Sabtu, 28 Februari 2015

PERAWATAN PASIEN SETELAH DILAKUKAN TINDAKAN PEMASANGAN ALAT WSD YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT


PERAWATAN PASIEN SETELAH DILAKUKAN TINDAKAN
PEMASANGAN ALAT WSD YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT


A. Definisi Water Seal Drainage
WSD adalah merupakan suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan baik darah atau pus dari rongga pleura ataupun rongga thorax (mediastinum) dengan menggunakan selang penghubung dari rongga ke botol wsd.
B. Tujuan dari tindakan WSD
- Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
- Mengembalikan fungsi paru yaitu “mechanis of breathing”

C. Tipe atau sistem WSD
1. WSD dengan sistem satu botol
  • Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
  • Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botoL
  • Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps paru
  •  Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
  • Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
  • Undulasi (gelembung udara) pada selang cairan mengikuti irama pernafasan yaitu saat: Inspirasi akan meningkat dan Ekpirasi menurun

2. WSD dengan sistem 2 botol
  •  Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal
  • Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal·
  • Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2
  • Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD Bisasanya digunakan untuk mengatasi adanya cairan dan udara pada rongga dan pada efusi pleura

3. WSD dengan sistem 3 botol
  •  Sama dengan sistem 2 botol,hanya ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan.
  • Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
  • Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3.
  •  Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
  • Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
  •  Botol ke-3 mempunyai 3 selang :  Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua, Tube pendek lain dihubungkan dengan suction, Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke       atmosfer

D. Jenis pemasangan atau lokasi penempatan selang WSD
1. Pleuren tube:
Adalah digunakan untuk mengeluarkan cairan / udara dari rongga pleura, untuk mengembalikan tekanan negative intra pleura, memungkinkan terjadinya ekspansi paru setelah adanya cairan transudat (infeksi) dan eksudat (trauma).
 Area pemasangan tube pada pleura yaitu pada:
  • ·        Bagian apex paru (apical)
Anterolateral interkosta ke 1-2 Berfungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
  • ·        Bagian basal
Postero lateral interkosta ke 8-9 fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

2. Mediastinal Tube :
Adalah digunakan untuk mengalirkan cairan dari rongga mediatinum setelah operasi jantung atau operasi lain di mediastinum.

E. Indikasi pemasangan WSD
1. Pneumothoraks :
  • Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
  •  Luka tusuk tembus
  •  Kerusakan selang dada pada sistem drainase
·        2. Hemopthorak:
  • Robekan pleura/trauma
  •  Kelebihan antikoagulan
  • Pasca bedah thorak (Thorakotomy)
2. Efusi pleura: penumpukan cairan non fisiologis yang berlebih
3. Emfisema: ketidak elastisan paru karena penyakit obstruktif.

F. Komplikasi pemasangan WSD
  • Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
  • Komplikasi sekunder : infeksi
G. Persiapan alat :
  •  Satu buah meja dengan satu set bedah minor
  •   Botol WSD berisi larutan bethadin dan NaCL 0,9% dan ujung selang terendam sepanjang dua cm.
  •    Kassa steril dalam tromol
  •    Korentang
  •   Plester dan gunting
  •   Nierbeken / kantong balutan kotor
H. Persiapan pasien dan lingkungan
  • ·        Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
  • ·        Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
  • ·        Membebaskan pakaian pasien bagian atas
  • ·        Mengatur posisi semi fowler atau sesuai dengan kemampuan pasien
  • ·        Alat – alat didekatkan ke tempat tidur
I. Prosedur kerja
  • ·        Perawat mencuci tangan kemudian memasang handscoon
  • ·        Membuka set bedah minor steril
  • ·        Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati , balutan kotor dimasukan kedalam nierbekken
  • ·        Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan alkohol 70%
  • ·        Menutuo luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya kemudian diplester
  • ·        Selang wsd diklem
  • ·        Meepaskan sambungan antara selang wsd dengan selang botol
  • ·        Ujung selang wsd dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian selang wsd dihubungkan dengan selang penyambung botol wsd yang baru
  • ·        Klem selang wd dibuka
  • ·        Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektif
  • ·        Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan wsd
  • ·        Merapikan pakaian pasien dan lingkunganya kemudian membantu pasien dalam posisi yang paling nyaman
  • ·        Membersihkan alat-alat dan botol wsd yang kotor kemudian sterilisasi kembali
  • ·        Membuka handscoon dan mencuci tangan
  • ·        Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
J.  Evaluasi pelaksanaan perawatan WSD
  a. Evaluasi  keadaan umum :
  • ·        Observasi keluhan  pasien
  • ·        Observasi gejala siaonosi
  • ·        Observasi tanda pendarahan dan rasa tertekan pada dada
  • ·        Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
  • ·        Observasi tanda-tanda vital
 b. evaluasi ekspansi paru meliputi :
  • ·        Melakukan anamnesa
  • ·        Melakukan inspeksi paru setlah melakukan perawatan WSD
  • ·        Melakukan palpasi paru setelah melakukan perawatan WSD
  • ·        Melakukan perkusi paru setelah melakukan perawatan WSD
  • ·        Melakukan auskultasi paru setelah melakuka perawatan WSD
  • ·        Fhoto htoraks setelah dilakukan pemasangan WSD dan sebelum selang WSD dilepas
c. Evaluasi WSD meliputi :
  • ·        Observasi undulasi pada selang WSD
  • ·        Observasi fungsi suction countinous
  • ·        Observasi apakah selang WSD terdumbat atau  terlipat
  • ·        Catat jumalah cairana yang ekluar dari botol WSD
  • ·        Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2 cm dibawah air
  • ·        Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
  • ·        Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh

SEMOGA BERMANFAAT  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar