BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar
belakang
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran
islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan
dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya
sedemikian rupa, resiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang
diluar kemampuannya menghindari.
Mengingat
kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka
profesi keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan
secara tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern. Keperawatan
secara umum dapat dibagi dua, yaitu: pelayanan kesehatan dan pelayanan medis.
Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh pranata sosial atau
pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Sedangkan
pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara
para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya.
Sebagai
seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi
dan tujuan dari asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan
asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana peran perawat dalam membimbing
ibadah pasien?
2. Apakah adab-adab syar’i ketika sakit?
3. Bagaimana tata cara beribadah untuk orang
sakit dalam syariat islam?
C. TUJUAN
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah
ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah
ini adalah :
1.
Menjelaskan tentang tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan.
2.
Menjadi perawat profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari
asuhan keperawatan.
3.
Mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan syariat islam dalam masyarakat
D. METODE YANG DIGUNAKAN
·
Tinjauan
Pustaka
Bab ii
Pembahasan
A. PERAN
PERAWAT DALAM MEMBIMBING PASIEN
Setiap
orang pasti pernah mengalami sakit, apakah itu sakit ringan ataupun sakit
berat. Namun, baik ringan maupun berat, setiap orang berbeda dalam
menyikapinya. Bagi sebagian orang, sakit ringan bisa dirasakan begitu menyiksa
sehingga terlihat lebih berat dari semestinya. Akan tetapi, bagi sebagian lagi,
sakit berat bisa dirasakan ringan jika hati menerimanya dengan ikhlas. Pasien
adalah individu yang sedang rentan dalam periode kehidupan, sehingga seorang
pasien membutuhkan pendampingan secara Psikoreligius.
1.1 SAKIT
MENURUT PANDANGAN ISLAM
Sakit
adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan
sehari-hari bahkan meninggkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa,
melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi tersadarkan
betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal akan
datang sewaktu-waktu.
Pendampingan
keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi
beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan
apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan
yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Saat
Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu
tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah
pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak
layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk taqdir.
Na’udzu billah…
Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam pernah
menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini
wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah,
sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah shallallahu ’alayhi
wasallam bersabda : ”Jangan engkau
mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia
seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)
1.2 SEORANG MUSLIM AKAN MEMANDANG BERBAGAI
PENYAKIT ITU SEBAGAI :
1.
Ujian
dan cobaan dari Allah
“Yang menjadikan
mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al-Mulk: 2)
“Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
2.
Penghapus dosa
“Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk.” (Hud: 114)
3.
Kesehatan adalah nikmat Allah yang banyak dilupakan
Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda
:
“Dua
kenikmatan yang kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Al-Bukhari)
Sakit adalah Cinta
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menguji
hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan
iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik
dalam susah maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa
ta’ala. Para shahabat berkata saat golongan ini sedang ditimpa sakit, “Demam
sehari dapat menghapuskan dosa setahun”.
Imam Ibn
Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan riwayat atsar ini
dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh
dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka,
demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.
Kedua, karena
demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang seratus
persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,
“Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama
empat puluh hari.” Karena pengaruh minuman keras tersebut masih tetap ada dalam
tubuhnya, pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari.
Wallahu a’lam. Beliau mengakhiri perkataannya.
Hal tersebut dapat
dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-Qayyim) masih belum
mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa mengingat do’a yang
seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam saat beliau
menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam senantiasa
mengucapkan, “Laa ba’sa thahuurun, insya Allahu ta’ala” Tidak mengapa, insya
Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu). Inilah yang dimaksud bahwa Islam
memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak
mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan segala noda dan dosanya di
dunia. Ma syaa Allah.
Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya besarnya pahala
(balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada
mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu
diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : ”Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya,
pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon
meruntuhkan daun-daunya.” (HR. Muslim)
Dari Abu
Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alayhi
wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah,
baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu
dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
Begitu pula,
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Tiadalah kepayahan,
penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim sampai
duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan –
kesalahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang
wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata : ”Saya
mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap.
Berdoalah kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau
mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar
saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa
Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :”
Kalau seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan
baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan
sedang bermukim.” (HR. Bukhari)
Syaikh Al
Faqih Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaymin rahimahullah berkata: ”Apabila engkau
ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa
sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa
arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan
menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan
daun-daunnya.”
Hendaklah
kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan bersabar, kita
akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar :
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Selain itu,
Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya demam, sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya, orang yang sedang demam
akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian beralih kepada makanan yang
baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan[2] yang bermanfaat bagi tubuh.
Hal ini tentu akan membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran
dan kelebihan yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi
yang berfungsi menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah
dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika Abu Hurayrah radhiyallahu
‘anhu pernah berkata, “Tidak ada
penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam
merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada
setiap organ tubuh yang terkena demam.”
B. ADAB-ADAB
SYAR’I KETIKA SAKIT
Sabar
dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-Nya. Berobat dengan
cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak bertentangan dengan syariat.
Bila sakitnya
bertambah parah atau tidak kunjung sembuh, tidak diperbolehkan mengharapkan
kematian. Apabila dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang, pinjaman, dll),
atau amanah yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap hak orang lain
yang dia lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya dengan yang
bersangkutan, bila memungkinkan.
Disyariatkan
segera menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila
tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang
adil.Berwasiat agar jenazahnya diurus dan dikuburkan sesuai As-Sunnah.
C.
PERAN PERAWAT
1.1 Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa
menjenguk orang sakit
شِفَاءًلاَيُغَادِرُسَقَماً
لاَشِفَاءَإِلاَّشِفَاؤُك الشَّافيِ فَأَنْتَ اشْفِ الْبَأْسَ اَذْهِبِرَبَّالنَّاسِ
اللّهُمَّ
“Hilangkanlah
penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya Engkau adalah
Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan dari-Mu,
(berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.”
1.2 Membimbing pasien ketika tiba waktu
sholat
قَنِتِيْنَ الِلَّهِ
وَقُوْمُوْ وَالصَّلوةِالْوُسْطَ الصَّلَوتِ اعَلَى حَافِظُوْ
“Jagalah
(peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).
v Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit
1. Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau
bersandar pada dinding atau bertumpu pada tongkat
2. Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah
solat dengan duduk
3. Bila tidak mampu duduk maka solat dengan
berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuh sebelah kanan menghadap kiblat
4. Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan
telentang dan kaki menuju arah kiblat dan kepala agak ditinggikan
5. Jika tidak mampu juga maka solat dengan
menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika kepala tidak mampu maka dengan
mata
6. Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat
solat didalam hati
7. Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan
solat pada waktunya, maka dibolehkan menjamak
1.3 Membimbing pasien untuk bertayamum
Membimbing
pasien untuk bertayamun jika pasien ingin melaksanakan ibadah shalat karena
pasien belum bisa untuk terkena air
karena kondisi nya yang tidak memungkin kan untuk berhubungan dengan air
terlebih dahulu.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, bertayammumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu.
Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur” (Al-Maidah : 6)
4.
Membimbing
pasien membaca Al-Quran
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran
terutama ayat-ayat dengan orang sakit, rahmat allah, dan karunia allah, dengan
begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh. Dan memberikan pengertian bagi
pasien supaya membaca Al-Quran daripada mengeluh atas penyakit yang
dideritanya.
لْمُنْكَرِوَلَذِكْرُاللَّهِأَكْبَرُ عَنِالْفَحْشَاءِو إِنَّالصَّلَاةَتَنْهَىٰ
وَأَقِمِالصَّلَاةَ مِنَالْكِتَابِ لَيْكَ إِ مَاأُوحِيَ اتْلُ
“Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.“ (Al-Ankabut : 45)
5.
Membimbing
pasien untuk berpuasa
Jika
kondisinya memungkinkan bagi pasien yang ingin melaksanakan ibadah puasa
misalnya dibulan ramadhan. Serta memberi pengertian kepada pasien yang
kondisinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
6.
Mengingatkan
untuk selalu berdoa kepada Allah
دَاخِرِينَجَهَنَّ سَيَدْخُلُونَ عِبَادَتِي عَنْ الَّذِينَيَسْتَكْبِرُون
إِن لَكُمْ أَسْتَجِبْ رَبُّكُمُادْعُونِي وَقَالَ
“Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60)
7.
Membimbing
agar selalu berdzikir kepada Allah
تَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ أَلَابِذِكْرِاللَّهِ بِذِكْرِاللَّهِ
قُلُوبُهُمْ واوَتَطْمَئِنُّآمَنُالَّذِينَ
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“
Dengan
berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan akan
menjadi lebih dekat kepada Allah.
D.
MENGHADAPI
PASIEN YANG SAKIT KERAS DAN DALAM KEADAAN SAKARATUL MAUT
Sakaratul
maut adalah saat-saat kritis seseorang
itu sedang menghadapi kematian yang sudah tidak diharapkan lagi akan
kesembuhannya atau akan hidup kembali seperti biasa.
Mengenai
tanda-tanda khusul khotimah atau su'ul khotimah seseorang yang sedang sakaratul
maut, Usman bin Affan perna berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
"perhatikanlah
orang yang hampir mati,seandainya kedua matanya terbelalak, dahinya
berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar,membuktikan bahwa ia
sedang memperoleh kabar gembira,tetapi jika dia mendengar seperti orang yang
sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik,wajahnya pucat,mulutnya bertambah
besar,berarti ia telah mendapat kabar buruk"
Adapun
orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad saw telah
menggambarkan dengan sabdanya:
"ketika
menjelang roh orang mukmin dicabut,maka datanglah malaikat pencabut nyawa
membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga yang
wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti
mencabut rambut dari adonan tepung,lalu diserukan kepadanya:
"Wahai
jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan diridhoi
dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah.
Jika
seorang Muslim mengetahui atau meyaksikan seseorang yang sedang menghadapi sakaratul
maut, maka hendaklah dia melakukan hal-hal seperti berikut
1.Menghadapkannya
ke arah kiblat. caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke
lantai.
2.Mengajarkannya
atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat yaitu La ilaha illallah
Muhammad Rasulullah.
3. Mendo'akannya agar dosanya
diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh .Wallahu A'lam.
4. Menasehatinya supaya ia bertobat dan
berbaik sangka kepada Allah dengan mengharap ampunan dan rahmat-Nya
5.Menjaga
supaya pakaian dan tempat yang didiaminya senantiasa bersih dan suci
Kematian
atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik
karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti
kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan.
Istilah lain
yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.
Penyebab-penyebab
kematian
v
Seiring
penuaan usia makhluk hidup, tubuh mereka akan perlahan-lahan mulai berhenti
bekerja.
v
Jika
tubuh tidak mampu melawan penyakit, atau tidak diobati.
v
Kecelakaan
seperti tenggelam, tertabrak, terjatuh dari ketinggian, dll.
v
Lingkungan
dengan suhu yang sangat dingin atau yang terlalu panas.
v
Pendarahan
yang diakibatkan luka yang parah.
v
Kekurangan
makanan, air, udara, dan perlindungan.
v
Diserang
dan dimakan (pembunuhan).
v
Infeksi
dari gigitan hewan berbisa maupun hewan yang terinfeksi virus berbahaya.
v
Kematian
disaat tidak terbangun dari tidur.
v
Kematian
sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar.
E.
MENGHADAPI
PASIEN YANG MENINGGAL
1. Menutupkan matanya, jika dalam keadaan
terbelalak.
2.
Menutupkan
rahangnya dengan mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya mulutnya
tidak menganga.
3.
Memperlemah
persendian anggota gerak (tungkai, lengan, dan jari) untuk mempermudah
pemandiannya.
4.
Menutupnya
dengan kain.
5.
Mendekapkan
kedua tangannya (kanan di atas kiri) di atas pusat dibawah dada, seperti orang
shalat.
6.
Menghadapkannya
ke kiblat.
F.
HIKMAH
SAKIT
Sesungguhnya
sakit merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan pada hambanya. Namun, banyak
orang malah cenderung mengeluh marah-marah, menyalahkan, mengumpat, mengutuk
bahkan mungkin sampai tidak mengakui adanya Tuhan ketika mengalami sakit.
Sakit
memberi kesempatan kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan
dokter sehingga penyakit yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Sakit
dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi
sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-dosa setiap anggota
tubuh.
Orang
yang sakit akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan
dan ditinggikan derajatnya. Sakit dapat menjadi jalan agar kita selalu ingat
pada Allah. Sakit bisa menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin. Sakit
mendorong kita untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat secara jasmani
maupun rohani. Secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana merasakan
penderitaan orang lain.
G.
PENTINGNYA
BIMBINGAN dan DOA UNTUK PASIEN
Pendampingan
keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi
beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa di lakukan
apa-apa, bisa jadi pendampingan keagamaan membawa pasien pada tingkat
kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Pendampingan
pasien sangat lah penting karena terlebih lagi pasien yang barang kali tidak
atau belum paham terhadap hubungan antara hamba dan tuhannya. Pendamping harus
menyadarkan dan membimbing pasien untuk memahami bagaimana hubungan antara diri
dengan tuhanya.
Untuk
memberi pemahaman yang benar tentang bagaimana sakit itu merupakan sapaan kasih
sayang dari Tuhan kepada hamba-Nya. Disinilah fungsi pendamping untuk
memahamkan secara benar dan proporsional akan hikmah sakit kepada pasien.
Kalau tidak
dipahamkan seperti ini, pasien akan cenderung mengeluh, marah-marah,
menyalahkan, mengumpat, mengutuk, bahkan tidak mengakui adanya Tuhan. Selama
ini kalangan medis secara umum, mendudukkan penyakit sebagai musuh yang jahat,
harus dilawan dan di perangi.
Islam
menempatkan penyakit sebagai takdir Allah SWT. dan meyakini takdir itu
merupakan bagian rukun iman. Islam pasti memberi tuntunan yang komplit terhadap
orang sakit. Hampir setiap ibadah mahdah (ibadah yang sudah ditentukan) pasti
akan ada ketentuan khusus (pengecualian) bagi orang sakit, misalnya wudhu,
puasa, dan sholat bahkan ibadah haji sekalipun ada keringanan bagi orang sakit.
Sakit
seharusnya tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang membuat orang menderita.
Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan
peribadatan sehari-hari bahkan meninggkat dari biasanya dengan berdzikir,
doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi
tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa
ajal akan datang sewaktu-waktu.
Sakit
adalah menentukan untuk menyadarkan seseorang hamba dia hanyalah makhluk, dia
itu hamba Allah. Tugas kitalah untuk mengingatkan, kita sakitkan mau sembuh,
mari kita datang kepada yang punya kesembuhan, siapa? Kepada Allah SWT. Sebagai
petugas kesehatan, kita juga memahami bahwa rumus pengobatan tidak seperti
matematika, tidak seperti mesin. Dua orang menderita suatu penyakit yang secara
diagnosis medis sama, diberikan obat yang sama, tetapi mengapa yang satu
sembuh, yang lain belum tentu sembuh? Bahkan ada kasus lain lagi, seseorang
yang tidak menerima pengobatan seperti itu, tetapi kualitas agamanya diatas
rata-rata dan ia menjalani ibadah khusus, secara klinis dia
mengalami
kesembuhan. Baru setelah pasien paham tentang dirinya, mengapa dirinya sakit,
siapa Allah, siapa yang memiliki kesembuhan dari penyakit, baru obat boleh
diberikan. Tapi, mari kita sama-sama memohon kesembuhannya dari Allah.
Disitulah doa-doa dipanjatkan dan disitulah
saatnya bermohon, sementara dia terus memperbaiki hubungan dengan Allah. Padahal
sesungguhnya, sekalipun dalam keadaan sehat, atau tanpa cobaan atau kesulitan
lain, seseorang wajib berdoa dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan,
kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.
Inilah
satu sisi paling penting dari doa: Di samping berdoa dengan lisan menggunakan
suara, penting pula bagi seseorang melakukan segala upaya untuk berdoa melalui
perilakunya. Berdoa dengan perilaku bermakna melakukan segala sesuatu yang
mungkin untuk mencapai harapan tertentu. Misalnya, di samping berdoa, seseorang
yang sakit sepatutnya juga pergi ke dokter ahli, menggunakan obat-obatan yang
berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah sakit jika perlu, atau perawatan
khusus dalam bentuk lain.
Sebab,
Allah mengaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada sebab-sebab
tertentu. Segala sesuatu di dunia dan di alam semesta terjadi mengikuti
sebab-sebab ini. Oleh karena itu, seseorang haruslah melakukan segala hal yang
diperlukan dalam kerangka sebab-sebab ini, sembari berharap hasilnya dari
Allah, dengan kerendahan diri, berserah diri dan bersabar, dengan menyadari bahwa
Dialah yang menentukan hasilnya.
Sebagaimana
telah disebutkan, doa tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan
penyakit, atau kesulitan-kesulitan duniawi lainnya. Orang beriman yang sejati
haruslah senantiasa berdoa kepada Allah dan menerima apa pun yang datang
dari-Nya. Kenyataan bahwa sejumlah manfaat doa yang diwahyukan di dalam banyak
ayat Al Qur’an kini sedang diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi
mengungkapkan keajaiban yang dimiliki Al Qur’an.
Bab iii
Penutup
A. Kesimpulan
1.
Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis
membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah
tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien
pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari
penyakit itu.
2.
Sabar dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-Nya. Berobat
dengan cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak bertentangan dengan syariat. Bila
sakitnya bertambah parah atau tidak kunjung sembuh, tidak diperbolehkan
mengharapkan kematian. Apabila dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang,
pinjaman, dll), atau amanah yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap
hak orang lain yang dia lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya
dengan yang bersangkutan, bila memungkinkan.
Disyariatkan
segera menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila
tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang
adil.Berwasiat agar jenazahnya diurus dan dikuburkan sesuai As-Sunnah.
3.
Pada
awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
·
Membimbing
pasien ketika tiba waktu sholat
·
Membimbing
pasien untuk bertayamum
·
Membimbing
pasien membaca Al-Quran
·
Membimbing
pasien untuk berpuasa
·
Mengingatkan
untuk selalu berdoa kepada Allah
·
Membimbing
agar selalu berdzikir kepada Allah
B.Saran
Dalam
merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek
hati-hati,teliti,dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukan. Menganjurkan pasien utuk tidak lupa melaksanakan mewajiban sebagai
umat muslim. Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas
kesehatan yang lain tidak boleh meninggalkan sholat, dan tidak lupa Memegang
teguh prinsip perawat profesional.
Daftar pustaka
Hidayat A.
Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika:
Jakarta
http://www.doamuslim.com/doa-mohon-kesembuhan-dari-penyakit/
http://www.rsunurhidayah.com/berita-197-bimbingan-agama-untuk-kesembuhan.html
Kisyik, Abdul
Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.
Potter dan
Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar