Kamis, 04 Desember 2014

LAPORAN TUTORIAL BLOK III KASUS TB PARU


Laporan Tutorial Skenario 1 Blok 3
AKPER KHADIJAH
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
Tutor : Adi Saputra, S.kep., M.Kes

Aria Alhabib                           : A21309004
Ayu Wandira                          : A21309007
Erika Damayanti                     : A21309012
Fitriani                                     : A21309014
Meli Ayu Lestari                     : A21309020
Memo Lukito                          : A21309021
Revilianti                                 : A21309026
Serli Wulan Safitri                  : A21309030
Tri Intan Sinapurnama            : A21309034
Tri Wahyuni                            : A21309035
Wulan Pandan sari                  : A21309038
Yurika winadia                       : A21309041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013-2014



















KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun kami haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dankarunia-Nya laporan tutorial skenario 1 blok 3 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran di Kampus STIK Siti Khadijah Palembang. Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok I tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.





Palembang, 29 November 2014




BAB I
PEMBAHASAN

SKENARIO I BLOK III
Seorang pria berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk berdahak lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari, nafsu makan menurun. Pasien sudah pernah berobat kepuskesmas namun saat obat habis pasien tida ke puskesmas lagi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND 90x/menit, ferekuensi nafas 32x/menit, cyanosis, rhonci, clubing fingers, rontgent : kp apeks, hasil pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai buruh pemotong kayu dengan penghasilan 15ribu/hari, pada kamar pasien jendela jarang terbuka, pasien satu kamar dengan anak usia 4 tahun dan alat makanan dan minuman di pakai secara bersama-sama.

I.                   KLARIFIKASI ISTILAH
1.      KP Apeks :
 Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuber kulosa dibagian ujung paru-paru dari sebuah struktur piramida atau bulat, seperti paru-paru atau jantung yang juga sering disebut Korch Pulmonal atau penyakit TBC (Menurut Robert koch)
2.      Sianosis :
Sianosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini terutama mencolok pada bibir dan kuku. (kamus kesehatan)
3.      Clubbing fingers
Kelainan bentuk jari dan kuku tangan yang menjadikan jari kaki dan tangan membulat yang berkaitan dengan penyakit jantung dan paru-paru. (buku penyakit dalam )
4.      Rontgen :
Alat potret yang menggunakan sinar x hingga dapat menembus bagian-bagian tubuh. (kamus kedokteran)

5.      Poli klinik :
Pusat kesehatan masyarakat yang berada di daerah atau kecamatan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat umum (depkes RI)
6.      Sesak napas :
Gejala yang nyata terhadap ganguan pada trakeo bronkial, parenkim paru, dan penyakit pluera (pengkajian keperawatan)
7.      Batuk berdahak :
Batuk berdahak merupakan suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trakeo bronkial yang disertai dengan keluarnya sputum. ( Buku pengkajian Keperawatan)

II.                IDENTIFIKASI MASALAH
1.      Seorang pria berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk berdahak lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari, nafsi makan menurun.
2.      Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas namum saat obat habis pasien tidak ke puskesmas lagi.
3.      Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND 90x/menit, frekuensi nafas 32x/menit, cyanosis, rhonci, clubbing fingers, rontgent : Kp apeks
4.      Hasil pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai pemotong kayu dengan penghasilan 15 ribu/hari
5.      Pada kamar pasien jendela jarang terbuka, pasien satu kamar dengan anak berusian 4 tahun dan alat makan dan minum dipakai secara bersama-sama.
6.      Tanda vital :
TD       : 120/80 mmHg
ND       :  100 x/menit
RR       : 20x/menit

III.             ANALISIS MASALAH
1.      Seorang pria berusia 45 tahun datang ke poli klinik penyakit dalam dengan batuk berdahak lebih dari 6 hari, disertai sesak napas, berkeringat pada malam hari, nafas makan menurun.
a)      Mengapa batuk berdahak > 6 hari dan apa faktor penyebabnya ?
b)     Apa penyebab sesak nafas dan cara mencegahnya ?

2.      Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, ND 90x/menit, frekuensi nafas 32x/menit, cyanosis, rhonci, clubbing fingers, rontgent : Kp apeks
a)      Apa penyebab kp apeks?
3.      Hasil pengkajian pasien mengatakan bekerja sebagai pemotong kayu dengan penghasilan 15 ribu/hari.
a)      Apa hubungan antara pekerjaan dengan penyakitnya ?
4.      Pada kamar pasien jendela jarang terbuka, pasien satu kamar dengan anak berusian 4 tahun dan alat makan dan minum dipakai secara bersama-sama.
a)      Apakah ada kemungkinan anak yang satu kamar dapat tertular dan adakah hubungannya dengan penggunaan alat makan dan minuman secara bersamaan?
b)     Adakah hubungannya dengan jendela yang jarang dibuka?

IV.             LEARNING ISSUE
1.      Tb paru
2.      Astma
3.      Pneumonia


V.                Q.S. Dan Hadist tentang penyakit
                             
q.s surat yunus 57

yunus-57.png
yang artinya : "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."


LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT TB PARU

A.    PENGERTIAN
            Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. (Smelzer & Bare, 2002)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI 
            Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menhembuskan disebut ekspirasi.
            Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara dan oksigen ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose. Seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui tractus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler – kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ken serambi kiri jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi sebagai ampas dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung, ke bilik kanan,dan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.
Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis, dan kulit.
a. Anatomi Sistem Pernafasan
            Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya ( pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
1.      Hidung (Nasal)
            Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Hidung terdiri dari:
·         Bagian luar dinding terdiri dari kulit
·         Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
·         Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis),
Yang berjumlah 3 buah:
·         konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
·         konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
·         konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
            Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
            Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
            Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris. Fungsi hidung, adalah:
·         Bekerja sebagai saluran udara pernafasa
·         Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
·         Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
·         Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.

2.      Tekak (Faring)
            Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
            Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
·         Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
·         Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
·         Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.                                                                           



3.      Pangkal Tenggorokan(Laring)
            Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
·         Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
·         Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
·         Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
·         Kartilago epiglotis (1 buah).
            Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita.
4.      Batang Tenggorokan ( Trakea)
            Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
5.      Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
            Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
6.      Bronkiolus
            Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
·         Bronkiolus terminalis
            Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai kelenjar lendir dan silia)
·         Bronkiolus respiratori
            Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
·         alveolar dan sakus alveolar
            Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.
·         Alveoli
            Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
·         Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
·         Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan surfaktan (suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
·         Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.




7.      Paru – paru
            Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
8.      Pleura
            Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Pleura terbagi menjadi 2, yaitu:
·         Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
·         Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.
            Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

B. Fisiologi Pernafasan
            Fungsi utama sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan membuang karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa. Jenis-jenis Respirasi ada 2 yaitu:
a.       Pernapasan Dada
Merupakan adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
·         Fase inspirasi.
            Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
·         Fase ekspirasi.
            Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
b.      Pernapasan perut
            Merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
·         Fase Inspirasi.
            Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
·         Fase Ekspirasi.
            Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
            Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi selular, terjadinya di mitokondria.  Berikut adalah tahapan-tahapan dalam respirasi eksternal:
·         Ventilasi
            Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru).Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal. Ventilasi dipengaruhi oleh  kadar oksigen pada atmosfer, kebersihan jalan nafas, daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru dan pusat pernafasan

·         Difusi
            Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
·         Transportasi
            Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
            Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
            Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :
·         Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi
·         Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
·         Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.
·         Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas
            Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
            Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
C. Proses kimiawi respirasi pada manusia:
·         Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 à H2+CO3 à H2 + CO2
·         Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 = Hb O2
·         Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel :  Hb O2 Hb O2
·         Pengangkutan karbohidrat di dalam tubuh : : CO2 + H2O = H2+CO2
d. Kelainan Proses Pernapasan
            Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.
·         Influenza (Flu)
            Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin- bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
·         Asma (Sesak napas)
            Merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
·         Tuberkulosis(TBC)
            Penyakit paru- paru yang diakibatkan serangan bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.

e. Macam- macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
·         Rinitis
            Radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh Virus, misalnya virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir (ingus) meningkat.
·         Faringingitis
            Radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
·         Laringitis
            Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alcohol, atau banyak bicara.
·         Bronkitis
            Radang pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam, menghasilkan banyak lendir yang menyumbat batang tenggorokan sehingga penderita sesak napas.
·         Sinusitis,
            Radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi di kiri dan kanan batang hidung, biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi
·         Asfiksi
            Gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan oksigen yang disebabkan oleh tenggelam (akibatnya terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi lendir dan cairan limfa), keracunan CO atau HCN, atau gangguan sitokrom(enzim pernapasan).
·         Asidosis
            Kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.

·         Difteri
            Penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman difteri.
·         Emfisema
Penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
·         Pneumonia
            Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
·         Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)
            Disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan ditekak atau amandel.
·         Kanker paru-paru
            Mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar keseluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok (75% penderita adalah perokok). Perokok pasif juga dapat terkena kanker paru-paru. Penyebab lain adalah penderita menghirup debu asbes kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
            Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
            Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88)
            Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin  B Ac th1997, hal 89-90).
            Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum  mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara.
Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 )
            Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
·         Ventilasi  pulmoner.
            Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar,  akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali,  maka udara terdorong keluar.  (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal 124.  Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91)         

·         Difusi Gas.
            Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3  atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi  gas melalui membran pernafasan  yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang  berperan penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.1997  hal 93 .Hood .Alsegaff  th 1995 . hal 36-37)
·         Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal 40).

C. ETIOLOGI
            Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
            Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·         Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
·         Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
·         Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
·         Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, 
·         kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
·         Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang
·         Nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
·         Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
·         Memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·         Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
·         mudah.
·         Nutrisi ; status nutrisi kurang
·         Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
·         Tidak mematuhi aturan pengobatan.

D. PATOFISIOLOGI
            Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini  terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-borne infection.
            Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:
·         Percabangan bronkhus
            Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran pencernaan.
·         Sistem saluran limfe
            Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
·         Aliran darah
            Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
·         Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
            Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali.
Inilah yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.
·         Infeksi Primer
            Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
·         Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
            Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
·         Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
            Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO 1996).

·         Pengaruh Infeksi HIV
            Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

E. PATOFLOW


F. KLASIFIKASI TB PARU
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1. Berdasarkan organ yang terinvasi
TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
·         TB Paru BTA Positif
            Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.
·         TB Paru BTA Negatif
            Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
            TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
·         TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
·         TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Berdasarkan tipe penderita. Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :
1.      Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2.      Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif.
3.      PIndahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
4.      Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat
G. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
·         Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
·         Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
·         Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
·         Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.



2. Gejala sistemik meliputi:
·         Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Gejala sistemik lain :
            Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

3. Gejala Tuberkulosis ekstra Paru
            Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : limfedanitis tuberkulosa. Meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.

4. Gejala klinis Hemoptoe :
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
·         Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
·         Darah berbuih bercampur udara
·         Darah segar berwarna merah muda
·         Darah bersifat alkalis
·         Anemia kadang-kadang terjadi
·         Benzidin test negatif

2. Muntah darah
·         Darah dimuntahkan dengan rasa mual
·         Darah bercampur sisa makanan
·         Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
·         Darah bersifat asam
·         Anemia seriang terjadi
·         Benzidin test positif

3. Epistaksis
·         Darah menetes dari hidung
·         Batuk pelan kadang keluar
·         Darah berwarna merah segar
·         Darah bersifat alkalis
·         Anemia jarang terjadi

            Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

4.      Perbedaan TB anak dan dewasa
·         TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler
·         Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional
·         Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
·         Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif
Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkos kopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (bronchn alveolar lavage).
BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah ke luar.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 - 100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8 minggu dengan angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
·         Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative
·         Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
·         Ditemukan 10-99 BTA : 1+
·         Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
·         Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

2.      Pemeriksaan tuberculin
            Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
            Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
3.      Pemeriksaan Rontgen Thoraks
            Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
            Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.
4.      Pemeriksaan CT  Scan
            Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emifesema perisikatriksial.
Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
5.      Radiologis TB Paru Milier
            TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa garis-garis tajam.
6.      Pemeriksaan Laboratorium
            Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.

I.     PENATALAKSANAAN

1.      Pencegahan Tuberkulosis Paru
·         Pemeriksaan kontak
            Pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
·         Mass chest X-ray
            Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
·         Vaksinasi BC Kemoprofilaksis
            Dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonsia – PPTI).
2.      Pengobatan Tuberkulosis Paru
Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :
·         Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
·         Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
·         Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu :
1.       Fase intensif (2-3 bulan) :
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society, fase awal diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
2.       Fase lanjutan (4-7 bulan).
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat yang diberikan haruslah yang masih efektif.
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:
1.      Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).
2.      Kategori II  ( HRZE/5H3R3E3 )  
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
 diberikan kepada :
·         Penderita kambuh
·         Penderita gagal  terapi
·         Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat

3.      Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 ) 
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
4.      Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
Obat-obatan anti tuberkulostatik
1.      Isoniazid (INH) : 
merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti rifampisin, INH harus diikutsertakan  dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi.


2. Rifampisin : 
merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra indikasi. Pada dua bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan sementara pada fungsi hati (peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya tidak memerlukan penghentian pengobatan.
Kadang-kadang terjadi gangguan fungsi hati yang serius yang mengharuskan penggantian obat terutama pada pasien dengan riwayat penyakit hati. Rifampisin menginduksi enzim-enzim hati sehingga mempercepat metabolisme obat lain seperti estrogen, kortikosteroid, fenitoin, sulfonilurea, dan anti-koagulan. Penting : efektivitas kontrasepsi oral akan berkurang sehingga perlu dipilih cara KB yang lain.
3.      Pyrazinamid : 
bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif memlah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycrobacterium bovis. Toksifitas hati yang serius kadang-kadang terjadi.

4.      Etambutol : 
Digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase lanjutan (atau 15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu.
Efek samping etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya.
Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan.

5.      Streptomisin : 
saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg.
Untuk anak diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang disebabkan oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak bisa ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin, sikloserin, makrolid generasi baru (azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) dan protionamid. 
Tabel Panduan Pemberian Obat Anti-Tuberkulosis
Obat anti-TB esensial
Aksi
Potensi
Rekomendasi Dosis (mg/kgBB)
Per hari
Per minggu
3x
2x
Isoniazid (INH)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
5
10
25
15
15
10
10
35
15
30
15
10
50
15
45

J. KOMPLIKASI
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, diantaranya :
·         Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
·         Komplikasi lanjut :
·         Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tubercolosis)
Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, ARDS





BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama                                     : Tn. L
Umur                                     : 45 Tahun
Jenis Kelamin                       : Laki-Laki
Alamat                                  : Sukarame 18/02 Palembang
Status Perkawinan                : Kawin
Agama                                  : Islam
Suku Bangsa                        : jawa
Pendidikan                           : SMA
Pekerjaan                              : Wiraswasta
Nomor Register                    :12517309
Tanggal Masuk RS              : 03 Mei 2014
Diagnosa Medis                   : Tuberkulosis Paru

Identitas Penanggung Jawab
Nama                                     : Ny. A
Umur                                    : 36 Tahun
Jenis Kelamin                      : Wanita
Pendidikan                           : SMP
Pekerjaan                              : IRT
Alamat                                  : Sukarame 18/ 02 Palembang
Hubungan dengan pasien    : Suami

RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama : Klien mengatakan batuk berdahaknya lebih dari 6 hari, disertai sesak nafas dan sering berkeringat pada malam hari
b. Riwayat penyakit sekarang : Klien datang ke RSI Siti khadijah palembang pada tanggal 03 nov 2014  jam 10.00 dengan keluhan sering mengalami batuk berdahak yang disertai sesak nafas dan mengalami penurunan nafsu makan.
c. Riwayat kesehatan dahulu : keluarga dan klien mengatakan klien pernah menderita penyakit yang sama dan berobat ke dokter sampai pengobatan tuntas. Tetapi penyakit klien kambuh lagi dan berobat jalan ke dokter.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
e. Riwayat Psikologis : Klien terlihat sabar dalam menghadapi penyakitnya tetapi juga kadang cemas terhadap penyakitnya.
f. Riwayat Sosial : klien interaksi dengan keluarganya baik dibuktikan dengan komunikasinya dengan keluarganya, dan juga interaksi nya tentangga nya baik, karena ada juga tetangganya yang menjenguknya
g. Riwayat Spiritual : klien beragama islam dan semenjak dirumah sakit klien selalu shalat dan berdoa untuk kesembuhanya.

POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI
NO
Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
1
Pola nutrisi
a.       Frekuensi makan
Jenis


Jumlah/porsi
Nafsu makan
Masalah

b.      Minum
Jenis
Jumlah
Masalah

3X Sehari
Nasi putih + lauk + buah + takada pantangan
1 porsi
Baik
Tidak ada


Air putih
± 6-7 gelas/ hari
Tidak ada

3x sehari
Nasi/bubur + lauk + buah dengan diet TKTP
1/4 Porsi
Kurang baik
Tidak ada nafsu makan

Air putih
4-5 gelas/hari
Tidak ada
2
Pola eliminasi
a.       BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah

b.      BAK
Frekuensi
Warna
Masalah


1-2  x /hari
Lembek
Kuning
Tidak ada


4 – 5x sehari
Kuning muda
Tidak ada


1x hari /hari
Lembek
Hitam
Tidak ada


5 – 6x sehari
Kuning muda
Tidak ada
3
Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur
Lama tidur
Tidur siang
Masalah

Malam dan siang
± 7 jam sehari
Kadang kadang
Tidak ada

Malam dan siang
± 2 – 3 jam sehari
< 1 jam
Kesulitan tidur, sakit diarea dada sehingga sulit menemukan posisi nyaman.
4
Personal hygiene
Frekuensi mandi
Ganti pakaian
Rambut
Kuku
Masalah

2-3x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada

2x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Tidak ada

5
Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum
Toileting
Mandi
ROM
Berpindah
Berpakaian
Mobilisasi tempat tidu
Masalah

Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Tidak ada

Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Dibantu
Lemas dan malas beraktivitas

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran                   : composmentis
Tanda tanda vital :
·         TD                               :  110/70 mmHg
·         Pols                             : 90x/menit
·         RR                               : 32x/menit
·         Temp                           : 37,5 degress celcius
2. Keadaan khusus
a.       Kepala
Bentuk kepala             : Mesochepal
Rambut                       : Tidak ada kelainan
Warna rambut             : Hitam
Kebersihan                  : Bersih
Masalah                       : Tidak ada
b.      Mata                           
Letak                           : Simestris
Konjungtiva                : Pucat
Sklera                          : Tidak ikterik
Oedema                       : Tidak ada
Jarak pandang             : Normal
Masalah                       : Tidak ada

c.       Hidung
Bentuk                        : Simestris
Secret                          : Tidak ada
Penciuman                   : Normal
Kebersihan                  : Bersih
Masalah                       : Tidak ada

d.      Telinga
Letak                           : Simestris
Pendengaran               : Normal
Kebersihan                  : bersih
Masalah                       : Tidak ada

e.       Mulut dan gigi
Mukosa                       : Kering
Bibir                            : Sianosis
Caries                          : Tidak ada
Lidah                           : Bersih
Masalah                       : Bibir sianosi dan mukosa kering

f.       Leher
Refleks telan               : Normal
Tiroid                          : tidak ada pembekakan
Masalah                       : Tidak ada


g.      Dada
Bentuk                        : Simestris
RR                               : 32x/ menit
Palpasi                         : Nyeri tekan , dispnea
Perkusi                        : Normal
Auskultasi                   : Ronchi.
Masalah                       : nyeri tekan, dispnea, ronchi.

h.      Abdomen
Bentuk                        : Simestris
Palpasi                         : Tidak ada, normal
Auskultasi                   : Tidak ada, Normal
Masalah                       : Tidak ada

i.        Genital
Jenis kelamin               : Normal, tidak ada kelainan
Kateter                                    : tidak ada
Masalah                       : tidak ada

j.        Kulit
Warna                          : Sianosis
Turgor                         : Normal
Kebersihan                  :Bersih
Masalah                       : Kulit nya sianosis

k.      Ekstremitas
Atas                             : clubbing finger
Bawah                         : Tidak ada odema
Masalah                       : clubbing finger



PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Interpretasi
Hb
9,7
L :12-16 g/dl
Rendah
Leukosit
8300
5000-10.000 dl
Normal
LED
92/105
L: < 15m/jam
Tinggi
Trombosit
280000
150.000-350.000 u/l
Normal
SGOT
10-31 ul 370 C
Normal
SGPT
7-32 u/l
Normal
Kreatinin
L :0.5-1.1 MG/DL
Normal
Ureum
L: 10-50 MG/DL
Normal
Pemeriksaan Rontgen
 Kp APeks
Tidak normal


TERAPI

·         Infus RL
·         Ceftazidin 1x1 gr
·         Salbutamol 3x1
·         Aminofilin 2 amp, drip/ 24 jam
·         Nebu combivent/ 8 jam
·         Ranitidin 2x1
·         OAT Lanjutan:  Isoniasid 1x1
                          Rifampin 1x1
                          Etambutol 1x1
                          Pirasinamid 1x1
ANALISA DATA
NO
DATA
Kemungkinan Penyebab
Etiologi
1
Ds :
Klien mengeluh tidak nyaman dengan saluran pernafasan nya sekarang.

Do:
·         RR : 32x/menit
·         Ada ronchi
·         Adanya sekretkental pada saluran nafas
·         Klien kesakitan pada saat batuk berdahak

Peradangan paru
Penumpukan sekret mukus pada jalan nafas
Batuk produktif
Nafas tidak efektif

Gangguan bersihan jalan nafas yang tidak efektif
2
Ds :
Klien mengeluh sesak nafas dan lemas

Do :
·         RR : 32x/menit
·         Ada nyeri tekan didada
·         Klien terlihat memegani dadanya
·         Klien mengalami sesak nafas

Mycobacterium tuberculosis masuk ke bronchus
Peradangan kronis
Lesi primer mengalami pengapuran menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik
Elastisitas recoil paru menurun
Kolaps alveoli
Difusi O2 terganggu
Gangguan pertukaran gas
3
Ds :
Klien mengatakan kurang nafsu makan

Do :
·         Klien tampak tidak menghabiskan makananya
·         Ada sisa makanan dari piring klie
Kegagalan absorpsi
Kegagalan mencerna
Anoreksia
Mual
Perubahan nutrisi
Gangguan perubahan nutrisi
4
DS:
·         Klien mengatakan badannya lemas sehingga susah beraktivitas
DO:
·         Klien tampak memanggil keluarga saat butuh sesuatu klien tampak lemas
Penurunan suplai O2
Reaksi sistematis
Lemah
Intoleransi aktivitas
Gangguan intoleransi aktivitas
5
Ds :
·         Klien mengatakan sangat cemas denga penyakitnya
Do :
·         Klien tampak bingung
·         Klien juga selalu bertanya
·         Klien tamapk sering cemas dan gelisah

Sering bertanya dan cemas
Kurang nya pengetahuan
Kurang nya pengetahuan



PRIORITAS MASALAH
1.      Gangguan bersihan jalan yang tidak efektif berhubungan dengan porduksi sekret yang meningkat
2.      Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli sehingga mengakibatkan difusi O2 terganggu
3.      Resiko perubahan nutrisi berkurang dari kebutuhan  berhubungan dengan anoreksia
4.      Ganggaun intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 sehingga mengakibatkan lemah
5.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan sering cemas dan bertanya tentang penyakitnya

INTERVENSI
tanggal
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
04 Mei 2014
Gangguan bersihan jalan yang tidak efektif berhubungan dengan porduksi sekret yang meningkat

Tujuan umum :
Jalan nafas menjadi efektif

Tujuan khusus:
Setelah dilakukan askep 3x24 jam, dengan  kriteria hasil :
• Sesak nafas berkurang
• RR  19 x/mnt
• Secret hilang
1.Kaji fungsi pernafasan










2.Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret

3. Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam

4.Anjurkan klien untuk posisi semi fowler


5. Berikan terapi oksigen

6. Pantau TTV




7.Kolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi
1. Penurunan bunyi nafas indikasi atelektasis ronki , dikasih akumulasi secret / ketidak mampuan membersihkan jalan nafas sehingga otak sesori digunakan dan kerja pernafasan meningkat

2. Penularan sulit bila secret tebal , spuntum berdarah akibat kerusakan paru.

3. Batuk efektif membantu mengeluarkan secret



4.Meningkatkan ekspansi paru dan membuka area atelektasis

5. membantu suplai oksigen

6. untuk mengetahui perkembangan pasien apakah sudah normal atau belum

7. Diperlukan untuk pengobatan lanjutan dalam proses penyembuhan
04 Mei 2014
Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli sehingga mengakibatkan difusi O2 terganggu

Tujuan umum :
Tidak terjadi ganguuan pertukaran gas sehingga tidak mengakibatkan difusi O2 terganggu


Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 3x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
·         RR : 19x/menit
·         Tidak ada nyeri tekan didada
·         Klien tidak lagi mengalami sesak nafas
1. Kaji / awasi secara rutin kulit dan membran mukosa




2. Palpasi Fremitus




3. Awasi tanda vital dan irama jantung





4. kolaborasi dengan pemberian oksigen
1. Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan beratnya hipoksemia


2. penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan dan udara

3. tachicardi , distrimia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

4. Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
04 Mei 2014
Resiko perubahan nutrisi berkurang dari kebutuhan  berhubungan dengan anoreksia

Tujuan umum : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 3x 24 jam
Dengan kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
1.    Catat status nutrisi klien

2.    Moniter intake output

3.    Catat adanya anoreksia dan mual muntah



4.    Anjurkan klien untuk bedrest


5.  Anjurkan klien untuk makan – makanan porsi sedikit taoi sering
1.    Berguna dalam mendefinisikan nutrisi dan cairan


2.    Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

3.    Menentukan jenis diet dan mendefinisikan pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi

4.    Dapat membantu menghemat energi



5.      Mencegah irigasi gaster
04 Mei 2014
Ganggaun intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 sehingga mengakibatkan lemah

Tujuan umum :
Aktifitas klien dapat terpenuhi


Tujuan khusus :
·         Klien tidak kesulitan melakukan aktifitas

·         Klien tidak lemas
1. Dekatkan benda” yang dibutuhkan klien



2. Bantu aktivitas klien




3. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan

4.Ciptakan lingkungan yang terapeutik
1.    Klien dapat dengan mudah mengambil benda yang dibutuhkan

2.    Dapat meringankan aktifitas yang tidak bisa dilakukan klien

3.    Keluarga dapat membantu kebutuhan yang tidak bisa dilakukan klien
4. Lingkungan yang terapeutik mempercepat proses penyembuhan
04 Mei 2014
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan sering cemas dan bertanya tentang penyakitnya

Tujuan umum :
Pengetahuan pasien bertamabah

Tujuan khusus :
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam
Dengan kriteria hasil :


Klien tidak gelisa

Klien tidak bingung

Klien mengerti tentang penyakitnya
1.    Pantau tingkat kecemasan





2.    Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien

3.    Dorong klien mengetahui permasalahan dan mengekspresikan pernafasan


4. Libatkan  keluarga dalam proses penyembuhan
1.    Faktor ini mempengaruhi persepsi klien terhadap ancaman diri , potensial siklus anxieta

2.    Dapat menambah pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritannya


3.    Klien tidak akan merasa terbebani dengan beban pikiran sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan

4.    Memberi keyakinan kepada klien bahwa dia tidak menghadapi masalah sendiri

IMPLEMENTASI
Tanggal
Dx
Implementasi
Evaluasi
04 Mei 2014
I
1.Mengkaji fungsi pernafasan
2.Mencatat kemampuan untuk       mengeluarkan secret
3.Menganjurkan klien untuk  latihan batuk efektif dan nafas dalam
4.Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler
5.Memberikan terapi oksigen
6.Memantau TTV
7.Mengkolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi
S: Klien tidak lagi mengeluh dengan saluran pernafasannya sekarang

O :
Ø  RR : 20x/menit
Ø  Ronchi(-)
Ø  Secret kental(-)
Ø  Kesakitan pada saat batuk berdahak berkurang
    
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
04 Mei 2014
II
1.Mengkaji  / mengawasi secara  rutin kulit dan membran mukosa
2.Mempalpasi Fremitus
3.Mengawasi tanda vital dan irama jantung
4.Mengkolaborasi dengan pemberian oksigen
S : Klien tidak lagi mengeluh sesak nafas dan lemas
O :
Ø  RR : 28x/menit
Ø  Adanya nyeri tekan di dada
Ø  Klien terlihat memegangi dadanya
Ø  Klien mengalami sesak nafas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
04 Mei
2014
III
1.Mencatat status nutrisi klien
2.Moniter intake output
3.Mencatat adanya anoreksia dan  mual muntah
4.Mencatat adanya anoreksia dan mual muntah
S : Klien mengatakan nafsu makan bertambah
O :
Ø  Klien tampak menghabiskan makanannya
Ø  Tidak ada sisa makanan dari piring klien
A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

04 mei
2014
IV
1.Mendekatkan benda” yang dibutuhkan klien
2.Membantu aktivitas klien
3.Meliibatkan keluarga dalam proses penyembuhan
4.Menciptakan lingkungan yang terapeutik
S : Klien mengatakan badannya tidak lemas lagi
O : Klien tidak lagi memanggil keluarga saat butuh sesuatu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

V
1. Memantau tingkat kecemasan
2. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita
3. Mendorong klien untuk mengetahui permasalah dan mengexpresikan pernafasan
4.Melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan
S : Klien mengatakan tidak cemas lagi dengan penyakitnya
O :
Ø  Klien tidak lagi bingung
Ø  Klien juga tidak bertanya lagi
Ø  Klien tidak lagi cemas dan gelisah
A  : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

B.     Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. Asdie H : Prinsip-prinsip penyakit dalam, Yogyakarta. 2002
Lorraine M.Wilson : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta.2002
Habif Tp : Clinical Respiratory, ed. 3, st louis, 1996, Mosby
www. Academia.edu./7289129/asuhan-keperawatan-pada-gangguan-sistem-pernapasan
ahmad.Ak Muda.2003.Kamus lengkap kedokteran, jakarta: biomedic press
Darmawan.2002,kamus istilah kedokteran,surabaya:gamapres
Dorlan Newman.2002.kamus kedokteran edisi :29.jakarta:ggc
Carpeniso jual linda.1999.rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan adisi 2. Bandung : egc
C.evelyn pearce
Putz.R.1780.atlas anatomi manusia sobotta edisi 22.jakarta : egc


Tidak ada komentar:

Posting Komentar