akibat infeksi oleh
bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita
hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
·
Laringitis
Radang pada laring. Penderita serak
atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak
merokok, minum alcohol, atau banyak bicara.
·
Bronkitis
Radang pada cabang batang
tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam, menghasilkan banyak
lendir yang menyumbat batang tenggorokan sehingga penderita sesak napas.
·
Sinusitis,
Radang pada sinus. Sinus letaknya di
daerah pipi di kiri dan kanan batang hidung, biasanya di dalam sinus terkumpul
nanah yang harus dibuang melalui operasi
·
Asfiksi
Gangguan pernapasan pada waktu
pengangkutan oksigen yang disebabkan oleh tenggelam (akibatnya terisi air), pneumonia
(akibatnya alveolus terisi lendir dan cairan limfa), keracunan CO atau HCN,
atau gangguan sitokrom(enzim pernapasan).
·
Asidosis
Kenaikan kadar asam karbonat dan
asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
·
Difteri
Penyumbatan pada rongga faring
maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman difteri.
·
Emfisema
Penyakit
pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
·
Pneumonia
Penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang
paru-paru.
·
Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)
Disebabkan adanya penyempitan
saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan
ditekak atau amandel.
·
Kanker paru-paru
Mempengaruhi pertukaran gas di
paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar keseluruh tubuh. Kanker paru-paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok (75% penderita adalah perokok).
Perokok pasif juga dapat terkena kanker paru-paru. Penyebab lain adalah
penderita menghirup debu asbes kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
Hidung merupakan saluran pernafasan
yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang
berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam lubang
hidung. hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H.
Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
Faring merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat dibawah dasar
tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana
yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan
dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal
88)
Trakea merupakan cincin tulang rawan
yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari
jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea
dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri
(Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
Bronkus
merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri ,
bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus
yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat
gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal 89-90).
Paru- paru merupakan sebuah alat
tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi
menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus .
Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga
dada / kavum mediastinum. Paru-paru
mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan
dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara.
Hanya
sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang
surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai
masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat
menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal
90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 )
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi)
serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar
tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
·
Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi
dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot
interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah
luar, akibatnya diafragma turun dan otot
diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta
eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar. (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal 124. Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91)
·
Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas
CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area
yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2
serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan
yang berperan penting yaitu alveoli dan
darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H. Syaifuddin.
B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37)
·
Transportasi Gas
Transportasi
gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang
bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97%
dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh
Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal 40).
C. ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB
BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.
Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·
Herediter: resistensi seseorang terhadap
infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
·
Jenis kelamin: pada akhir masa
kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada
anak perempuan.
·
Usia : pada masa bayi kemungkinan
terinfeksi sangat tinggi.
·
Pada masa puber dan remaja dimana masa
pertumbuhan yang cepat,
·
kemungkinan infeksi cukup tingggi karena
diit yang tidak adekuat.
·
Keadaan stress: situasi yang penuh
stress (injury atau penyakit, kurang
·
Nutrisi, stress emosional, kelelahan
yang kronik)
·
Meningkatnya sekresi steroid adrenal
yang menekan reaksi inflamasi dan
·
Memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid
kemungkinan terinfeksi lebih
·
mudah.
·
Nutrisi ; status nutrisi kurang
·
Infeksi berulang : HIV, Measles,
pertusis.
·
Tidak mematuhi aturan pengobatan.
D. PATOFISIOLOGI
Ketika seorang klien TB paru batuk,
bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan
jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri
ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara
disebut dengan air-borne infection.
Bakteri yang terisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik
lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri
(multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau
lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional,
yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu
3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes
tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal
dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu:
·
Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau
melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke
saluran pencernaan.
·
Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional
limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat
darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
·
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati
lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang mengandung bakteri
tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran
darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
·
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat,
maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak
dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu
saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang
melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman
dapat aktif kembali.
Inilah
yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini
dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu,
infeksi pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru
masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali.
Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah
apeks paru.
·
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi
bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri
TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang
biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di
dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar
hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif.
Kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut
dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.
·
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary
TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya
terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya
karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
·
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima
tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan
daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO
1996).
·
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi
infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan
TB di masyarakat akan meningkat pula.
E. PATOFLOW

F. KLASIFIKASI TB PARU
Menurut
Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1.
Berdasarkan organ yang terinvasi
TB
Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu :
·
TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya
positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru
menunjukan gambaran TB aktif.
·
TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen
dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB
aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap
berat.
TB ekstra paru yaitu tuberkulosis
yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
·
TB ekstra paru ringan yang menyerang
kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal
·
TB ekstra paru berat seperti meningitis,
pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat
kelamin.
Berdasarkan
tipe penderita. Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :
1. Kasus
baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2. Kambuh
(relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan
telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA
positif.
3. PIndahan
(transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
4. Kasus
berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian
datang kembali berobat
G. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa
TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Gejala respiratorik, meliputi:
·
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
·
Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
·
Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
·
Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
terkena.
2.
Gejala sistemik meliputi:
·
Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Gejala
sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.
3.
Gejala Tuberkulosis ekstra Paru
Tergantung pada organ yang terkena,
misalnya : limfedanitis tuberkulosa. Meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis
tuberkulosa.
4.
Gejala klinis Hemoptoe :
Kita
harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Batuk darah
·
Darah dibatukkan dengan rasa panas di
tenggorokan
·
Darah berbuih bercampur udara
·
Darah segar berwarna merah muda
·
Darah bersifat alkalis
·
Anemia kadang-kadang terjadi
·
Benzidin test negatif
2.
Muntah darah
·
Darah dimuntahkan dengan rasa mual
·
Darah bercampur sisa makanan
·
Darah berwarna hitam karena bercampur
asam lambung
·
Darah bersifat asam
·
Anemia seriang terjadi
·
Benzidin test positif
3.
Epistaksis
·
Darah menetes dari hidung
·
Batuk pelan kadang keluar
·
Darah berwarna merah segar
·
Darah bersifat alkalis
·
Anemia jarang terjadi
Gejala-gejala tersebut diatas
dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang
dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau
tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif
dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
4. Perbedaan
TB anak dan dewasa
·
TB anak lokasinya pada setiap bagian
paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler
·
Terjadi pembesaran kelenjar limfe
regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional
·
Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan
pada dewasa dengan fibrosis
·
Lebih banyak terjadi penyebaran
hematogen, pada dewasa jarang
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
sputum (S-P-S)
Pemeriksaan
sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut akan
ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan
murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang
tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk
yang non produktif
Dalam
hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan
minum air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga
dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan
inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum
dapat diperoieh dengan cara bronkos kopi diambil dengan brushing atau bronchial
washing atau BAL (bronchn alveolar lavage).
BTA
dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman
BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus
yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang
mengandung kuman BTA mudah ke luar.
Kriteria
sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum
Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah mikroskop memerlukan
kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada
biakan yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 - 100 kuman/ml
sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8 minggu dengan
angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi
WHO skala IUATLD :
·
Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang
pandangan :negative
·
Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
·
Ditemukan 10-99 BTA : 1+
·
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandangan : 2+
·
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang
pandangan : 3+
2. Pemeriksaan
tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan
pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi
Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC".
Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%.
Penderita anak umur kurang dari 1
tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%,
2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut
dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin
kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai
sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan
intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam
setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang
terjadi.
3. Pemeriksaan
Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen
thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala
subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila
pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus
mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar
hilus. Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque
yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang
kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau
suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat
berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe
keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis,
apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng
kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada
penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan
penyakit akut yang relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari tingkat
eksudatif yang besar.
4. Pemeriksaan
CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk
menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya
gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan
adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial.
Sebagaimana
pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif tidak dapat hanya
berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal, namun selalu
dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan secara serial
setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen
thoraks biasa.
5. Radiologis
TB Paru Milier
TB paru milier terbagi menjadi dua
tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier subakut (kronis). Penyebaran
milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi
pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang
berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil
pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Nodul-nodul
dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga
cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk
berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar
secara difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat
gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing
berupa garis-garis tajam.
6. Pemeriksaan
Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit
diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk
membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya harus
dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap
binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan
darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
I.
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Tuberkulosis Paru
·
Pemeriksaan kontak
Pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan
meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif,
maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.
Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
·
Mass chest X-ray
Pemeriksaan massal terhadap
kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai
pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
·
Vaksinasi BC Kemoprofilaksis
Dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB
selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang
menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder
diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes
tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak
dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul
erat dengan penderita TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil
tes tuberkulin dari negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan
steroid atau obat imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
Komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun
petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonsia –
PPTI).
2. Pengobatan
Tuberkulosis Paru
Mekanisme
kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :
·
Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri
yang membelah cepat
·
Aktivitas sterilisasi, terhadap the
pesisters (bakteri semidormant)
·
Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan
yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
Pengobatan
tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu :
1. Fase
intensif (2-3 bulan) :
Tujuan
tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan
secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif
yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah kuman disertai
perbaikan klinis. Pasien yang infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu.
Sebagian
besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2
bulan. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic
Society, fase awal diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB,
Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
2. Fase
lanjutan (4-7 bulan).
Selama
fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih
panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan
akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint
Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase lanjutan
selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra
paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada
pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan pengobatan
ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan.
Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat yang diberikan haruslah
yang masih efektif.
Paduan
obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid,
Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk
program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan
dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai
berikut:
1. Kategori
I (2HRZE/4H3R3)
Kategori
I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang
berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita
dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran
perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
2. Kategori
II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori
II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
diberikan kepada :
·
Penderita kambuh
·
Penderita gagal terapi
·
Penderita dengan pengobatan setelah
lalai minun obat
3. Kategori
III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori
III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB
di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori
IV
Kategori
IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan
keberhasilan rendah sekali.
Obat-obatan anti tuberkulostatik
1. Isoniazid
(INH) :
merupakan obat yang cukup efektif dan berharga
murah. Seperti rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen
pengobatan, kecuali bila ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi
adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang
mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi
dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai
profilaksis sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan
psikosis sangat jarang terjadi.
2.
Rifampisin :
merupakan
komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana halnya INH,
rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra indikasi. Pada
dua bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan
sementara pada fungsi hati (peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya
tidak memerlukan penghentian pengobatan.
Kadang-kadang
terjadi gangguan fungsi hati yang serius yang mengharuskan penggantian obat
terutama pada pasien dengan riwayat penyakit hati. Rifampisin menginduksi
enzim-enzim hati sehingga mempercepat metabolisme obat lain seperti estrogen,
kortikosteroid, fenitoin, sulfonilurea, dan anti-koagulan. Penting :
efektivitas kontrasepsi oral akan berkurang sehingga perlu dipilih cara KB yang
lain.
3. Pyrazinamid
:
bersifat
bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif memlah
dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga
bulan pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena
penetrasinya ke dalam cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycrobacterium
bovis. Toksifitas hati yang serius kadang-kadang terjadi.
4. Etambutol :
Digunakan dalam
regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi rendah,
obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol
diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase
lanjutan (atau 15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di
bawah pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau
45 mg/kg 2 kali seminggu.
Efek samping
etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan penurunan
visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih
sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan
awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka
etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya
tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya.
Pemberian pada
anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa
melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan
sebelum pengobatan.
5. Streptomisin :
saat
ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus resistensi. Obat ini
diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan kurang dari 50
kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk pengobatan
intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan
diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50
kg.
Untuk
anak diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk
pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk
pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis
kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang disebabkan oleh kuman yang resisten
atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak bisa ditoleransi.
Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin, sikloserin, makrolid generasi
baru (azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon (siprofloksasin dan
ofloksasin) dan protionamid.
Tabel Panduan Pemberian Obat
Anti-Tuberkulosis
Obat
anti-TB esensial
|
Aksi
|
Potensi
|
Rekomendasi
Dosis (mg/kgBB)
|
||
Per
hari
|
Per
minggu
|
||||
3x
|
2x
|
||||
Isoniazid
(INH)
Rifampisin
(R)
Pirazinamid
(Z)
Streptomisin
(S)
Etambutol
(E)
|
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
|
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
|
5
10
25
15
15
|
10
10
35
15
30
|
15
10
50
15
45
|
J.
KOMPLIKASI
Penyakit
TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi,
diantaranya :
·
Komplikasi dini : pleuritis, efusi
pleura, empiema, faringitis.
·
Komplikasi lanjut :
·
Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT (
Sindrom Obstruksi Pasca Tubercolosis)
Kerusakan
parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, ARDS
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Identitas
Pasien
Nama
: Tn. L
Umur
: 45 Tahun
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Alamat :
Sukarame 18/02 Palembang
Status
Perkawinan : Kawin
Agama :
Islam
Suku
Bangsa :
jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nomor
Register
:12517309
Tanggal
Masuk
RS
: 03 Mei 2014
Diagnosa
Medis
: Tuberkulosis Paru
Identitas
Penanggung Jawab
Nama
: Ny. A
Umur :
36 Tahun
Jenis
Kelamin
: Wanita
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Alamat :
Sukarame 18/ 02 Palembang
Hubungan
dengan pasien : Suami
RIWAYAT
KESEHATAN
a.
Keluhan utama : Klien mengatakan batuk berdahaknya lebih dari 6 hari, disertai
sesak nafas dan sering berkeringat pada malam hari
b.
Riwayat penyakit sekarang : Klien datang ke RSI Siti khadijah palembang pada
tanggal 03 nov 2014 jam 10.00 dengan
keluhan sering mengalami batuk berdahak yang disertai sesak nafas dan mengalami
penurunan nafsu makan.
c.
Riwayat kesehatan dahulu : keluarga dan klien mengatakan klien pernah menderita
penyakit yang sama dan berobat ke dokter sampai pengobatan tuntas. Tetapi
penyakit klien kambuh lagi dan berobat jalan ke dokter.
d.
Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
lain yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
e.
Riwayat Psikologis : Klien terlihat sabar dalam menghadapi penyakitnya tetapi
juga kadang cemas terhadap penyakitnya.
f.
Riwayat Sosial : klien interaksi dengan keluarganya baik dibuktikan dengan
komunikasinya dengan keluarganya, dan juga interaksi nya tentangga nya baik,
karena ada juga tetangganya yang menjenguknya
g.
Riwayat Spiritual : klien beragama islam dan semenjak dirumah sakit klien
selalu shalat dan berdoa untuk kesembuhanya.
POLA
AKTIVITAS SEHARI - HARI
NO
|
Aktivitas
|
Sebelum MRS
|
Saat MRS
|
1
|
Pola nutrisi
a.
Frekuensi makan
Jenis
Jumlah/porsi
Nafsu
makan
Masalah
b.
Minum
Jenis
Jumlah
Masalah
|
3X Sehari
Nasi putih + lauk + buah + takada
pantangan
1 porsi
Baik
Tidak ada
Air putih
± 6-7 gelas/ hari
Tidak ada
|
3x sehari
Nasi/bubur + lauk + buah dengan
diet TKTP
1/4 Porsi
Kurang baik
Tidak ada nafsu makan
Air putih
4-5 gelas/hari
Tidak ada
|
2
|
Pola eliminasi
a.
BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah
b.
BAK
Frekuensi
Warna
Masalah
|
1-2 x /hari
Lembek
Kuning
Tidak
ada
4
– 5x sehari
Kuning
muda
Tidak
ada
|
1x hari /hari
Lembek
Hitam
Tidak ada
5 – 6x sehari
Kuning muda
Tidak ada
|
3
|
Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur
Lama tidur
Tidur siang
Masalah
|
Malam dan siang
± 7 jam sehari
Kadang kadang
Tidak ada
|
Malam dan siang
± 2 – 3 jam sehari
< 1 jam
Kesulitan tidur, sakit diarea
dada sehingga sulit menemukan posisi nyaman.
|
4
|
Personal hygiene
Frekuensi mandi
Ganti pakaian
Rambut
Kuku
Masalah
|
2-3x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada
|
2x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada
|
5
|
Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum
Toileting
Mandi
ROM
Berpindah
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidu
Masalah
|
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Tidak ada
|
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Lemas dan malas beraktivitas
|
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
Tanda
tanda vital :
·
TD : 110/70 mmHg
·
Pols :
90x/menit
·
RR :
32x/menit
·
Temp :
37,5 degress celcius
2.
Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk
kepala : Mesochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Warna
rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada
b. Mata
Letak
: Simestris
Konjungtiva : Pucat
Sklera : Tidak ikterik
Oedema : Tidak ada
Jarak
pandang : Normal
Masalah
: Tidak ada
c. Hidung
Bentuk :
Simestris
Secret
: Tidak ada
Penciuman
: Normal
Kebersihan
: Bersih
Masalah
: Tidak ada
d. Telinga
Letak
: Simestris
Pendengaran
: Normal
Kebersihan
: bersih
Masalah
: Tidak ada
e. Mulut
dan gigi
Mukosa
: Kering
Bibir
: Sianosis
Caries
: Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah
: Bibir sianosi dan
mukosa kering
f. Leher
Refleks
telan : Normal
Tiroid : tidak ada pembekakan
Masalah
: Tidak ada
g. Dada
Bentuk
: Simestris
RR : 32x/ menit
Palpasi : Nyeri tekan , dispnea
Perkusi : Normal
Auskultasi : Ronchi.
Masalah
: nyeri tekan,
dispnea, ronchi.
h. Abdomen
Bentuk
: Simestris
Palpasi : Tidak ada, normal
Auskultasi : Tidak ada, Normal
Masalah : Tidak ada
i.
Genital
Jenis
kelamin : Normal, tidak ada
kelainan
Kateter : tidak ada
Masalah
: tidak ada
j.
Kulit
Warna
: Sianosis
Turgor : Normal
Kebersihan
:Bersih
Masalah
: Kulit nya sianosis
k. Ekstremitas
Atas
: clubbing
finger
Bawah : Tidak ada odema
Masalah
: clubbing finger
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Interpretasi
|
Hb
|
9,7
|
L :12-16 g/dl
|
Rendah
|
Leukosit
|
8300
|
5000-10.000 dl
|
Normal
|
LED
|
92/105
|
L: < 15m/jam
|
Tinggi
|
Trombosit
|
280000
|
150.000-350.000 u/l
|
Normal
|
SGOT
|
10-31 ul 370 C
|
Normal
|
|
SGPT
|
7-32 u/l
|
Normal
|
|
Kreatinin
|
L :0.5-1.1 MG/DL
|
Normal
|
|
Ureum
|
L: 10-50 MG/DL
|
Normal
|
|
Pemeriksaan Rontgen
|
Kp APeks
|
Tidak normal
|
|
TERAPI
·
Infus RL
·
Ceftazidin 1x1 gr
·
Salbutamol 3x1
·
Aminofilin 2 amp, drip/ 24 jam
·
Nebu combivent/ 8 jam
·
Ranitidin 2x1
·
OAT Lanjutan: Isoniasid 1x1
Rifampin 1x1
Etambutol 1x1
Pirasinamid 1x1
ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
Kemungkinan Penyebab
|
Etiologi
|
|||
1
|
Ds
:
Klien
mengeluh tidak nyaman dengan saluran pernafasan nya sekarang.
Do:
·
RR : 32x/menit
·
Ada ronchi
·
Adanya sekretkental pada saluran
nafas
·
Klien kesakitan pada saat batuk
berdahak
|
Peradangan paru
↓
![]()
↓
Batuk produktif
↓
Nafas tidak efektif
|
Gangguan bersihan jalan nafas
yang tidak efektif
|
|||
2
|
Ds
:
Klien
mengeluh sesak nafas dan lemas
Do
:
·
RR : 32x/menit
·
Ada nyeri tekan didada
·
Klien terlihat memegani dadanya
·
Klien mengalami sesak nafas
|
Mycobacterium tuberculosis masuk
ke bronchus
↓
Peradangan kronis
↓
Lesi primer mengalami pengapuran
menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik
↓
Elastisitas recoil paru menurun
↓
Kolaps alveoli
↓
Difusi O2 terganggu
|
Gangguan
pertukaran gas
|
|||
3
|
Ds
:
Klien
mengatakan kurang nafsu makan
Do
:
·
Klien tampak tidak menghabiskan
makananya
·
Ada sisa makanan dari piring klie
|
Kegagalan absorpsi
↓
Kegagalan mencerna
↓
Anoreksia
↓
Mual
↓
Perubahan nutrisi
|
Gangguan
perubahan nutrisi
|
|||
4
|
DS:
·
Klien mengatakan badannya lemas
sehingga susah beraktivitas
DO:
·
Klien tampak memanggil keluarga
saat butuh sesuatu klien tampak lemas
|
Penurunan suplai O2
↓
Reaksi sistematis
↓
Lemah
↓
Intoleransi aktivitas
|
Gangguan
intoleransi aktivitas
|
|||
5
|
Ds
:
·
Klien mengatakan sangat cemas
denga penyakitnya
Do
:
·
Klien tampak bingung
·
Klien juga selalu bertanya
·
Klien tamapk sering cemas dan
gelisah
|
Sering bertanya dan cemas
↓
Kurang nya pengetahuan
|
Kurang
nya pengetahuan
|
|||
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan
bersihan jalan yang tidak efektif berhubungan dengan porduksi sekret yang
meningkat
2. Resiko
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli sehingga
mengakibatkan difusi O2 terganggu
3. Resiko
perubahan nutrisi berkurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
4. Ganggaun
intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 sehingga
mengakibatkan lemah
5. Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan sering cemas dan bertanya tentang penyakitnya
INTERVENSI
tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
04 Mei 2014
|
Gangguan
bersihan jalan yang tidak efektif berhubungan dengan porduksi sekret yang
meningkat
|
Tujuan
umum :
Jalan
nafas menjadi efektif
Tujuan
khusus:
Setelah
dilakukan askep 3x24 jam, dengan kriteria
hasil :
•
Sesak nafas berkurang
•
RR 19 x/mnt
•
Secret hilang
|
1.Kaji fungsi pernafasan
2.Catat kemampuan untuk mengeluarkan
secret
3.
Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam
4.Anjurkan klien untuk posisi semi
fowler
5.
Berikan terapi oksigen
6. Pantau TTV
7.Kolaborasi
dengan tim medis untuk membantu terapi
|
1.
Penurunan bunyi nafas indikasi atelektasis ronki , dikasih akumulasi secret /
ketidak mampuan membersihkan jalan nafas sehingga otak sesori digunakan dan kerja
pernafasan meningkat
2.
Penularan sulit bila secret tebal , spuntum berdarah akibat kerusakan paru.
3.
Batuk efektif membantu mengeluarkan secret
4.Meningkatkan
ekspansi paru dan membuka area atelektasis
5.
membantu suplai oksigen
6.
untuk mengetahui perkembangan pasien apakah sudah normal atau belum
7.
Diperlukan untuk pengobatan lanjutan dalam proses penyembuhan
|
04 Mei 2014
|
Resiko
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli sehingga
mengakibatkan difusi O2 terganggu
|
Tujuan umum :
Tidak
terjadi ganguuan pertukaran gas sehingga tidak mengakibatkan difusi O2
terganggu
Tujuan
khusus :
Setelah
dilakukan askep 3x 24 jam
Dengan
kriteria hasil :
·
RR : 19x/menit
·
Tidak ada nyeri tekan didada
·
Klien tidak lagi mengalami sesak
nafas
|
1.
Kaji / awasi secara rutin kulit dan membran mukosa
2.
Palpasi Fremitus
3.
Awasi tanda vital dan irama jantung
4.
kolaborasi dengan pemberian oksigen
|
1.
Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral
mengindikasi kan beratnya hipoksemia
2.
penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan dan udara
3.
tachicardi , distrimia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
4.
Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
|
04 Mei 2014
|
Resiko perubahan nutrisi berkurang
dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
|
Tujuan umum : kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi.
Tujuan khusus :
Setelah
dilakukan askep 3x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Nafsu
makan meningkat
|
1. Catat
status nutrisi klien
2. Moniter
intake output
3. Catat
adanya anoreksia dan mual muntah
4. Anjurkan
klien untuk bedrest
5. Anjurkan klien untuk makan – makanan porsi
sedikit taoi sering
|
1. Berguna
dalam mendefinisikan nutrisi dan cairan
2. Mengukur
keefektifan nutrisi dan cairan
3. Menentukan
jenis diet dan mendefinisikan pemecahan masalah untuk meningkatkan intake
nutrisi
4. Dapat
membantu menghemat energi
5.
Mencegah irigasi gaster
|
04 Mei 2014
|
Ganggaun
intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 sehingga
mengakibatkan lemah
|
Tujuan umum :
Aktifitas klien dapat terpenuhi
Tujuan khusus :
·
Klien tidak kesulitan melakukan
aktifitas
·
Klien tidak lemas
|
1.
Dekatkan benda” yang dibutuhkan klien
2.
Bantu aktivitas klien
3.
Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
4.Ciptakan
lingkungan yang terapeutik
|
1. Klien
dapat dengan mudah mengambil benda yang dibutuhkan
2. Dapat
meringankan aktifitas yang tidak bisa dilakukan klien
3. Keluarga
dapat membantu kebutuhan yang tidak bisa dilakukan klien
4. Lingkungan yang terapeutik
mempercepat proses penyembuhan
|
04 Mei 2014
|
Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan sering cemas dan bertanya tentang penyakitnya
|
Tujuan umum :
Pengetahuan
pasien bertamabah
Tujuan
khusus :
Setelah
dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Klien
tidak gelisa
Klien
tidak bingung
Klien
mengerti tentang penyakitnya
|
1. Pantau
tingkat kecemasan
2. Berikan
informasi tentang penyakit yang diderita klien
3. Dorong
klien mengetahui permasalahan dan mengekspresikan pernafasan
4.
Libatkan keluarga dalam proses
penyembuhan
|
1. Faktor
ini mempengaruhi persepsi klien terhadap ancaman diri , potensial siklus anxieta
2. Dapat
menambah pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritannya
3. Klien
tidak akan merasa terbebani dengan beban pikiran sehingga dapat mempercepat
proses penyembuhan
4. Memberi
keyakinan kepada klien bahwa dia tidak menghadapi masalah sendiri
|
IMPLEMENTASI
Tanggal
|
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
04 Mei 2014
|
I
|
1.Mengkaji fungsi pernafasan
2.Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
secret
3.Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam
4.Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler
5.Memberikan terapi oksigen
6.Memantau TTV
7.Mengkolaborasi dengan tim medis untuk membantu
terapi
|
S: Klien tidak lagi mengeluh dengan
saluran pernafasannya sekarang
O :
Ø RR
: 20x/menit
Ø Ronchi(-)
Ø Secret
kental(-)
Ø Kesakitan
pada saat batuk berdahak berkurang
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
|
04 Mei 2014
|
II
|
1.Mengkaji / mengawasi secara rutin kulit dan membran mukosa
2.Mempalpasi Fremitus
3.Mengawasi tanda
vital dan irama jantung
4.Mengkolaborasi
dengan pemberian oksigen
|
S : Klien tidak lagi mengeluh sesak
nafas dan lemas
O :
Ø RR
: 28x/menit
Ø Adanya
nyeri tekan di dada
Ø Klien
terlihat memegangi dadanya
Ø Klien
mengalami sesak nafas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
04 Mei
2014
|
III
|
1.Mencatat status
nutrisi klien
2.Moniter intake
output
3.Mencatat
adanya anoreksia dan mual muntah
4.Mencatat
adanya anoreksia dan mual muntah
|
S : Klien mengatakan nafsu makan
bertambah
O :
Ø Klien
tampak menghabiskan makanannya
Ø Tidak
ada sisa makanan dari piring klien
A
: Masalah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
|
04 mei
2014
|
IV
|
1.Mendekatkan
benda” yang dibutuhkan klien
2.Membantu
aktivitas klien
3.Meliibatkan
keluarga dalam proses penyembuhan
4.Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
|
S : Klien mengatakan badannya tidak
lemas lagi
O : Klien tidak lagi memanggil
keluarga saat butuh sesuatu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
V
|
1.
Memantau tingkat kecemasan
2.
Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita
3.
Mendorong klien untuk mengetahui permasalah dan mengexpresikan pernafasan
4.Melibatkan keluarga dalam proses
penyembuhan
|
S : Klien mengatakan tidak cemas lagi
dengan penyakitnya
O :
Ø Klien
tidak lagi bingung
Ø Klien
juga tidak bertanya lagi
Ø Klien
tidak lagi cemas dan gelisah
A
: Masalah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuberkulosis
paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman
ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis.
B.
Saran
Dengan
makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti
dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien
dengan TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. Asdie H :
Prinsip-prinsip penyakit dalam, Yogyakarta. 2002
Lorraine M.Wilson :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta.2002
Habif Tp : Clinical
Respiratory, ed. 3, st louis, 1996, Mosby
www.
Academia.edu./7289129/asuhan-keperawatan-pada-gangguan-sistem-pernapasan
ahmad.Ak
Muda.2003.Kamus lengkap kedokteran, jakarta: biomedic press
Darmawan.2002,kamus
istilah kedokteran,surabaya:gamapres
Dorlan
Newman.2002.kamus kedokteran edisi :29.jakarta:ggc
Carpeniso jual
linda.1999.rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan adisi 2. Bandung : egc
C.evelyn pearce
Putz.R.1780.atlas
anatomi manusia sobotta edisi 22.jakarta : egc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar