Selasa, 15 April 2014

perawatan dan pendampingan pasien menurut islam



                                             BAB 1
Pendahuluan
A.   Latar belakang
         Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya menghindari.
Mengingat kompleksnya  faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu: pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya.
            Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam.
     B.  Rumusan masalah
1.  Bagaimana peran perawat dalam membimbing ibadah pasien?
2.   Apakah adab-adab syar’i ketika sakit?
3.  Bagaimana tata cara beribadah untuk orang sakit dalam syariat islam?
 

      C.  TUJUAN
        Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
 Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan.
2. Menjadi perawat profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan.
3. Mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan syariat islam dalam masyarakat

     D. METODE YANG DIGUNAKAN
·         Tinjauan Pustaka


  

Bab ii
Pembahasan
A.   PERAN PERAWAT DALAM MEMBIMBING PASIEN
Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, apakah itu sakit ringan ataupun sakit berat. Namun, baik ringan maupun berat, setiap orang berbeda dalam menyikapinya. Bagi sebagian orang, sakit ringan bisa dirasakan begitu menyiksa sehingga terlihat lebih berat dari semestinya. Akan tetapi, bagi sebagian lagi, sakit berat bisa dirasakan ringan jika hati menerimanya dengan ikhlas. Pasien adalah individu yang sedang rentan dalam periode kehidupan, sehingga seorang pasien membutuhkan pendampingan secara Psikoreligius.

 1.1  SAKIT MENURUT PANDANGAN ISLAM
 Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan sehari-hari bahkan meninggkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal akan datang sewaktu-waktu.
Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk taqdir. Na’udzu billah…
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)




1.2  SEORANG MUSLIM AKAN MEMANDANG BERBAGAI PENYAKIT ITU SEBAGAI :
1.     Ujian dan cobaan dari Allah                                                                                               
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al-Mulk: 2)
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
2.      Penghapus dosa
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114)                                                                                                    
3.      Kesehatan adalah nikmat Allah yang banyak dilupakan                                                                   
 Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda :                                                                    
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Sakit adalah Cinta

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Para shahabat berkata saat golongan ini sedang ditimpa sakit, “Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun”.

Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan riwayat atsar ini dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka, demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.

Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.” Karena pengaruh minuman keras tersebut masih tetap ada dalam tubuhnya, pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari. Wallahu a’lam. Beliau mengakhiri perkataannya.

Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-Qayyim) masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa mengingat do’a yang seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam saat beliau menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam senantiasa mengucapkan, “Laa ba’sa thahuurun, insya Allahu ta’ala” Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu). Inilah yang dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.

Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).

Dari  Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)

Begitu pula, Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Tiadalah kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan – kesalahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata : ”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  bersabda :” Kalau seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan sedang bermukim.” (HR. Bukhari)

Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaymin rahimahullah berkata: ”Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”

Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya demam, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya, orang yang sedang demam akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian beralih kepada makanan yang baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan[2] yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan kelebihan yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi yang berfungsi menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika Abu Hurayrah radhiyallahu ‘anhu  pernah berkata, “Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam.”

B.   ADAB-ADAB SYAR’I KETIKA SAKIT
Sabar dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-Nya. Berobat dengan cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak bertentangan dengan syariat.
Bila sakitnya bertambah parah atau tidak kunjung sembuh, tidak diperbolehkan mengharapkan kematian. Apabila dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang, pinjaman, dll), atau amanah yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap hak orang lain yang dia lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya dengan yang bersangkutan, bila memungkinkan.
Disyariatkan segera menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang adil.Berwasiat agar jenazahnya diurus dan dikuburkan sesuai As-Sunnah.





C.    PERAN PERAWAT

1.1         Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit  
 شِفَاءًلاَيُغَادِرُسَقَماً لاَشِفَاءَإِلاَّشِفَاؤُك الشَّافيِ فَأَنْتَ اشْفِ الْبَأْسَ اَذْهِبِرَبَّالنَّاسِ اللّهُمَّ
“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan dari-Mu, (berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.”
1.2        Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
 قَنِتِيْنَ الِلَّهِ وَقُوْمُوْ وَالصَّلوةِالْوُسْطَ الصَّلَوتِ اعَلَى حَافِظُوْ
“Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).

v  Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit
1.   Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada tongkat
2.   Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah solat dengan duduk
3.   Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuh sebelah kanan menghadap kiblat
4.   Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan kepala agak ditinggikan

5.  Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika kepala tidak mampu maka dengan mata
6.  Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati
7.  Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan menjamak

1.3        Membimbing pasien untuk bertayamum  
Membimbing pasien untuk bertayamun jika pasien ingin melaksanakan ibadah shalat karena pasien  belum bisa untuk terkena air karena kondisi nya yang tidak memungkin kan untuk berhubungan dengan air terlebih dahulu.
 “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, bertayammumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur” (Al-Maidah : 6)

4.     Membimbing pasien membaca Al-Quran
 Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit, rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh. Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada mengeluh atas penyakit yang dideritanya.

لْمُنْكَرِوَلَذِكْرُاللَّهِأَكْبَرُ عَنِالْفَحْشَاءِو إِنَّالصَّلَاةَتَنْهَىٰ وَأَقِمِالصَّلَاةَ مِنَالْكِتَابِ لَيْكَ إِ  مَاأُوحِيَ اتْلُ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al-Ankabut : 45)


5.     Membimbing pasien untuk berpuasa
 Jika kondisinya memungkinkan bagi pasien yang ingin melaksanakan ibadah puasa misalnya dibulan ramadhan. Serta memberi pengertian kepada pasien yang kondisinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah puasa.

6.     Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah

دَاخِرِينَجَهَنَّ سَيَدْخُلُونَ عِبَادَتِي عَنْ الَّذِينَيَسْتَكْبِرُون إِن لَكُمْ أَسْتَجِبْ رَبُّكُمُادْعُونِي وَقَالَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60)


7.     Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah
تَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ أَلَابِذِكْرِاللَّهِ بِذِكْرِاللَّهِ قُلُوبُهُمْ واوَتَطْمَئِنُّآمَنُالَّذِينَ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“
 Dengan berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan akan menjadi  lebih dekat kepada Allah.



D.    MENGHADAPI PASIEN YANG SAKIT KERAS DAN DALAM KEADAAN SAKARATUL MAUT

Sakaratul maut adalah saat-saat kritis seseorang  itu sedang menghadapi kematian yang sudah tidak diharapkan lagi akan kesembuhannya atau akan hidup kembali seperti biasa.
Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su'ul khotimah seseorang yang sedang sakaratul maut, Usman bin Affan perna berkata bahwa Nabi Muhammad  saw bersabda:
"perhatikanlah orang yang hampir mati,seandainya kedua matanya terbelalak, dahinya berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar,membuktikan bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira,tetapi jika dia mendengar seperti orang yang sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik,wajahnya pucat,mulutnya bertambah besar,berarti ia telah mendapat kabar buruk"
Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad saw telah menggambarkan dengan sabdanya:
"ketika menjelang roh orang mukmin dicabut,maka datanglah malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung,lalu diserukan kepadanya:
"Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah. 
Jika seorang Muslim mengetahui atau meyaksikan seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka hendaklah dia melakukan hal-hal seperti berikut
            1.Menghadapkannya ke arah kiblat. caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke lantai.
2.Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.
             3. Mendo'akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh .Wallahu A'lam.
      4. Menasehatinya supaya ia bertobat dan berbaik sangka kepada Allah dengan mengharap ampunan dan rahmat-Nya
5.Menjaga supaya pakaian dan tempat yang didiaminya senantiasa bersih dan suci
Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan.
Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.
Penyebab-penyebab kematian
v  Seiring penuaan usia makhluk hidup, tubuh mereka akan perlahan-lahan mulai berhenti bekerja.
v  Jika tubuh tidak mampu melawan penyakit, atau tidak diobati.
v  Kecelakaan seperti tenggelam, tertabrak, terjatuh dari ketinggian, dll.
v  Lingkungan dengan suhu yang sangat dingin atau yang terlalu panas.
v  Pendarahan yang diakibatkan luka yang parah.
v  Kekurangan makanan, air, udara, dan perlindungan.
v  Diserang dan dimakan (pembunuhan).
v  Infeksi dari gigitan hewan berbisa maupun hewan yang terinfeksi virus berbahaya.
v  Kematian disaat tidak terbangun dari tidur.
v  Kematian sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar.





E.    MENGHADAPI PASIEN YANG MENINGGAL

       1.  Menutupkan matanya, jika dalam keadaan terbelalak.
2.    Menutupkan rahangnya dengan mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya mulutnya tidak menganga.
3.    Memperlemah persendian anggota gerak (tungkai, lengan, dan jari) untuk mempermudah pemandiannya.
4.    Menutupnya dengan kain.
5.    Mendekapkan kedua tangannya (kanan di atas kiri) di atas pusat dibawah dada, seperti orang shalat.
6.    Menghadapkannya ke kiblat.

F.    HIKMAH SAKIT
Sesungguhnya sakit merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan pada hambanya. Namun, banyak orang malah cenderung mengeluh marah-marah, menyalahkan, mengumpat, mengutuk bahkan mungkin sampai tidak mengakui adanya Tuhan ketika mengalami sakit.
Sakit memberi kesempatan kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter sehingga penyakit yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Sakit dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh.
Orang yang sakit akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Sakit dapat menjadi jalan agar kita selalu ingat pada Allah. Sakit bisa menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin. Sakit mendorong kita untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat secara jasmani maupun rohani. Secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana merasakan penderitaan orang lain.

G.    PENTINGNYA BIMBINGAN dan DOA UNTUK PASIEN
Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa di lakukan apa-apa, bisa jadi pendampingan keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Pendampingan pasien sangat lah penting karena terlebih lagi pasien yang barang kali tidak atau belum paham terhadap hubungan antara hamba dan tuhannya. Pendamping harus menyadarkan dan membimbing pasien untuk memahami bagaimana hubungan antara diri dengan tuhanya.

            Untuk memberi pemahaman yang benar tentang bagaimana sakit itu merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan kepada hamba-Nya. Disinilah fungsi pendamping untuk memahamkan secara benar dan proporsional akan hikmah sakit kepada pasien.
Kalau tidak dipahamkan seperti ini, pasien akan cenderung mengeluh, marah-marah, menyalahkan, mengumpat, mengutuk, bahkan tidak mengakui adanya Tuhan. Selama ini kalangan medis secara umum, mendudukkan penyakit sebagai musuh yang jahat, harus dilawan dan di perangi.
Islam menempatkan penyakit sebagai takdir Allah SWT. dan meyakini takdir itu merupakan bagian rukun iman. Islam pasti memberi tuntunan yang komplit terhadap orang sakit. Hampir setiap ibadah mahdah (ibadah yang sudah ditentukan) pasti akan ada ketentuan khusus (pengecualian) bagi orang sakit, misalnya wudhu, puasa, dan sholat bahkan ibadah haji sekalipun ada keringanan bagi orang sakit.
Sakit seharusnya tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang membuat orang menderita. Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan sehari-hari bahkan meninggkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal akan datang sewaktu-waktu.
Sakit adalah menentukan untuk menyadarkan seseorang hamba dia hanyalah makhluk, dia itu hamba Allah. Tugas kitalah untuk mengingatkan, kita sakitkan mau sembuh, mari kita datang kepada yang punya kesembuhan, siapa? Kepada Allah SWT. Sebagai petugas kesehatan, kita juga memahami bahwa rumus pengobatan tidak seperti matematika, tidak seperti mesin. Dua orang menderita suatu penyakit yang secara diagnosis medis sama, diberikan obat yang sama, tetapi mengapa yang satu sembuh, yang lain belum tentu sembuh? Bahkan ada kasus lain lagi, seseorang yang tidak menerima pengobatan seperti itu, tetapi kualitas agamanya diatas rata-rata dan ia menjalani ibadah khusus, secara klinis dia
mengalami kesembuhan. Baru setelah pasien paham tentang dirinya, mengapa dirinya sakit, siapa Allah, siapa yang memiliki kesembuhan dari penyakit, baru obat boleh diberikan. Tapi, mari kita sama-sama memohon kesembuhannya dari Allah.
 Disitulah doa-doa dipanjatkan dan disitulah saatnya bermohon, sementara dia terus memperbaiki hubungan dengan Allah. Padahal sesungguhnya, sekalipun dalam keadaan sehat, atau tanpa cobaan atau kesulitan lain, seseorang wajib berdoa dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan, kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.
Inilah satu sisi paling penting dari doa: Di samping berdoa dengan lisan menggunakan suara, penting pula bagi seseorang melakukan segala upaya untuk berdoa melalui perilakunya. Berdoa dengan perilaku bermakna melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mencapai harapan tertentu. Misalnya, di samping berdoa, seseorang yang sakit sepatutnya juga pergi ke dokter ahli, menggunakan obat-obatan yang berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah sakit jika perlu, atau perawatan khusus dalam bentuk lain.

Sebab, Allah mengaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada sebab-sebab tertentu. Segala sesuatu di dunia dan di alam semesta terjadi mengikuti sebab-sebab ini. Oleh karena itu, seseorang haruslah melakukan segala hal yang diperlukan dalam kerangka sebab-sebab ini, sembari berharap hasilnya dari Allah, dengan kerendahan diri, berserah diri dan bersabar, dengan menyadari bahwa Dialah yang menentukan hasilnya.
Sebagaimana telah disebutkan, doa tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan penyakit, atau kesulitan-kesulitan duniawi lainnya. Orang beriman yang sejati haruslah senantiasa berdoa kepada Allah dan menerima apa pun yang datang dari-Nya. Kenyataan bahwa sejumlah manfaat doa yang diwahyukan di dalam banyak ayat Al Qur’an kini sedang diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi mengungkapkan keajaiban yang dimiliki Al Qur’an. 




Bab iii
Penutup

A.    Kesimpulan
1. Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.

2. Sabar dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-Nya. Berobat dengan cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak bertentangan dengan syariat. Bila sakitnya bertambah parah atau tidak kunjung sembuh, tidak diperbolehkan mengharapkan kematian. Apabila dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang, pinjaman, dll), atau amanah yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap hak orang lain yang dia lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya dengan yang bersangkutan, bila memungkinkan.
Disyariatkan segera menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang adil.Berwasiat agar jenazahnya diurus dan dikuburkan sesuai As-Sunnah.
3.    Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
·         Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
·         Membimbing pasien untuk bertayamum  
·         Membimbing pasien membaca Al-Quran
·         Membimbing pasien untuk berpuasa
·         Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah
·         Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah

B.Saran
 Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek hati-hati,teliti,dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan. Menganjurkan pasien utuk tidak lupa melaksanakan mewajiban sebagai umat muslim. Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang lain tidak boleh meninggalkan sholat, dan tidak lupa Memegang teguh prinsip perawat profesional.



Daftar pustaka
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika: Jakarta
http://www.doamuslim.com/doa-mohon-kesembuhan-dari-penyakit/
http://www.rsunurhidayah.com/berita-197-bimbingan-agama-untuk-kesembuhan.html
Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.
Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar